Asia | Cerita Traveling

ASEAN TRIP: Nekad Menjelajah 5 Negara dalam 17 Hari, Modal 4 Juta!

By on August 31, 2013

THE BEGINNING

Cerita ini berawal pada tahun 2009 ketika salah satu teman baik saya (Irvan), ngajakin saya untuk traveling ala backpacker. Ya, saat itu istilah backpacker masih belum terlalu nge-hits seperti sekarang ini. Kami sama-sama mahasiswa tingkat akhir yang cukup dibuat muak dengan kehidupan sehari-hari karena harus berkutat dengan yang namanya skripsi, sangat butuh sesuatu untuk penyegaran otak. Akhirnya Irvan mengusulkan idenya untuk berkelana menyusuri tempat-tempat yang belum pernah kami kujungi dengan budget yang terbatas alias “backpacker“-an.

Waktu itu, kami, sesama mahasiswa duafa, tapi tetep pengen jalan-jalan, merencanakan untuk keliling Jawa-Bali-Lombok. Tapi saya berpikir, dengan budget yang sama tinggal ditambahin dikit, kenapa nggak sekalian keliling Asean aja? Toh sekarang berkat “kebaikan” salah satu maskapai penerbangan, semua orang bisa terbang kemanapun dia mau kan?

Anyway, saya waktu ngusulin ASEAN Trip ke Irvan, yang terpikirkan hanyalah mengunjungi 3 negara saja (Thailand, Malaysia dan Singapura). Tapi “gilanya” Irvan malah merencanakan backpacking ke 5 negara sekaligus! Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Singapura. Saya hanya bisa mengiyakan, walaupun agak ragu juga sih… Ragu apakah budget segitu cukup untuk semua kebutuhan pokok selama traveling. Tapi setelah survey + searching sana-sini, saya jadi yakin kalau budget segitu cukup pas banget. Jadilah rencana “gila” (menurut sebagian orang) ini semakin matang.

Akhir tahun 2009, salah satu low cost airlines yang cukup terkenal membuka rute penerbangan barunya dari Jakarta ke Ho Chi Minh City (Vietnam). Untuk memperkenalkan rute baru itu, maskapai tersebut bikin promo gila-gilaan. Pas banget dengan rencana saya untuk backpacker-an keliling ASEAN. Alhasil, terbelilah tiket pesawat Jakarta – Ho Chi Minh City atas nama saya, Irvan dan Nisun (teman baik saya juga) untuk tanggal 3 Februari 2010 dengan harga tak lebih dari Rp.360.000/orang. Horray… rencana keliling ASEAN sudah fix!

Saya santai-santai saja setelah tiket terbeli karena saya berpikir saat itu ada Irvan yang akan membimbing saya selama backpacker-an keliling ASEAN. Tapi ternyata eh ternyata, di saat-saat terakhir sebelum jadwal keberangkatan kami, Irvan mengundurkan diri dari rencana gila ini karena ia harus segera menyelesaikan skripsinya. Huwaaaawww, bisa dibayangkan kan betapa kalang kabutnya saya saat tau kalau Irvan tidak jadi berangkat. Saya tidak bisa mengandalkan Nisun karena dia sebelas-dua belas sama saya. Walaupun Nisun salah satu anak pecinta alam di kampus kami, tapi dia sama awamnya dengan saya soal urusan backpacker-an. Waduh, gimana doonngg…

Saya gamang, mau ikut nggak berangkat juga atau terpaksa harus fight berdua sama Nisun. Dan saya memilih yang kedua. Saya fight berdua sama Nisun untuk berkelana ke beberapa negara di Asean. Pertimbangan saya yang pertama adalah, sayang banget tiket promo yang sudah terbeli, yang kedua adalah belum tentu saya nanti bisa punya kesempatan (terutama waktu) untuk keliling ASEAN dan yang ketiga, rencana ini sudah dibuat sejak setahun yang lalu, masa iya saya mau ngebatalin gitu aja.

Di saat-saat terkahir sebelum jadwal keberangkatan, saya manfaatkan untuk browsing sana-sini mengumpulkan berbagai informasi tentang negara-negara yang akan saya kunjungi nanti. Dan yang paling penting adalah, saya harus cari host yang mau nampung saya selama saya traveling nanti untuk memangkas biaya penginapan. Untuk hal ini saya memanfaatkan www.couchsurfing.org, salah satu situs jejaring sosial yang didedikasikan untuk para backpacker supaya bisa mencari host saat traveling ke kota-kota tertentu.

3 Februari 2010, saya dan Nisun jadi NEKAD TRAVELER keliling 5 negara ASEAN.

VIETNAM

Petualangan kami bermula di Ho Chi Minh City-Vietnam. Dag dig dug duer saat pertama kali menginjakkan kaki di negara itu. Walaupun semua informasi sudah terkumpul, (misalnya tentang transport, penginapan murah (backpacker area), tempat wisata, dan lain-lain), tetap saja saya takut berada di tempat yang sangat asing bagi saya. Apalagi di negara ini saya nggak berhasil menemukan host yang mau menampung kami selama traveling ke Vietnam. Ya sudah, artinya kami harus cari penginapan.

