Thoughts

Air Asia dan Mimpi Kami

By on August 17, 2013
Air Asia (image from: e-tiketpesawat.com)
Air Asia (image from: e-tiketpesawat.com)

Air Asia, sudah 5 tahun berturut-turut menyabet predikat Low Cost Airline dari Sky Trax. Air Asia patut berbangga karena ia telah mampu mengalahkan low cost airline lain dari seluruh penjuru dunia. Akan tetapi, Malaysia lah yang patut banyak-banyak berterima kasih.

Mangapa saya bilang Malaysia harus banyak-banyak berterima kasih pada Air Asia? Memang sih saya nggak punya data yang pasti antara tingkat kunjungan wisatawan asing ke Malaysia sebelum dan sesudah adanya maskapai Air Asia. Namun, menurut hemat suami saya dan saya sendiri, dengan berdirinya Air Asia (yang home base-nya di Malaysia) sebagai salah satu low cost airline di dunia penerbangan komersil, pastilah menyokong sekian persen pendapatan Malaysia dari bidang pariwisata, pajak, perhubungan dan bidang yang lain-lainnya.

Gini ya, Air Asia dalam perkembangannya banyak melayani rute-rute internasional yang otomatis penumpangnya sebagian besar bukan warga negara Malaysia. Jika ada rute yang membutuhkan transit maka Air Asia akan menggunakan Kuala Lumpur sebagai kota transitnya. Jika waktu transit lumayan lama, maka penumpang (mungkin) akan memilih untuk berkeliling kota Kuala Lumpur. Saat penumpang memutuskan untuk berkeliling kota (bahkan saat tidak memutuskan untuk berkeliling kota sekalipun) maka perputaran roda perekonomian akan bergerak. Asumsinya begini, misalnya penumpang tidak memutuskan untuk berkeliling kota, maka dia akan tetap di bandara. Saat di bandara mungkin ia akan belanja, minimalnya beli makan. Dengan dia beli makan di salah satu resto/cafe/kedai/warung yang ada di bandara, maka sudah jelas akan ada perputara uang disana. Nah, kalau dia memutuskan untuk berkeliling kota? Sudah sangat jelas akan ada perputaran uang, at least ongkos untuk transport keliling kota. See?? Malaysia patut berterima kasih.

Sebagai penyandang predikat the best low cost airline, Air Asia pastinya akan sering kasih harga tiket promo. Yah walaupun jumlah tiket yang dikasih harga promo nggak banyak, tapi itu cukup membuat orang-orang rela begadang semalaman  demi memperoleh tiket dengan harga (base fare) Rp.0,-. Setelah saya perhatikan, beberapa destinasi internasional yang dikasih harga promo gila-gilaan oleh Air Asia adalah destinasi ke Malaysia, seperti Kuala Lumpur dan Penang. Karena tergoda dengan harga yang miring tersebut maka orang seringnya terjebak untuk booking penerbangan kesana. Artinya apa? Sudah pasti perputaran roda perekonomian di Malaysia akan lebih tinggi dengan hal ini. Saat tiket sudah ditangan, orang pasti akan booking hotel disana dan saat sudah sampai sana, pasti akan ada pengeluaran untuk transport, makan, wisata, dan lain-lain. Banyak banget ya perputaran ekonominya hanya karena harga tiket pesawat yang hanya beberapa saja (dalam satu penerbangan) dibikin murah. See? Malaysia HARUS berterima kasih.

Indonesia terdiri dari lebih 17.000 pulau yang indah dan masih banyak yang belum terjamah karena keterbatasan sarana transportasi. Kalaupun ada, harga transportasi pasti tidak murah. Ambil contoh, Wakatobi, Derawan, Selayar, Raja Ampat, Labuan Bajo dan Komodo, keindahan tempat-tempat tersebut sudah tak perlu diragukan lagi. Bahkan Triniti-pun (penulis The Naked Traveler) masih men-cap Raja Ampat sebagai pantai terindah yang pernah dikunjunginya. Tapi keindahan tempat-tempat tersebut nggak akan ada artinya jika sara transportasi kesana belum ada yang bisa menyentuh kantong semua kalangan, terutama para budget traveler. Artinya apa? Perputaran roda perekonomian akan tetap seperti itu-itu saja dan tingkat perekonomian masyarakat setempat juga stagnan, ya kan?

