Asia | Cerita Traveling

ASEAN TRIP: Nekad Menjelajah 5 Negara dalam 17 Hari, Modal 4 Juta!

By on August 31, 2013

THE BEGINNING

Cerita ini berawal pada tahun 2009 ketika salah satu teman baik saya (Irvan), ngajakin saya untuk traveling ala backpacker. Ya, saat itu istilah backpacker masih belum terlalu nge-hits seperti sekarang ini. Kami sama-sama mahasiswa tingkat akhir yang cukup dibuat muak dengan kehidupan sehari-hari karena harus berkutat dengan yang namanya skripsi, sangat butuh sesuatu untuk penyegaran otak. Akhirnya Irvan mengusulkan idenya untuk berkelana menyusuri tempat-tempat yang belum pernah kami kujungi dengan budget yang terbatas alias “backpacker“-an.

Waktu itu, kami, sesama mahasiswa duafa, tapi tetep pengen jalan-jalan, merencanakan untuk keliling Jawa-Bali-Lombok. Tapi saya berpikir, dengan budget yang sama tinggal ditambahin dikit, kenapa nggak sekalian keliling Asean aja? Toh sekarang berkat “kebaikan” salah satu maskapai penerbangan, semua orang bisa terbang kemanapun dia mau kan?

Anyway, saya waktu ngusulin ASEAN Trip ke Irvan, yang terpikirkan hanyalah mengunjungi 3 negara saja (Thailand, Malaysia dan Singapura). Tapi “gilanya” Irvan malah merencanakan backpacking ke 5 negara sekaligus! Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Singapura. Saya hanya bisa mengiyakan, walaupun agak ragu juga sih… Ragu apakah budget segitu cukup untuk semua kebutuhan pokok selama traveling. Tapi setelah survey + searching sana-sini, saya jadi yakin kalau budget segitu cukup pas banget. Jadilah rencana “gila” (menurut sebagian orang) ini semakin matang.

Akhir tahun 2009, salah satu low cost airlines yang cukup terkenal membuka rute penerbangan barunya dari Jakarta ke Ho Chi Minh City (Vietnam). Untuk memperkenalkan rute baru itu, maskapai tersebut bikin promo gila-gilaan. Pas banget dengan rencana saya untuk backpacker-an keliling ASEAN. Alhasil, terbelilah tiket pesawat Jakarta – Ho Chi Minh City atas nama saya, Irvan dan Nisun (teman baik saya juga) untuk tanggal 3 Februari 2010 dengan harga tak lebih dari Rp.360.000/orang. Horray… rencana keliling ASEAN sudah fix!

Saya santai-santai saja setelah tiket terbeli karena saya berpikir saat itu ada Irvan yang akan membimbing saya selama backpacker-an keliling ASEAN. Tapi ternyata eh ternyata, di saat-saat terakhir sebelum jadwal keberangkatan kami, Irvan mengundurkan diri dari rencana gila ini karena ia harus segera menyelesaikan skripsinya. Huwaaaawww, bisa dibayangkan kan betapa kalang kabutnya saya saat tau kalau Irvan tidak jadi berangkat. Saya tidak bisa mengandalkan Nisun karena dia sebelas-dua belas sama saya. Walaupun Nisun salah satu anak pecinta alam di kampus kami, tapi dia sama awamnya dengan saya soal urusan backpacker-an. Waduh, gimana doonngg…

Saya gamang, mau ikut nggak berangkat juga atau terpaksa harus fight berdua sama Nisun. Dan saya memilih yang kedua. Saya fight berdua sama Nisun untuk berkelana ke beberapa negara di Asean. Pertimbangan saya yang pertama adalah, sayang banget tiket promo yang sudah terbeli, yang kedua adalah belum tentu saya nanti bisa punya kesempatan (terutama waktu) untuk keliling ASEAN dan yang ketiga, rencana ini sudah dibuat sejak setahun yang lalu, masa iya saya mau ngebatalin gitu aja.

Di saat-saat terkahir sebelum jadwal keberangkatan, saya manfaatkan untuk browsing sana-sini mengumpulkan berbagai informasi tentang negara-negara yang akan saya kunjungi nanti. Dan yang paling penting adalah, saya harus cari host yang mau nampung saya selama saya traveling nanti untuk memangkas biaya penginapan. Untuk hal ini saya memanfaatkan www.couchsurfing.org, salah satu situs jejaring sosial yang didedikasikan untuk para backpacker supaya bisa mencari host saat traveling ke kota-kota tertentu.