Hal pertama yang harus saya lakukan ketika sampai di Ho Chi Minh City adalah menuju District 1 (backpacker area). Dari bandara ke District 1 seharusnya saya bisa ngirit pengeluaran dengan naik bus, tapi saya terpaksa harus naik taksi karena pesawat kami landing malam dan bus sudah tidak beroperasi pada jam tersebut. Walaupun begitu supir taksinya baik lho, kami nggak di muter-muterin atau disasar-sasarin, dia langsung menuju ke tujuan kami dan kamipun bisa memperoleh penginapan sesuai dibawah budget kami dengan keadaan diatas ekspektasi kami. Alhamdulillah…

Hari kedua di Ho Chi Minh City saya meniatkan diri untuk city tour dengan berjalan kaki dan naik bus. Tapi saya kena hasutan untuk naik cyclo dan ternyata saya kena tipu abis-abisan oleh cyclo itu. Cerita selengkapnya bisa dibaca disini. Melayanglah uang $70 ke tangan tukang cyclo gila itu! Bete? Jangan ditanya. Nangis bombay saya hari itu. Untung ada Nisun, partner traveling yang lebih kuat dari saya (walaupun ngomel-ngomel juga tapi nggak pake nangis) dan masih mampu menghibur saya yang shock parah di awal petualangan saya sebagai backpacker ini.

Lupakan kejadian ditipu sama tukang cyclo. Saya dan Nisun harus move on dan lebih hati-hati. Hikmahnya adalah, saya jadi dapat teman baik orang Vietnam yang mau membantu dan menemani kami selama traveling di Ho Chi Minh City. Cerita tentang hal ini bisa dibaca disini.

Saya di depan Cho Ben Thanh-Ho Chi Minh City, Vietnam
Saya di depan Cho Ben Thanh-Ho Chi Minh City, Vietnam

KAMBOJA

Saya niat banget pengen mengunjungi negara ini nggak lain dan nggak bukan hanya karena penasaran sama seperti apa sih Angkor Wat yang teramat sangat terkenal karena jadi lokasi shooting film Tomb Rider. Selebihnya, saya nggak terlalu antusias sama Kamboja, apalagi untuk mengunjungi museum Tuol Sleng Genocide atau Killing Field, ogah banget… Secara saya kan orangnya parnoan minta ampun. Daripada rugi harus keluar uang untuk bayar tuk-tuk dan tiket masuk yang akhirnya hanya membuat saya nggak tenang tidur berhari-hari, mending saya jalan-jalan aja keliling kota Phnom Phen. Oh iya, cerita tentang Kamboja bisa dibaca disini, disini dan disini.

Anyway, walaupun Kamboja “gitu-gitu” aja, ada yang bisa saya petik saat traveling ke negara ini. Yang pertama adalah saya dapat host yang baik banget lewat couchsurfing.org, namanya Mariam, cerita tentangnya bisa dibaca disini. Selain itu, di flat Mariam saya ketemu backpacker lainnya (cerita tentang mereka bisa dibaca disini). Dari mereka saya bisa bertukar pikiran tentang dunia per-backpacker-an dan tentunya berbagi informasi terutama tentang traveling ke kota atau negara yang akan saya kunjungi.

Anak Kamboja di Angkor Wat
Anak Kamboja di Angkor Wat

THAILAND

Thailand, sebenarnya saya sangat ingin ke Phuket dan Phi-Phi Island. Tapi apa mau dikata, budget saya nggak cukup kalau saya maksain diri untuk kesana. Jadilah saya hanya ke Bangkok saat backpacking ke Thailand. Di Bangkok saya menginap di flat host yang saya dapatkan melalui situs couchsurfing. Namanya Nick, orang Rusia. Cerita tentang Nick bisa dibaca disini.

Selama di Bangkok saya hanya city tour. Mengunjungi beberapa tempat wisata di area old town. Tapi saya hanya mengunjungi tempat wisata yang gratis saja dan yang tiket masuknya murah. Soalnya nggak lain dan nggak bukan, dana yang sebenarnya sudah saya siapkan untuk tiket masuk tempat wisata sudah “dipalak” sama tukang cyclo di Vietnam!

Anak Thailand
Anak Thailand

MALAYSIA

Di negara keempat dalam rangkaian ASEAN Trip saya ini, sebenarnya saya sudah mulai merasa kelelahan dan dana yang tersedia sudah mulai menipis. Jadilah saya nggak terlalu ngoyo untuk jalan-jalan. Saya hanya city tour, mengunjungi beberapa tempat wisata yang, ehm pastinya gratis. Untungnya waktu itu untuk naik ke sky bridge menara kembar Petronas masih gratis lho! Saya dan Nisun berhasil naik ke sky bridge karena Nisun yang kekeuh sumekeuh tetap ngantri walaupun tiket sudah habis karena kami kesiangan datang kesana. Tapi tiba-tiba ada sepasang bule yang sudah habis sabar mengantri, jadi mereka memberikan tiketnya pada saya dan Nisun. Jadilah kami bisa naik ke sky bridge. Yeay…

Di Malaysia saya lebih ke arah menikmati perjalanan saya, memperhatikan keadaan sekitar dan penduduk lokalnya. Dan yang tak kalah menariknya adalah karena saya menginap di flat Restu, salah satu mahasiswa Indonesia yang sedang menyelesaikan studi S1-nya disana, saya banyak bercengkrama dengannya dan juga teman-temannya sesama orang Indonesia. Berasa sudah di kampung sendiri gitu deh…