In Life Never Stop Dreaming (image from: www.whitneymelendres.com)
In Life Never Stop Dreaming (image from: www.whitneymelendres.com)

Saya dan suami saat ini sedang merintis usaha transport. Dan kami dengan serius menggarap bisnis ini sampai mimpi kami terwujud. Pasti pada penasaran kan apa mimpi kami? Kasih tau nggak yaaa… hehehe… Ya, mimpi kami di usaha ini adalah sampai punya maskapai sendiri. Maskapai low cost airline untuk penerbangan perintis ke tempat-tempat oke yang saya sebutkan di atas. Nah, untuk home base-nya di Denpasar. Jadi kalau ada penerbangan yang membutuhkan transit, maka kota transitnya di Denpasar-Bali. Untuk tehnik marketingnya, akan memberlakukan diri seperti Air Asia, sampai menjadi top of mind di orang-orang sebagai maskapai termurah karena sering bikin promo gila-gilaan. Selain itu karena kami punya kontrak dengan banyak hotel di seluruh Indonesia, maka kami pasti akan menjalin kerjasama dengan hotel-hotel/penginapan tersebut untuk memberikan special discount bagi tamu yang membawa boarding pass maskapai kami. Trus ada layanan suttle bus juga dari bandara ke beberapa destinasi landmark atau hotel di kota tersebut (pastinya suttle bus itu nggak gratis dong, sebagai pelengkap aja biar penumpang kami nggak “keleleran” di bandara).

Nah, dan ini yang terpenting, untuk pesawatnya kami ingin pakai buatan bapak B.J.Habibie (semoga nanti saat mimpi ini terwjud beliau masih sehat wal afiat. Amiieennn…), karena sebagai orang Indonesia beliau lebih tau kondisi alam di Indonesia dan pesawat model seperti apa yang cocok untuk medan yang ada di Indonesia. Bukan pesawat buatan asing yang kurang safety karena tidak cocok dengan medan Indonesia.

Kebayang nggak sih bakalan seperti apa besarnya roda perekonomian yang akan berputar nantinya dengan berdirinya maskapai mimpi kami tersebut?

Hmmm, semoga mimpi ini bisa segera terwujud. Amiiinnn… 🙂

Continue Reading

Thoughts

Hati-Hati dengan Web Booking Hotel Online

By on May 20, 2013

Saat ini traveling jadi makin mudah dengan adanya beberapa web yang menyediakan jasa booking hotel online. Seringkali harga yang ditawarkan jauh di bawah harga jika kita booking langsung ke hotelnya. Sistem ini yang disebut sistem voucher hotel. Oleh sebab itu, ada baiknya para traveler hunting voucher hotel di beberapa web untuk membandingkan harga supaya memperoleh hotel yang sesuai keinginan dengan harga terbaik.

Ada beberapa web booking hotel online yang saat ini merajai dunia maya. Ambil contoh Agoda. Saya rasa Agoda sudah bukan hal asing lagi di telinga orang yang selalu online, khususnya para traveler. Saya juga sempat beberapa kali menggunakan jasa Agoda baik untuk keperluan pribadi ataupun menunjang pekerjaan saya.

Anyway, Agoda di satu sisi memang memudahkan dan membantu para traveler dalam merancang liburannya. Namun ada beberapa hal yang patut diwaspadai oleh traveler kalau booking hotel melalui web ini karena saya dan beberapa orang lain pernah merasakan “jebakan batman”nya Agoda.

Breakfast
Kasus sarapan ini saya alami saat saya booking Novotel Coralia-Lombok. Saya booking hotel ini semalam sebelum saya menginap. Karena tergiur dengan diskon yang cukup besar (di bawah harga kontrak saya sendiri dengan hotel ini), saya suami saya langsung saja booking hotel Novotel Coralia Lombok melalui Agoda tanpa ba bi bu lagi dan secara otomatis kartu kredit kami kena charge sesuai harga total yang tercantum di akhir. Saking buru-burunya booking, kami jadi kurang teliti. Ternyata harga promo tersebut tanpa breakfast! Jadilah kami kelaparan pagi harinya karena mengingat hotel ini jauh dari mana-mana. Kalau dihitung-hitung, jika dengan breakfast kontrak saya lebih murah dibanding harga yang dipasang Agoda.