3 Februari 2010, saya dan Nisun jadi NEKAD TRAVELER keliling 5 negara ASEAN.

VIETNAM

Petualangan kami bermula di Ho Chi Minh City-Vietnam. Dag dig dug duer saat pertama kali menginjakkan kaki di negara itu. Walaupun semua informasi sudah terkumpul, (misalnya tentang transport, penginapan murah (backpacker area), tempat wisata, dan lain-lain), tetap saja saya takut berada di tempat yang sangat asing bagi saya. Apalagi di negara ini saya nggak berhasil menemukan host yang mau menampung kami selama traveling ke Vietnam. Ya sudah, artinya kami harus cari penginapan.

Hal pertama yang harus saya lakukan ketika sampai di Ho Chi Minh City adalah menuju District 1 (backpacker area). Dari bandara ke District 1 seharusnya saya bisa ngirit pengeluaran dengan naik bus, tapi saya terpaksa harus naik taksi karena pesawat kami landing malam dan bus sudah tidak beroperasi pada jam tersebut. Walaupun begitu supir taksinya baik lho, kami nggak di muter-muterin atau disasar-sasarin, dia langsung menuju ke tujuan kami dan kamipun bisa memperoleh penginapan sesuai dibawah budget kami dengan keadaan diatas ekspektasi kami. Alhamdulillah…

Hari kedua di Ho Chi Minh City saya meniatkan diri untuk city tour dengan berjalan kaki dan naik bus. Tapi saya kena hasutan untuk naik cyclo dan ternyata saya kena tipu abis-abisan oleh cyclo itu. Cerita selengkapnya bisa dibaca disini. Melayanglah uang $70 ke tangan tukang cyclo gila itu! Bete? Jangan ditanya. Nangis bombay saya hari itu. Untung ada Nisun, partner traveling yang lebih kuat dari saya (walaupun ngomel-ngomel juga tapi nggak pake nangis) dan masih mampu menghibur saya yang shock parah di awal petualangan saya sebagai backpacker ini.

Lupakan kejadian ditipu sama tukang cyclo. Saya dan Nisun harus move on dan lebih hati-hati. Hikmahnya adalah, saya jadi dapat teman baik orang Vietnam yang mau membantu dan menemani kami selama traveling di Ho Chi Minh City. Cerita tentang hal ini bisa dibaca disini.

Saya di depan Cho Ben Thanh-Ho Chi Minh City, Vietnam
Saya di depan Cho Ben Thanh-Ho Chi Minh City, Vietnam

KAMBOJA

Saya niat banget pengen mengunjungi negara ini nggak lain dan nggak bukan hanya karena penasaran sama seperti apa sih Angkor Wat yang teramat sangat terkenal karena jadi lokasi shooting film Tomb Rider. Selebihnya, saya nggak terlalu antusias sama Kamboja, apalagi untuk mengunjungi museum Tuol Sleng Genocide atau Killing Field, ogah banget… Secara saya kan orangnya parnoan minta ampun. Daripada rugi harus keluar uang untuk bayar tuk-tuk dan tiket masuk yang akhirnya hanya membuat saya nggak tenang tidur berhari-hari, mending saya jalan-jalan aja keliling kota Phnom Phen. Oh iya, cerita tentang Kamboja bisa dibaca disini, disini dan disini.

Anyway, walaupun Kamboja “gitu-gitu” aja, ada yang bisa saya petik saat traveling ke negara ini. Yang pertama adalah saya dapat host yang baik banget lewat couchsurfing.org, namanya Mariam, cerita tentangnya bisa dibaca disini. Selain itu, di flat Mariam saya ketemu backpacker lainnya (cerita tentang mereka bisa dibaca disini). Dari mereka saya bisa bertukar pikiran tentang dunia per-backpacker-an dan tentunya berbagi informasi terutama tentang traveling ke kota atau negara yang akan saya kunjungi.

Anak Kamboja di Angkor Wat
Anak Kamboja di Angkor Wat

THAILAND

Thailand, sebenarnya saya sangat ingin ke Phuket dan Phi-Phi Island. Tapi apa mau dikata, budget saya nggak cukup kalau saya maksain diri untuk kesana. Jadilah saya hanya ke Bangkok saat backpacking ke Thailand. Di Bangkok saya menginap di flat host yang saya dapatkan melalui situs couchsurfing. Namanya Nick, orang Rusia. Cerita tentang Nick bisa dibaca disini.

Selama di Bangkok saya hanya city tour. Mengunjungi beberapa tempat wisata di area old town. Tapi saya hanya mengunjungi tempat wisata yang gratis saja dan yang tiket masuknya murah. Soalnya nggak lain dan nggak bukan, dana yang sebenarnya sudah saya siapkan untuk tiket masuk tempat wisata sudah “dipalak” sama tukang cyclo di Vietnam!