Saya di depan menara kembar Petronas
Saya di depan menara kembar Petronas

SINGAPURA

Singapura, negara terakhir dari rangkaian Asean Trip saya. Jujur saat itu kocek saya sudah tiris-tirisnya. Tapi alhamdulillah, saya bisa dapat host yang nggak lain dan nggak bukan adalah kakak kelas saya semasa SMA dulu. Namanya mbak Wulan. Mbak Wulan ini baik banget dan bisa baca isi kantong saya (hehehe…). Mbak Wulan nggak hanya ngasih tumpangan gratis selama saya di Singapura, tapi juga nyediain makanan dan ngasih saya uang recehnya untuk saya naik MRT/bus selama di Singapura. Baik banget kaann…

Sama seperti di Malaysia (Kuala Lumpur), saat di Singapura saya hanya city tour. Mengunjungi tempat-tempat wisata yang gratis dan jalan kaki menikmati suasana kotanya. Apalagi dari negara-negara sebelumnya yang saya kunjungi, Singapura merupakan negara yang paling maju, jadi enak aja walaupun cuma jalan-jalan kesana-kemari jalan kaki. Catet ya, JALAN KAKI! Hehehe… dasar backpacker kere!

Saya di seberang Merlion
Saya di seberang Merlion

4 JUTA, 17 HARI, 5 NEGARA + NEKAD

Pasti pada bertanya-tanya saya habis berapa untuk perjalanan saya selama 17 hari keliling 5 negara.

4 juta, ya kan?

Ah nggak seru ahh… Udah pada tau gara-gara saya tulis di judul dan sub judul artikel ini…

Ya, benar, saya hanya menghabiskan empat juta rupiah, Empat Juta Rupiah, EMPAT JUTA RUPIAH (hahaha… sengaja diulang-ulang biar tekesan dramatis gitu) untuk perjalanan ke 5 negara dalam 17 hari. Empat juta rupiah itu sudah termasuk tiket pesawat Jakarta-Ho Chi Minh City dan Singapura-Jakarta, transport antar negara, antar kota dan transport dalam kota, makan, penginapan (yang butuh menginap di hostel karena nggak dapet host), tiket tour atau tiket masuk tempat wisata, dan tentunya $70 untuk si cyclo menyebalkan di Vietnam itu.

Memang sih, saya belum senekad Gofar (@pergijauh) dan Nila Tanzil (@nilatanzil) yang benar-benar jadi #NEKADTRAVELER dengan hanya modal kuota internet 180GB dengan uang nol rupiah (untuk informasi lebih jelas tentang perjalanan mereka bisa bisa di cek di link ini telkomsel.com/nekadtraveler dan video tentang mereka di link ini tsel.me/TVCNekadTraveler). Tapi bagi saya, empat juta untuk traveling ke 5 negara dalam 17 hari nggak akan terwujud tanpa adanya unsur nekad dalam diri saya. Mengingat saat itu saya masih awam dalam dunia per-backpacker-an, tapi berani nekad “menceburkan diri” ke dalamnya.

Sebelum menjalani backpacking pertama saya itu, saya sempat merasakan yang namanya was-was dan takut. Tapi yang terpenting adalah bagaimana cara kita untuk mengatasi rasa takut yang ada pada diri sendiri dengan sedikit saja rasa nekad. Yakinlah, pengalaman yang kita dapat dari ke-nekad-an kita akan sangat berharga nantinya dan bisa jadi cerita yang nggak akan ada matinya.

Salam NEKAD TRAVELER.

telkomsel.com/nekadtraveler

tsel.me/TVCNekadTraveler

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

Film Indonesia di Kamboja

By on June 19, 2012

Kamboja menurut saya salah satu negara di wilayah Asia Tenggara yang masih tertinggal. Saat saya mengunjungi negara ini di tahun 2010, ada satu jalan yang harus terputus karena jembatan yang seharusnya menghubungkan jalan tersebut belum dibangun. Padahal jalan itu termasuk jalan penting karena menghubungkan antar kota dan propinsi di Kamboja.

Anyway, saat sudah berada di Phnom Pehn, saya melakukan city tour. Saya keliling Phnom Pehn dengan berjalan kaki. Mengaka saya jalan kaki? karena di Phnom Penh nggak ada sarana transportasi lokal seperti bus, angkot dan kawan-kawannya. Taksi cuma ada di bandara, kalau di kota Phnom Penh-nya kebanyakan transportasi umumnya itu tuk-tuk. Pengalaman saat di Ho Chi Monh City saya ditipu abis sama yang namanya Cyclo, saya jadi teramat sangat waspada saat di Kamboja. Alhasil saya memilih jalan-jalan keliling kota dengan berjalan kaki saja (sebenernya sih alasan utamanya untuk ngirit duit yang mulai menipis, hahaha…).

Film Indonesia di Kamboja (salah satu pemain utamanya Julie Estelle)

Nah, pas keliling kota Phnom Penh dengan berjalan kaki ini saya melewati satu bioskop di Phnom Penh. Ada beberapa film yang sedang diputar di bioskop itu. Karena tulisan Kamboja yang keriting, saya nggak terlalu notice dengan film-film tersebut. Sampai partner traveling saya saat itu, Nisun, bilang “Eh Nok, itu kan film Indonesia”. Saya langsung melihat salah satu baliho dari film yang sedang terpampang di bioskop itu. Eh iya bener, ternyata ada salah satu film Indonesia yang saat itu sedang diputar di bioskop Phnom Penh. Saya sih nggak tahu judulnya apa, yang pasti film itu film horror dan salah satu pemainnya (kalo nggak salah) si Julie Estelle.