Jebakan batman yang dipasang oleh Agoda di bagian ini adalah, di halaman pertama jika harga hotelnya sudah termasuk breakfast maka Agoda akan menulis “breakfast include. Namun harga tidak termasukmakan pagi, maka tidak ada tulisan apapun di halaman pertamanya. So, lebih teliti ya traveler kalau booking hotel lewat Agoda.

Tampilan Agoda Tanpa Breakfast (taken at May, 6th 2013)
Tampilan Agoda Tanpa Breakfast (taken at May, 6th 2013)
Tampilan Agoda Dengan Breakfast (taken at May, 6th 2013)
Tampilan Agoda Dengan Breakfast (taken at May, 6th 2013)

Hotel Sudah Tutup
Pengalaman buruk lain dengan Agoda bukan saya yang mengalaminya, tapi temannya teman saya. Saya tahu cerita ini dari twitter. Jadi temannya teman saya itu update status di twitter yang di-RT sama teman saya. Semalam sebelum check in hotel dia baru booking hotel melalui Agoda. Tapi saat mau check in di hotel dia hanya bisa melongo karena hotel yang dipesannya semalam ternyata sudah tutup 10 hari yang lalu. Kasihan banget ya…

Inilah kelemahan web booking hotel online yang benar-benar online. Tidak ada customer servicenya yang online dengan pihak hotel jadi tidak update kalau hotel yang bersangkutan ternyata sudah tidak beroperasi lagi.

Customer Service
Kalau untuk urusan customer service, dengan sangat menyesal saya harus kasih angka NOL pada Agoda. Nol disini berarti yang terjelek ya. Karena customer service Agoda tidak jelas keberadaannya dimana dan seringnya tamu komplain ke web booking hotel online lain untuk bookingannya pada Agoda. Ini artinya Agoda tidak menyiapkan staff customer care untuk webnya. Padahal menurut saya, kalau jualan jasa, customer service adalah staff paling penting harus ada untuk menerima keluhan dari customer.

Tax and Service
Tax and service, pajak dan pelayanan. Harga yang tercantum di halaman pertama Agoda bukan harga nett, ada plus-plus tax and service yang akan dibebankan pada customer yang akan tercantum di halaman berikutnya. Kalau dulu sistem Agoda di halaman berikutnya akan memunculkan jumlah tax and service yang harus dibayarkan, namun sekarang angka tersebut dihilangkan dan hanya ada tulisan kecil-kecil warna abu-abu tipis yang isinya tax and service belum termasuk. Nah, ini dia yang benar-benar jebakan batman yang dipasang oleh Agoda. Customer yang tidak teliti akan terjebak pada pemikiran bahwa harga yang akan dibebankan pada kartu kredit mereka adalah yang tercantum di web tersebut. Padahal masih ada tambahan service 10% dan tax 10% yang juga akan dibebankan pada kartu kredit customer. Hhhmmm, kalau sudah sampai sini bisa dikatakan penipuan nggak sih travelers??? So, harus teliti ya…

"Jebakan Batman" Agoda di Tax & Service
“Jebakan Batman” Agoda di Tax & Service (taken at May, 6th 2013)

Ambigu
Ambigu atau membingungkan. Tidak terjadi pada situs Agoda, tapi pada situs booking hotel online yang lain yaitu bookpanorama. Situs ini merupakan situs booking hotel online baru milik Panorama Travel yang brand ambassadornya Sandra Dewi. Saya bilang ambigu karena slogan mereka “Booking Sekarang, Bayar Belakangan”. Memang benar saat, kita booking dan harus memasukkan kartu kredit tidak akan ada charge apapun di kartu kredit kita dan customer baru akan bayar saat check in hotel. Nah, di pikiran saya kalau saya booking sekarang dan akhirnya saya cancel bookingannya, berarti nggak bakalan kena charge dong seharusnya kartu kredit kita. Tapi ternyata tidak. Jadi ataupun tidak jadi kita menginap di hotel yang telah kita booking melalui bookpanorama, kartu kredit kita pasti akan kena charge. So, apa bedanya??? Membingungkan kan slogannya…

Ambigunya bookpanorama :)
Ambigunya bookpanorama 🙂

Hhhmmm… Banyak sekali web booking hotel online yang saat ini bertebaran di dunia maya. Ujung-ujungnya kita sebagai customer yang harus waspada, teliti dan hati-hati supaya tidak terjerat pada jebakan batman yang mereka pasang. So, pesan saya be a smart traveler is a must 🙂

Continue Reading

Thoughts

Pentingnya Kartu Kredit

By on November 30, 2012
Credit Card (Image from: http://www.gobankingrates.com)

Saya dulu termasuk salah satu orang yang “anti” sama yang namanya kartu kredit. Saya selalu berpikiran kalau kartu kredit akan menjadikan saya orang yang konsumtif. Selain itu, dengan memiliki kartu kredit akan membuka peluang saya untuk memiliki utang yang pasti akan merepotkan saya di kemudian hari. Yang pasti, saya nggak mau pakai uang yang sebenarnya tidak milik saya saat ini.