Anak Thailand
Anak Thailand

MALAYSIA

Di negara keempat dalam rangkaian ASEAN Trip saya ini, sebenarnya saya sudah mulai merasa kelelahan dan dana yang tersedia sudah mulai menipis. Jadilah saya nggak terlalu ngoyo untuk jalan-jalan. Saya hanya city tour, mengunjungi beberapa tempat wisata yang, ehm pastinya gratis. Untungnya waktu itu untuk naik ke sky bridge menara kembar Petronas masih gratis lho! Saya dan Nisun berhasil naik ke sky bridge karena Nisun yang kekeuh sumekeuh tetap ngantri walaupun tiket sudah habis karena kami kesiangan datang kesana. Tapi tiba-tiba ada sepasang bule yang sudah habis sabar mengantri, jadi mereka memberikan tiketnya pada saya dan Nisun. Jadilah kami bisa naik ke sky bridge. Yeay…

Di Malaysia saya lebih ke arah menikmati perjalanan saya, memperhatikan keadaan sekitar dan penduduk lokalnya. Dan yang tak kalah menariknya adalah karena saya menginap di flat Restu, salah satu mahasiswa Indonesia yang sedang menyelesaikan studi S1-nya disana, saya banyak bercengkrama dengannya dan juga teman-temannya sesama orang Indonesia. Berasa sudah di kampung sendiri gitu deh…

Saya di depan menara kembar Petronas
Saya di depan menara kembar Petronas

SINGAPURA

Singapura, negara terakhir dari rangkaian Asean Trip saya. Jujur saat itu kocek saya sudah tiris-tirisnya. Tapi alhamdulillah, saya bisa dapat host yang nggak lain dan nggak bukan adalah kakak kelas saya semasa SMA dulu. Namanya mbak Wulan. Mbak Wulan ini baik banget dan bisa baca isi kantong saya (hehehe…). Mbak Wulan nggak hanya ngasih tumpangan gratis selama saya di Singapura, tapi juga nyediain makanan dan ngasih saya uang recehnya untuk saya naik MRT/bus selama di Singapura. Baik banget kaann…

Sama seperti di Malaysia (Kuala Lumpur), saat di Singapura saya hanya city tour. Mengunjungi tempat-tempat wisata yang gratis dan jalan kaki menikmati suasana kotanya. Apalagi dari negara-negara sebelumnya yang saya kunjungi, Singapura merupakan negara yang paling maju, jadi enak aja walaupun cuma jalan-jalan kesana-kemari jalan kaki. Catet ya, JALAN KAKI! Hehehe… dasar backpacker kere!

Saya di seberang Merlion
Saya di seberang Merlion

4 JUTA, 17 HARI, 5 NEGARA + NEKAD

Pasti pada bertanya-tanya saya habis berapa untuk perjalanan saya selama 17 hari keliling 5 negara.

4 juta, ya kan?

Ah nggak seru ahh… Udah pada tau gara-gara saya tulis di judul dan sub judul artikel ini…

Ya, benar, saya hanya menghabiskan empat juta rupiah, Empat Juta Rupiah, EMPAT JUTA RUPIAH (hahaha… sengaja diulang-ulang biar tekesan dramatis gitu) untuk perjalanan ke 5 negara dalam 17 hari. Empat juta rupiah itu sudah termasuk tiket pesawat Jakarta-Ho Chi Minh City dan Singapura-Jakarta, transport antar negara, antar kota dan transport dalam kota, makan, penginapan (yang butuh menginap di hostel karena nggak dapet host), tiket tour atau tiket masuk tempat wisata, dan tentunya $70 untuk si cyclo menyebalkan di Vietnam itu.

Memang sih, saya belum senekad Gofar (@pergijauh) dan Nila Tanzil (@nilatanzil) yang benar-benar jadi #NEKADTRAVELER dengan hanya modal kuota internet 180GB dengan uang nol rupiah (untuk informasi lebih jelas tentang perjalanan mereka bisa bisa di cek di link ini telkomsel.com/nekadtraveler dan video tentang mereka di link ini tsel.me/TVCNekadTraveler). Tapi bagi saya, empat juta untuk traveling ke 5 negara dalam 17 hari nggak akan terwujud tanpa adanya unsur nekad dalam diri saya. Mengingat saat itu saya masih awam dalam dunia per-backpacker-an, tapi berani nekad “menceburkan diri” ke dalamnya.

Sebelum menjalani backpacking pertama saya itu, saya sempat merasakan yang namanya was-was dan takut. Tapi yang terpenting adalah bagaimana cara kita untuk mengatasi rasa takut yang ada pada diri sendiri dengan sedikit saja rasa nekad. Yakinlah, pengalaman yang kita dapat dari ke-nekad-an kita akan sangat berharga nantinya dan bisa jadi cerita yang nggak akan ada matinya.

Salam NEKAD TRAVELER.

telkomsel.com/nekadtraveler

tsel.me/TVCNekadTraveler

Continue Reading