Ternyata film Indonesia laku ya di negara lain 😀

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling | Indonesia

Traveling with Baby? Why Not? :)

By on January 27, 2012

The Begin

Tanggal 6-9 Januari 2012 yang lalu saya, suami dan bayi kami, Marvina Annora Sitorus (Avi), mendadak harus ke Lombok untuk urusan pekerjaan dan of course menyelipkan satu sesi liburan awal tahun! Ya, liburan kali ini sangat dadakan karena kami baru dikontak oleh orang yang ingin bekerjasama dengan kami dua hari sebelum keberangkatan dan tiketpun baru dibeli sehari sebelum berangkat.

Awalnya hanya suami saya yang akan berangkat ke Lombok, tapi mungkin dia kasihan lihat saya yang mupeng pengen traveling setelah sekian lama “off” karena harus mengurus si kecil, akhirnya dia juga membelikan tiket pesawat untuk saya dan bayi kami. Suami saya sengaja tidak memberi tahu saya kalau saya dan si kecil juga diajak ke Lombok. Untuk memberi kami surprise katanya. Alhasil, malam sebelum berangkat saya kelabakan menyiapkan ini-itu perlengkapan kami (terutama untuk si kecil) selama liburan di Lombok.

Perlengkapan Bayi selama Liburan

Sebelumnya saya memang sudah pernah bepergian jauh sama bayi saya. Yang pertama waktu mudik Lebaran ke Jember dan yang kedua liburan (dadakan juga) ke Amed. Tapi saat itu bayi saya belum makan MPASI (makanan pendamping ASI), jadi bawaannya nggak begitu bikin rempong. Nah, sekarang dia udah jadi pemakan segala, maka mau nggak mau saya juga harus mempersiapkan kebutuhannya untuk makan dan cemal-cemil selama di Lombok nanti.

Oke, ini dia list bawaan bayi saya selama berlibur 4 hari 3 malam di Lombok:

  1. baju untuk pergi-pergi (baju bagus maksudnya) 5 stel
  2. baju tidur 5 stel
  3. baju rumahan (saat dia nggak pake diapers, kasiihan soalnya kalau dipakein diapers terus): 3 baju dan 6 celana pendek
  4. diapers
  5. kaos kaki
  6. jaket
  7. mainan
  8. botol susu 4 + susu 1 kaleng + termos
  9. mangkuk + gelas makan
  10. bubur yang berbentuk biskuit (biar bisa sekalian untuk cemilan) 1 kotak isi 12 biji
  11. kasur + selimut bayi + bantal bayi
  12. selendang
  13. penutup telinga
  14. kapas untuk penutup telinga kalau Avi menolak pake point 13
  15. minyak telon, bedak, tissue basah, cotton bud, sisir
  16. sabun botol, sabun mandi, shampoo

Semua perlengkapan Avi itu jadi 1 tas sendiri.

D-Day: Avi’s First Flight

Hari-H tanggal 6 Januari 2012, agak deg-degan juga saya, soalnya ini adalah penerbangan pertama saya dengan Avi. Ngeri dia nggak betah atau ngerasa nggak nyaman selama penerbangan nanti. Tapi ternyata ketakutan saya nggak terjadi.

Sebelum berangkat Avi sempat tidur sebentar di ruang tunggu Bandara Internasional Ngurah Rai-Bali. Pas ada panggilan pesawat akan berangkat, Avi langsung kebangun (kerasa kali dia ya kalau mau naik pesawat pertama kali, makanya langsung bangun 😀 ). Di dalam pesawat saya langsung pasang kapas di telinga Avi. Tapi karena Avi anaknya sudah banyak gerak jadinya kapas penutup telinga berkali-kali jatuh dan berkali-kali pula saya pasang ulang. Saat pesawat take off, saya dan suami saya sengaja ngajak Avi ngobrol & becanda supaya dia nggak ngerasain sakit di telinga karena tekanan udara yang tiba-tiba berubah. Dan benar saja, sepanjang perjalanan dari Bali-Lombok Avi nggak rewel sedikitpun.

Avi tertidur di ruang tunggu Bandara Internasional Ngurah Rai-Bali
Avi di dalam pesawat Merpati Airlines tujuan Bali-Lombok

Kami sampai di Bandara Internasional Lombok. Saya baru sadar kalau ternyata Bandara Lombok sudah tidak di Selaparang lagi, tapi di Lombok Praya. Lokasi bandara yang baru ini jauh dari Mataram. Dari Bandara Internasional Lombok Praya kita harus menempuh perjalanan menggunakan kendaraan bermotor sekitar 1 jam menuju Mataram dan 1 jam 30 menit menuju Senggigi. Untungnya di Bandara Internasional Lombok Praya ada sarana transportasi umum berupa bus Damri yang mengangkut penumpang ke Mataram sampai Senggigi. Tarif bus Damri dari Bandara Internasional Lombok-Senggigi sebesar Rp.25.000/orang. Selama perjalanan dari Bandara Internasional Lombok ke Senggigi, Avi nggak rewel sedikitpun. Nggak lain dan nggak bukan karena dia tidur! Hehehe… 😀

Baru mendarat di Bandara Internasional Lombok

Sampai di Senggigi, kami langsung ke Holiday Resort Lombok. Sebelumnya kami sudah memesan kamar di hotel ini melalui online booking di hargahotel.com. Avi sepertinya merasa cukup merasa nyaman di Holiday Resort Lombok. Hal ini bisa dibuktikan dengan tidurnya yang nyenyak dan tentu saja, no rewel!