Sejak doyan ngider kesana-kemari (baca: traveling) dan harus bergelut dengan dunia usaha di bidang perjalanan wisata maka mau nggak mau, saya harus memiliki kartu ajaib yang bagi sebagian orang bisa menyelesaikan masalahnya saat itu. Ya, saya harus memiliki kartu kredit. Memang sih kartu kredit tersebut bukan atas nama saya, tapi atas nama suami saya, tapi bukankah punya suami saya jadi punya saya juga? Alhasil, kami memiliki 2 kartu kredit, 1 Mastercard dan 1 lagi Visa.

Sejak punya kartu kredit, pandangan saya tentangnya jadi berubah. Yang awalnya negatif, berubah menjadi sedikit positif. Pastinya, kartu kredit itu sangat dibutuhkan kalau kita mau booking penginapan di beberapa web booking hotel / hostel di seluruh dunia. Dan untuk pembayaran transaksi di semua airline internasional juga harus pakai credit card.

Satu hal lagi, just in case kita kehabisan uang saat traveling, kita bisa pakai kartu kredit itu dulu untuk bertransaksi ini-itu. Daripada kita mati kelaparan atau malah ga bisa pulang, Ya kan?? Jadi kelihatan kan pentingnya yang namanya kartu kredit bagi kehidupan para traveler.

Tapi guys, yang harus diwaspadai kalau kita lagi traveling, trus tiba-tiba kita kecopetan (aduh jangan sampe deh ya…), jangan lupa untuk langsung blokir kartu kredit kita supaya tidak disalahgunakan oleh pihak yang nyopet barang kita tersebut.

Kartu kredit di satu sisi memberikan manfaat bagi kita si pecinta jalan-jalan. Asal jangan lupa aja untuk bayar tagihan bulanannya kalau sudah dipakai. 🙂

Continue Reading

Thoughts

Pariwisata, Indonesia dan Rencana Kami

By on March 23, 2012

Bali sebagai salah satu icon pariwisata di Indonesia saat ini saya rasa sudah kalah pamor dengan negara tetangga kita seperti Malaysia, Thailand, Singapore dan Filipina. Salah satu travel agent di Bali yang jaringannya telah mendunia melaporkan bahwa tingkat kunjungan turis Eropa turun sekitar 40% di tahun 2011. Wew, angka yang cukup fantastis karena hampir separuh turis Eropa tidak mengunjungi Bali lagi. Memang alasan turis Eropa tidak mengunjungi Bali lagi bisa bermacam-macam dan nggak selamanya karena mereka sudah tidak tertarik lagi dengan Bali. Tapi tetap saja menurut saya kunjungan turis Eropa yang menurun drastis itu harus disikapi dengan serius, terutama oleh pemerintah Indonesia.

Tahun 2008 dan 2009 yang lalu saya berkesempatan untuk menjadi salah satu duta Indonesia dalam pertukaran pelajar dan student conference di luar negeri. Salah satu misi kami selama di negeri orang adalah memperkenalkan Indonesia baik itu tentang budayanya, pariwisatanya, dll. Singkatnya kami jadi agen promosi Indonesia. Sebelum berangkat kami dibekali dengan beberapa materi yang berkaitan dengan budaya dan pariwisata berupa buku-buku, poster, travel guide, dan sebagainya. Saat sudah sampai di negara tujuan salah satu pegawai konjen Indonesia setempat berkomentar pada saya, “Coba deh kamu mikir, berapa banyak dana yang harus dikeluarkan pemerintah untuk bikin buku-buku seperti ini? Cost yang dikeluarkan pasti besar dan seringnya nggak tepat sasaran. Mending bikin iklan pariwisata Indonesia di TV seperti di HBO, Star World, Star Movie, etc. Pasti akan lebih mampu menarik wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia.”

Nah, saya jadi mengaitkan turunnya tingkat kunjungan turis Eropa tahun 2011 dengan obrolan saya sama salah satu pegawai konjen Indonesia di luar negeri (sebut saja Mbak Cinta-bukan nama sebenarnya). Saya jadi berpikir, mungkin benar pendapat Mbak Cinta kalau materi promosi pariwisata yang dibuat oleh Indonesia kurang tepat sasaran plus ngabisin cost yang lumayan besar! Akibatnya, ya itu tadi, wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia Bali jadi turun.

Suami saya sering nonton Star Movie Fox Movie Premium, iklan pariwisata Malaysia sering sekali muncul di tiap jeda pergantian film. Iklan pariwisata Singapore dan India juga ikut-ikutan sering muncul, tapi frekuensinya nggak sebanyak iklan pariwisata Malaysia. How about Indonesia? Nggak pernah ada sama sekali!

Saya lupa pernah baca dimana, yang pasti jumlah kunjungan wisatawan asing ke Malaysia, Singapore, Thailand, Filipina naik sekian kali lipat setelah mereka gencar masang iklan pariwisatanya di TV. Statement itu saya buktikan saat saya ke Thailand dan Malaysia.

Saat saya ke Kuala Lumpur-Malaysia, yang mana Kuala Lumpur saya sejajarkan dengan Jakarta di Indonesia, wisatawan asing yang saya temukan disana lebih banyak daripada wisatawan asing yang saya temukan di Jakarta. Tapi setelah ngobrol dengan beberapa turis yang berkunjung di Kuala Lumpur, sebagian dari mereka bilang kalau mereka sebenarnya bingung setelah sampai di Malaysia mereka mau ngapain karena nggak sesuai dengan iklan yang dilihatnya di TV. Ya, mereka korban iklan!

Saat saya ke Phuket dan Phi-Phi Island-Thailand (yang mana menurut saya Phuket itu sama dengan Bali kalau di Indonesia dan Phi-Phi Island itu sama dengan Gili Trawangan) banyak sekali turis asing yang ada disana. Jauh banget dengan banyaknya turis di Bali, bahkan saat high season sekalipun. Padahal, pantai di Phuket dan Phi-Phi Island sama saja dengan pantai di Bali dan Gili Trawangan. Bahkan pantai di Bali memiliki keunggulan daripada pantai di Phuket, yaitu ombaknya yang bagus buat surfing. See? Turis-turis itu juga “kemakan” iklan!

Phi-Phi Island
Gili Trawangan

Saya dan suami saat ini mengelola satu usaha trip organizer di Bali. Saat melihat banyaknya turis mancanegara di Phuket, otak bisnis suami saya langsung jalan. Saya, suami saya jadi berinisiatif untuk membuka tourist information disana yang jualan utamanya adalah Bali dan sekitarnya (Lombok, Gili Trawangan, Flores, Pulau Komodo). Unggulan kami nanti adalah surfing di Bali, soalnya bule-bule kan pada suka surfing. Hhhmmm, it sounds great! Saya menyetujuinya setelah melihat kalau kantor kami di Bali sudah bisa tetap berjalan tanpa kami. Kami bisa meninggalkan kantor utama di Bali salah satu alasannya karena strategi marketing yang kami jalankan adalah melalui internet marketing. Makanya kami juga bisa meng-handle semuanya dimanapun kami berada selama masih ada koneksi internet.

Target kami, akhir tahun ini atau awal tahun depan kami sudah bisa pindah kesana. Kami nggak bisa secepatnya pindah kesana karena pertengahan tahun ini masih ada dua event di Bali plus satu wedding di akhir tahun yang harus kami handle dulu. Karena event-nya lumayan besar, jadi kami nggak berani menyerhkannya ke partner kerja disini. Setelah event itu selesai, barulah kami mengurus semua keperluan berkaitan dengan kepindahan kami ke Phuket nanti, terutama visa bisnis. Ya, visa bisnis itu yang paling penting. Semoga visa bisnis kami nanti nggak dipersulit oleh pihak kedubes Thailand di Indonesia.

Coba deh bayangkan kalau kami jadi pindah ke Phuket-Thailand dan membuka tourist information disana, trus kami bisa “ngirim” tamu ke Bali dan sekitarnya, pastinya bukan hanya kami yang diuntungkan oleh hal ini. Tapi juga usaha lain yang berhubungan dengan kami juga diuntungkan. Hotel, restoran, partner usaha surfing+watersport, dan lain-lain juga ikut diuntungkan kan?