Avi merasa cukup nyaman di Holiday Resort-Lombok

Lombok-Gili Trawangan

Keesokan harinya, 7 Januari 2012 kami merencanakan ke Gili Trawangan. Dari Lombok ke Gili Trawangan harus ditempuh melalui jalur laut menggunakan perahu motor selama kurang lebih 20 menit. Saya awalnya sudah ketar-ketir Avi bakalan mabok laut atau nangis-nangis karena “goyangan” ombak. Tapi ternyata Avi tenang-tenang aja tuh di atas perahu. Avi seperti sangat menikmati semilir angin laut dan sesekali cipratan air laut. Selama perjalanan laut dari Lombok menuju Gili Trawangan Avi dipeluk sama bapaknya. Mungkin hal inilah yang membuat Avi merasa nyaman dan tidak takut. Jadinya nggak rewel sedikitpun.

Avi nggak rewel sedikitpun naik perahu motor ke Gili Trawangan

Gili Trawangan

Sampai di Gili Trawangan kami langsung check in di Hotel Vila Ombak. Kabarnya sih hotel ini hotel bagus pertama yang ada di Gili Trawangan. Saya sih nggak terlalu musingin soal hal ini. Yang terpenting bagi saya saat itu adalah dapat penginapan yang dilengkapi dengan fasilitas fresh water di kamar mandi dan ada hot & cold waternya.

Tapi saya agak kecewa dengan hotel (yang katanya) bagus ini. Kekecewaan saya yang pertama adalah, shower di kamar mandi tetap air asin. Fresh water hanya disediakan di kran yang dibawahnya ditampung dengan gentong. It means, fresh water nggak bisa jadi air hangat. It means lagi, Avi harus mandi pakai air dingin! Huaaa, bete banget saya. Niat awal milih hotel paling bagus di Gili Trawangan ini kan supaya dapat fasilitas fresh hot-cold water! Kekecewaan saya yang kedua, sore hari saat mau memandikan Avi, fresh water dari kran nggak nyala! Hmmm, ngapain bayar hotel mahal-mahal kalau fasilitasnya sama aja seperti penginapan 100 ribuan yang banyak bertebaran di luar sana? Ya sudah lah ya, lain kali saya nggak bakalan nginep di tempat ini lagi!

Avi di kamar Hotel Vila Ombak-Gili Trawangan

Anyway, karena nggak ingin menyia-nyiakan waktu, setelah check in dan leyeh-leyeh sebentar, kami langsung mengelilingi Gili Trawangan menggunakan cidomo. Tarif cidomo 1 kali keliling Gili Trawangan Rp.125.000, dengan jumlah penumpang nggak boleh lebih dari 3 orang. Mahal juga ya…

Selama naik cidomo Avi agak rewel. Rewelnya Avi karena sebenarnya dia udah kecapekan dan ingin tiduran di kasur. Tapi gimana lagi, kami sudah terlanjur naik cidomo, jadi ya lanjut aja acara keliling pulau Gili Trawangannya.

Avi manyun waktu naik cidomo karena ngantuk

Pas udah selesai keliling Gili Trawangan dan sampai lagi di depan hotel, kantuk Avi sepertinya sudah hilang. Jadinya kami memutuskan untuk main-main dulu di pantai. Avi diajak bapaknya nyemplung ke laut. Tapi karena air laut saat itu sudah dingin, Avi nangis waktu dicemplungin ke laut. Jadinya Avi cuma leyeh-leyeh di pinggir pantai aja sampai matahari hampir terbenam.

Keesokan harinya kami kurang bisa menikmati Gili Trawangan karena cuaca yang kurang mendukung. Jadinya hari itu kami hanya sarapan di restoran hotel dan langsung kembali ke kamar lalu siap-siap balik ke Lombok untuk melanjutkan perjalanan ke Kuta-Lombok.

Ibu dan Avi menikmati sore di Gili Trawangan

Gili Trawangan-Kuta, Lombok

Cuaca saat itu sangat tidak mendukung, langit kelabu dan diikuti dengan gerimis. Angin laut pun bertiup cukup kencang. Tak ayal, ombak di laut bergulung-gulung dengan cukup hebohnya. *Aduh bahasa gw kok jadi kek gini sih???

Okay, yang pasti saat itu kami harus kembali ke Lombok naik perahu motor, namun cuaca sangat tidak mendukung. Ombak di laut cukup membuat saya (yang nggak mabokan naik kendaraan jenis apapun) berasa mual dan makanan yang sudah tertelan waktu sarapan tadi berlomba-lomba untuk keluar dari mulut saya. Untung saja saya masih bisa menahannya agar tidak berhamburan dari mulut. Karena saya selalu mensugesti diri sendiri kalau yang namanya muntah itu teramat sangat tidak enak, tenggorokan seperti tercekik, perut terkuras habis dan mulut akan terasa pahit setelahnya.