Hhhmmm… Disaat kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kurang tepat (menurut mbak Cinta dan saya), penting sekali ada langkah-langkah kecil yang mandiri dari para warga negaranya. Dan semoga langkah kecil ini tidak dijegal oleh orang-orang yang hanya mementingkan urusannya sendiri. Karena kami hanya mencari “remah-remah roti” untuk mengisi perut kami+pegawai kami. Kalau nantinya kami menemukan segenggam berlian dari langkah kecil ini ya siapa yang mau nolak coba??? hehehe… 😀

Semoga langkah kecil ini diridhoi oleh Allah SWT… Amien… 🙂

Denpasar, 23 Maret 2012 (the silent day) 15.39 WITA

Continue Reading

Asia | Indonesia | Thoughts

Apa yang Bikin Malaysia Iri sama Indonesia?

By on December 18, 2011

Saya sudah beberapa kali mengunjungi Malaysia. Dan (jujur, tanpa bermaksud menyakiti hati orang manapun, terutama orang Malaysia) menurut saya nggak ada yang istimewa dari negeri Jiran itu.

Well, saya akui Indonesia saat ini memang sudah tertinggal jauh dari Malaysia. Hal ini bisa terbukti salah satunya melalui peringkat HDI. Indonesia berada di peringkat ratusan, sedangkan Malaysia sudah melesat ke peringkat puluhan. Malaysia boleh bangga akan hal itu. Bahwa negaranya lebih maju dari Indonesia padahal Indonesia duluan merdeka daripada Malaysia.

Tapi, traveler tahu nggak apa yang bikin orang Malaysia iri sama Indonesia?

Saya tahu hal itu saat saya pertama kali ke Malaysia. Waktu itu saya (Alhamdulillah) dapat program pertukaran pelajar dari Dikti. Seperti halnya program pertukaran pelajar pada umumnya, saya memiliki housefam. Ayah angkat saya di Malaysia adalah orang Malaysia asli, sedangkan istrinya orang Indonesia. Beliau dulu sempat kuliah di Indonesia. Karena hal inilah saya banyak ngobrol dan bertukar pikiran dengan beliau.

Singkat kata, saya ngobrolin tentang pendidikan di Malaysia dengan ayah angkat saya itu. Di Malaysia bahasa pengantar untuk beberapa mata pelajaran (mulai jenjang SD) menggunakan bahasa Inggris. So nggak heran kalau orang Malaysia jago bahasa Inggris. Tapi ternyata justru hal inilah yang membuat Malaysia (sedikit) kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Melayu. Mengapa demikian???

Jadi penduduk Malaysia terbagi menjadi tiga etnis besar, Melayu, China dan India. Di rumah, mereka menggunakan bahasa ibu masing-masing. Yang orang Melayu pakai bahasa Melayu (campur bahasa Inggris), yang orang China pakai bahasa Mandarin dan yang orang India ngomong pake bahasa India. Sebenarnya satu-satunya cara untuk tetap menggunakan bahasa Melayu adalah di sekolah, tapi di sekolah sendiri seringnya pakai bahasa Inggris. Jadilah orang China dan India yang ada di Malaysia tidak terlalu fasih berbahasa Melayu. Kesimpulannya Malaysia kurang memiliki identitas sebagai bangsa Melayu.

Trus kaitannya dengan iri sama orang Indonesia apa? Begini, di Malaysia kan hanya ada 3 etnis besar, tapi mereka nggak bisa mendidik rakyatnya untuk bisa berbahasa Melayu. Sedangkan Indonesia? Kita mempunya banyak bahasa daerah dan juga terdiri dari beragam etnis (terutama China yang banyak ada di Indonesia), tapi semua orang Indonesia pasti bisa berbahasa Indonesia. Walaupun dengan logat yang berbeda, orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke bisa berbahasa Indonesia. Orang China yang ada di Indonesia pun bisa berbahasa Indonesia. Bahkan, para expat juga banyak yang bisa bahasa Indonesia. Ya, semua itu karena kita memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda tetapi tetap satu. Hal ini yang tidak dimiliki oleh Malaysia. Dan hal ini juga yang bikin orang Malaysia iri sama Indonesia.

Bhineka Tunggal Ika (image from: shadowness.com)

Saat saya mengunjungi icon-nya Malaysia, menara kembar Petronas untuk yang pertama kalinya, betapa kagetnya saya ketika membaca slogan yang mirip arti Bhineka Tunggal Ika terpasang di gedung itu. Slogan Malaysia di gedung Petronas yaitu “Satu Warisan, Satu Matlamat, 1 Malaysia“. Saya lalu ingat obrolan saya sama ayah angkat saya dulu dan saya mencoba untuk berpositif thinking. Rupanya Malaysia belajar dari Bhineka Tunggal Ika yang dimiliki Indonesia.

Satu Warisan, Satu Matlamat, 1 Malaysia

Yah, semoga Malaysia bisa belajar dari Indonesia deh… 🙂

Continue Reading

Thoughts

Jadi Backpacker? Why Not?? :)

By on June 18, 2010

Traveling ke luar negeri, mungkin yang terbersit dalam benak kita adalah hal ini hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang berduit saja. Jangankan traveling ke luar negeri, traveling mengelilingi negeri sendiri saja saya yakin tidak sampai 10 persen orang Indonesia yang sudah pernah melakukannya. Maklum lah, negara kita kan luas banget… Alasan utama orang Indonesia enggan, tidak memprioritaskan traveling dalam rencana hidup karena membayangkan kalau traveling pasti membutuhkan alokasi keuangan yang tidak sedikit. Wajar menurut saya, terlebih lagi jika ditambah alasan waktu yang dimiliki sangat terbatas. Jatah cuti dalam setahun kan hanya 12 hari saja. Dua alasan ini merupakan alasan utama yang seringkali dikemukakan oleh sebagian besar orang, tapi umumnya alasan pertamalah yang jadi alasan utama, terutama bagi kaum muda.

Tapi tahukah kamu bahwa ada cara yang murah untuk bisa traveling ke luar negeri? Yah, traveling ala backpacker!

Saat ini di Indonesia sedang booming-booming-nya tentang backpacker atau budget traveling. Saya sangat senang dengan hal itu. Karena menurut saya traveling itu penting untuk me-refresh otak kita dan melihat “dunia baru” yang diluar keseharian kita. Cuma masalahnya apakah kita mau traveling dengan modal pas-pasan dan mengenyampingkan faktor kenyamanan?

Backpacker atau budget traveler adalah orang yang melakukan perjalanan dengan budget (biaya) tertentu dan biasanya budgetnya itu pas-pasan. Nah, karena biayanya yang pas-pasan, umumnya para backpacker melakukan segala cara untuk menekan pengeluarannya. Caranya biasanya dengan mengurangi belanja-belanja yang nggak penting, numpang nginep di tempat orang, makan seadanya, dan banyak jalan kaki biar ngirit ongkos. It’s oke buat para backpacker karena justru dari situlah mereka menemukan banyak pengalaman baru yang sangat berharga. Masalahnya apakah kamu mau dan berani mengalami semua itu?

Ragu, wajar jika kamu ragu. Saya pun demikian saat sebelum melakukan Asean Trip, perjalanan nekat ala backpacker pertama saya. Saya teramat sangat bingung, takut dan ragu untuk memulainya. Apalagi saat mengetahui kalau teman saya yang tahu benar dengan seluk-beluk per-backpackeran tidak jadi ikut Asean Trip dengan saya. Anda tahu berapa budget saya untuk Asean Trip ke 5 negara? Hanya Rp.4juta! Dan itu sudah termasuk biaya untuk pesawat JKT-HCMC, SIN-JKT, makan, sewa hotel di beberapa tempat, transport antar negara, transport lokal, masuk tempat wisata dan saya juga sempat kehilangan $70 di HCMC karena ditipu sama tukang cyclo! Dan dana segitu untuk perjalanan lebih dari dua minggu! Gila kan? Tapi nyatanya saya bisa kok melakukan perjalanan dengan budget hanya segitu dan selamat sampai di pangkuan ibu pertiwi lagi. 🙂 *senyum penuh kemenangan*

Apa lagi yang ditunggu? Saya sudah membuktikan kalau tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan melakukan perjalanan ala backpacker (tentunya dengan beberapa perhitungan dan persiapan yang matang). So, jadi backpacker? Why not?? 🙂

Bogor, 18 Juni 2010 17:31

~Okvina Nur Alvita

Continue Reading