Bagaimana dengan Avi? Dia mah tertidur dengan cantiknya mulai perahu meninggalkan Gili Trawangan. Jadinya Avi nggak merasakan gimana nggak enaknya perut kena “goyangan” perahu. Avi baru tersadar saat kami dalam perjalanan menuju pantai Kuta-Lombok. Avi terlihat sangat segar dan ceria karena tidurnya cukup lama dan nyenyak. So, no rewel again! 😀

Mendung di Gili Trawangan saat akan kembali ke Lombok

Kuta, Lombok

Sesampainya di Kuta-Lombok kami disambut oleh hujan. Oleh sebab itu kami memutuskan untuk langsung ke hotel saja. Di Kuta-Lombok kami menginap di Novotel Kuta-Lombok. Yup, hotel bintang 5 ini yang paling nyaman selama kami berlibur ke Lombok. Walaupun kami menyewa kamar yang paling murah,tapi fasilitas yang kami dapatkan sangat memuaskan. So, hari itu kami hanya menghabiskan waktu di kamar saja karena hujan yang tak kunjung reda. Kami berharap keesokan harinya, cuaca akan membaik agar kami dapat menikmati indahnya pantai Kuta-Lombok.

Avi di kamar Hotel Novotel Kuta-Lombok

9 Januari 2012, hari terakhir kami di Lombok. Saat itu posisi kami di Kuta-Lombok. Pagi-pagi saya bangun, niatnya ingin menikmati pantai Kuta-Lombok, namun apa mau dikata hujan tak kunjung reda sampai check out time tiba. Jadinya kami benar-benar hanya di kamar hotel saja, bercanda dengan Avi.

Oh iya, just FYI, menurut sopir yang mengantar kami kemarin, di pantai Kuta-Lombok ini banyak sekali anak-anak yang akan menawarkan barang dagangannya dengan cara yang agak memaksa. Kalau kita emang nggak mau beli, langsung tolak saja. Kalau misalnya kita ngasih harapan ke mereka, mereka akan mengikuti kita terus. Kalau misalnya kita beli 1 barang mereka karena kasihan, maka nggak lama setelah kita beli barang mereka, teman-teman mereka akan datang secara bergiliran untuk menawarkan barang yang lain. Risih kan? Makanya menurut driver itu, mending langsung tolak aja kalau ada yang nawati ini-itu.

Pantai Kuta-Lombok (lagi mendung)

It’s Time to Go… HOME

Liburan di Lombok usai, kami harus kembali ke Bali lagi menggunakan maskapai yang sama, Merpati Airlines. Sebelum berangkat, Avi melek terus dan nggak mau diam. Saya juga sengaja mencegahnya tidur supaya di dalam pesawat nanti Avi bisa tidur nyenyak. Dugaan saya benar, baru saja naik ke atas pesawat Avi sudah ngerengek minta minum susu. Langsung saja saya kasih Avi susu yang sudah saya siapkan di botol dotnya. Sambil minum susu Avi tertidur pulas. Saat Avi tertidur pulas, saya memasang kapas di telinganya dan juga penutup telinga supaya Avi nggak keberisikan suara pesawat. Avi baru bangun waktu sudah sampai di Bali. Jadinya Avi nggak ngerasain goncangan pesawat yang terbang di cuaca buruk saat itu. And absolutely, no rewel again! 🙂

Avi tertidur nyenyak di dalam pesawat Merpati Airlines Lombok-Bali

Tips Traveling sama Bayi:

  1. Kalau sudah sampai di tempat tujuan, lumuri badan bayi (terutama bagian perut) dengan minyak telon supaya badannya tetap hangat sekaligus mencegah masuk angin.
  2. Kalau yang masih pakai ASI, usahakan untuk pompa ASI secukupnya untuk persediaan bila bayi kelaparan selama di perjalanan. Karena kalau saya sih risih harus menyusui bayi di tempat umum.
  3. Usahakan untuk membuat bayi merasa nyaman dengan berbagai perjalanan yang akan dilalui. Misalnya: saat di pesawat ajak ngobrol dan becanda terus untuk mengusir sakit di telinga karena tekanan udara yang berubah secara mendadak, peluk bayi selama di perahu agar dia tidak merasakan perahu yang bergoyang karena ombak.
  4. Utamakan kenyamanan anak. Rogoh kocek sedikit lebih banyak nggak papa asal anak, terutama yang masih bayi memperoleh penginapan yang nyaman.

Continue Reading

Asia | Seri Newly Backpacker

Seri Newly Backpacker (9)

By on January 16, 2012

Klik disini untuk membaca bagian sebelumnya

Mulailah Bergerak!!

 Rencana perjalanan udah dibuat. Terus ngapain lagi? Jangan diam saja, mulailah bergerak! Wujudkan rencanamu jadi kenyataan dimulai dari step yang paling awal.

Bikin paspor

Paspor merupakan tanda pengenal kita jika kita sedang di luar negeri. Jadi paspor itu sama dengan KTP saat sedang di luar negeri. So, buat yang masiih belum punya paspor, jika ingin traveling ke luar negeri wajib untuk bikin paspor.

Bikinnya mudah saja, kita tinggal datang ke kantor imigrasi terdekat, beli formulir pembuatan paspor, diisi dan dilengkapi semua persyaratannya. Biasanya, kalau pakai jalur umum, tiga hari kemudian kita harus datang lagi ke kantor imigrasi tersebut untuk wawancara, foto dan cek sidik jari. Dan paspor kita akan jadi satu minggu setelah kita memasukkan formulir.

And, tadaa…paspor warna hijau dengan lambang garuda di sampul depannya sudah bisa kamu gunakan untuk pergi ke seluruh penjuru dunia. 

Booking dan beli tiket pesawat

Booking dan beli tiket pesawat sangat urgent untuk dilakukan, apalagi kalau pas ada tiket murah. Waduh, harus buru-buru dibeli tuh! Tiket yang murah bisa didapat di penerbangan budget airline. Tapi biasanya budget airline tidak menyediakan bagasi gratis untuk penumpangnya. Jadi kalau misalnya kita akan menggunakan bagasi untuk barang bawaan kita, ada tambahan biayanya.

Sebelum membeli tiket pesawat pastikan kamu memang akan berangkat pada tanggal itu karena tiket murah biasanya tiket promo yang non-refundable saat kita membatalkan penerbangan kita. Saya yakin pasti kalian ogah rugi kan? Makanya, benar-benar pastikan jadwal keberangkatan kalian.

Tapi kalau kamu akan pergi ke negara yang mengharuskan kita untuk apply visa terlebih dahulu (seperti negara-negara Uni Eropa, UK, US, Aussie, Jepang, dll), jangan dulu beli tiket pesawat sebelum kita mendapatkan visa negara tersebut. Karena takutnya uang kita sudah habis untuk beli tiket, eh visanya nggak keluar, kan nyesek banget tuh! Untuk keperluan apply visa, biasanya bukti booking saja sudah cukup.

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

The Incredible Experience from Backpacker’s Social Network (CouchSurfing)

By on January 5, 2012

Setelah Ditipu Cyclo-shit!

Kejadiannya terjadi saat saya melakukan Asean Trip tahun 2010 yang lalu. Seperti sudah pernah saya ceritakan sebelumnya kalau saya dikelabui sama cyclo saat traveling ke Vietnam (traveler bisa baca disini), saat itu keadaan saya benar-benar galau. Saya shock luar biasa harus kehilangan $70 di hari pertama saya kelilig Asean. Dengan bercucuran air mata (halah, lebaydotcom!) saya menguatkan hati saya (lebay lagi) untuk mengirim message di Grup Saigon yang ada di situs jejaring sosial untuk para backpacker couchsurfing.org (CS).

Pada message tersebut saya menuliskan kalau saya baru saja kena tipu sama tukang cyclo yang namanya Tram. Saya ingin bertemu dengan orang lokal (orang asli Vietnam) untuk curhat dan ngobrol agar pandangan negatif saya terhadap orang Vietnam bisa terhapus. Ada beberapa orang yang membalas message saya, salah satunya memberi tahu kalau malam itu akan ada kopdar CS Saigon. Di kopdar itu akan hadir juga ambassador Saigon. Jadi saya bisa menceritakan pengalaman buruk saya selama di Vietnam padanya. Tapi nggak ada satupun message balasan yang bilang kalau mau ketemu saya.

Ben Thanh Market

Singkat cerita, daripada saya “meng-galau” terus berdua sama backpacking-mate saya saat itu (@Nisunn), meratapi nasib telah kehilangan $70, kami memutuskan untuk keluar jalan-jalan ke Ben Than Market yang lokasinya tidak terlalu jauh dari hostel kami. Memasuki Ben Thanh Market saya merasa seperti sedang berada di pasar Bringharjo, Jogja. Saya melihat berbagai macam barang dan juga proses jual beli yang sedang terjadi disana. Saat sedang asik-asiknya melihat-lihat dan sedikit melupakan pengalaman nggak ngenakin yang baru saja saya alami, tiba-tiba ponsel saya bunyi. Nomor yang tertera di layar ponsel tidak saya kenali, dan kode negara yang muncul adalah kode Vietnam! Saya langsung berpikir kalau ini pasti salah satu member CS yang telah membaca curhatan saya di grup Saigon. Saya senang luar biasa karena ada orang Vietnam yang peduli pada saya. Saya angkat telepon itu, seseorang bernama Nguyen berbicara di seberang sana. Kami lalu berjanji untuk bertemu di patung kuda yang terletak di depan Ben Thanh Market.

Baiknya Orang Vietnam

Saya dan Nisun langsung ngacir menuju tempat yang telah disepakati. Kami nggak harus menunggu terlalu lama sampai orang yang bernama Nguyen itu muncul di hadapan kami. Nguyen ternyata nggak hanya seorang diri. Dia juga membawa satu orang temannya yang bernama Fini. Huaaa… Senangnya… Akhirnya saya bertemu dengan penduduk lokal Vietnam yang baik hati. 🙂

Saat Nguyen dan Fini datang, kami langsung ngobrol akrab seperti 4 orang yang telah berkawan lama. Lalu saya mengingat sesuatu. Saya bertanya pada Nguyen (tentunya dalam bahasa Inggris) “Kamu tadi baca message curhatan saya di grup Saigon ya?”. Nguyen menjawab nggak. Saya bingung, dari mana dia tahu kondisi saya dan no telepon saya kalau dia tidak membaca message itu? Terus saya bertanya lagi, “Kamu member CS, couchsurfing, kan?”. Nguyen menjawab, “Emang, CS, couchsurfing, itu apa?”. Walah saya jadi makin bingung lagi. Nguyen bukan member CS juga! Terus dia bisa tahu saya dari mana???

Anyway, dari patung kuda, Nguyen dan Fini membawa saya ke salah satu resto yang ada di Ho Chi Minh City. Disitu kami dikenalkan dengan satu orang teman mereka berdua, namanya Nhan. Setalah itu kami diajak jalan-jalan menikmati Ho Chi Minh City di malam hari dan mereka juga mengantar saya & Nisun kembali ke hostel. Saya senang sekali bisa bertemu dengan orang lokal yang bener-bener baik walaupun masih muncul pertanyaan dalam hati, bagaimana mereka bisa tahu tentang saya padahal mereka bukan member couchsurfing?

ki-ka: Fini, Nguyen, Nhan

The Truth Behind…

Pertanyaan itu terjawab keesokan harinya saat saya menyempatkan diri untuk browsing internet, ngecek email dan beberapa account pribadi sebelum melakukan tour ke Cu Chi Tunnel dan Cao Dai Temple. Salah satu account yang saya cek adalah account saya di couchsurfing.org. Ada satu message yang berasal dari kawan saya, namanya Anya (@njamalia).

Anya dan saya berteman sejak kami berkesempatan ke Jerman untuk menghadiri ISWI 2009. Anya juga salah satu member di CS dan ternyata Anya juga ikut grup Saigon karena dia pernah ikut pertukaran pelajar disana. Nah, oleh sebab itu, teman-teman Anya di Ho Chi Minh City lumayan banyak.

Anyway, Anya tahu kondisi saya yang abis ditipu cyclo saat dia membaca thread di grup Saigon. Dia mungkin bisa merasakan apa yang saya rasakan saat itu (halah!), lalu dia langsung menghubungi salah satu temannya di Ho Chi Minh City. Namun sayang sekali, ternyata teman Anya itu lagi nggak ada di Ho Chi Minh City, jadinya dia nggak bisa nolong saya secara langsung. Tapi, itulah “hebatnya” jalur pertemanan ala backpacker, teman Anya (yang nggak kenal saya sama sekali) menghubungi temannya (bingung kan lo sama bahasa gw, temannya ngubungin temanya… baca pelan-pelan deh kalo bingung! Hahaha… *sengaja bikin puyeng). Teman yang dihubungi oleh temannya Anya ini juga bukan member couchsurfing.org. Nah, teman yang dihubungi temannya Anya itu nggak lain dan nggak bukan adalah Nguyen dan Fini! (Sudah nyambungkah dengan cerita saya?). Pantas aja waktu saya nanya tentang couchsurfing ke Nguyen dan Fini mereka plonga-plongo! 😀

Mau tahu baiknya Nguyen, Fini dan Nhan lagi? Kalau mereka nggak bisa nemenin saya&Nisun jalan-jalan, mereka mengusahakan agar ada teman lain yang bisa menemani kami. Kami jadi punya 2 teman baru dari Vietnam, namanya Phan dan Dona.Phan dan Dona menemani saya city tour di Ho Chi Minh City by walk. Selain itu Nguyen, Fini dan Nhan juga mengusahakan agar saya dan Nisun dapet tumpangan nginep di rumah teman mereka (namanya Mei) selama 1 malam karena budget kami untuk akomodasi di Vietnam sudah habis “digondol” si cyclo-shit itu!

ki-ka: Nisun, Dona, Phan, Saya
Nisun lagi nyoba baju adat Vietnam punya Nguyen

Hhhmmmm… Itulah hebatnya couchsurfing.org, salah satu website jejaring sosial bagi para backpacker. Kalau kita nggak bisa nolong langsung backpacker lain yang lagi kesusahan, kita bisa minta bantuan pada orang lain. Dan bisa jadi orang lain itu bukan member couchsurfing. Ternyata masih banyak ya orang baik di dunia ini… Setelah ditipu abis-abisan ama si cyclo-shit, saya ketemu sama penduduk lokan yang sangat friendly dan juga helpfull banget. Yang pasti saya juga nambah teman…

Satu hal yang harus diingat adalah, semua itu nggak bakalan terjadi tanpa adanya “tangan tak terlihat” yang akan selalu menolong kita dengan caraNya. Terima kasih ya Allah untuk pertolonganMu saat itu… 🙂

*****

Special Thank’s to:

1. Allah SWT

2. Anya, yang udah ngubungin temannya di Ho Chi Minh City

3. Temannya Anya, which is namanya Thanh, sengaja di atas nggak saya tulis nama dia biar traveler rada riweuh bacanya. Hahaha..

4. Nguyen, Fini, Nhan, Phan dan Dona…

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

Vietnam Utara dan Vietnam Selatan

By on January 1, 2012
Vietnam (Image from www.vnvietnamtours.com)

Vietnam, ada beberapa kenyataan tentang Vietnam yang baru saya ketahui ketika saya berkesempatan mengunjungi negara itu. Hal-hal tersebut saya ketahui saat saya ngobrol dengan orang lokal Vietnam. So, this is it…

Vietnam terbagi menjadi 2, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Namun, tetap satu negara.

Vietnam Utara beribukota Hanoi. Sedangkan Vietnam Selatan, ibu kotanya adalah Ho Chi Minh City.

Sama seperti Korea, Vietnam Utara menganut paham komunis-sosialis sedangkan Vietnam Selatan lebih demokratis.

Vietnam Utara memiliki 4 musim (tapi tidak ada salju) sedangkan Vietnam Selatan hanya 2 musim. Kenyataan ini yang benar-benar baru saya tahu. Lucu juga ya, 1 negara punya dua musim. 😀

Continue Reading