Cerita Traveling | Thoughts

Jadi Backpacker?

By on February 16, 2010
Newly Backpacker

Gak kerasa ya, ternyata saya sudah dua minggu melanglang Asean. Sekarang saya sudah di Kuala Lumpur-Malaysia.

Banyak yang ingin saya ceritakan sih selama perjalanan Asean Trip ini, tapi sayangnya saya gak punya cukup waktu untuk menuliskannya. Disamping itu, saya tidak membawa laptop saya, jadi aktivitas menulis menjadi semakin terhambat.

Sekarang saya lagi numpang di flat salah 5 mahasiswa Indonesia yang kuliah Universiti Malaya. Berhubung orangnya masih tidur, jadi saya lebih leluasa untuk minjem laptopnya.

Oke, ada yang ingin saya ceritakan saat perjalanan saya dari Kamboja menuju ke Thailand.

Walaupun ini bukan perjalanan yang paling melelahkan, tapi menurut saya perjalanan Kamboja-Thailand kurang nyaman dan menduduki perjalanan melelahkan kedua selama Asean trip. Saya harus bayar $12 untuk perjalanan Siam Reap (kamboja) sampai Bangkok (Thailand). Tapi fasilitas dan pelayanan yang saya dapatkan sangat tidak sesuai dengan uang yang harus saya bayar. Dari Siam Reap menuju Poipet (border Kamboja) saya diangkut dengan bus model trans pakuan kalo di Bogor, emang sih ada AC-nya tapi sempitnya itu lho yang gak ketulungan! masih belom lagi bule-bule yang naik badannya kan pada segede-gede kulkas! Jadi ngebikin suasana semakin sesak saja! udah gitu, kami para penumpang bus masih disuruh jalan kaki dari border Poipet (Kamboja) menuju Aranyaprathet (thailand). kebayang dong jalan kaki melintasi border dua negara yang ternyata gak deket! kalo pas lagi gak bawa backpack sih gak masalah, tapi ini udah bawa backpack, panasnya ampun-ampunan lagi, masih di suruh jalan! Padahal waktu perjalanan Vietnam-Kamboja, atau Thailand-Malaysia, yang juga harus melintasi border kedua negara, travelnya nganterin, nggak ngebiarin jalan sendiri seperti ini. Fiuuuhhh… 🙁

Anyway, kok saya jadi curhat colongan begini ya? padahal yang pengen saya ceritain kan bukan ini…. 😀
Jadi begini, waktu undah selesai urus-mengurus visa di Imigrasi Thailand, kami meneruskan perjalanan ke Thailand. Nah, disitu ada salah satu penumpang ngajakin ngobrol. Saya lupa nggak nanyain namanya, yang pasti dia dari U.S, sebut saja Mr.X. Percakapan ini sengaja saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia, supaya lebih memudahkan pembaca.

Continue Reading

Thoughts

Review Travelers’ Tale

By on February 1, 2010

saya baru minggu kemarin baca travelers’ tale dan gak ada kata lain selain, Bravo!!
four thumbs up (jari tangan+jari kaki) deh buat Adhitya Mulya, dkk…
novel ini bener2 di luar ekspektasi saya.
selain enak dibaca, banyak pelajaran yang bisa diambil di dalamnya (terutama tips-tips untuk travelingnya).

saya kagum banget (entah sama penulis atau sama editornya yah?? dua-duanya deh…), kok bisa empat penulis bikin satu novel, dengan gaya bahasa yang beda-beda tapi masih tetep enak dibaca?
dan justru hal ini yang bikin tiap karakter yang ada di travelers’ tale jadi kuat banget… Salut deh pokoknya…

cerita didalamnya juga oke banget, walaupun topik utama yang diangkat tetep tentang cinta, tapi menurut saya, ini malah cuman jadi bumbu aja. yang paling menonjol adalah tentang cerita keempat tokoh yang sama-sama berusaha untuk sampai di tempat tujuan (Barcelona) dengan cara masing-masing (namanya juga travelers’ tale ya? hehehe… )

setelah membaca buku ini, saya jadi bener-bener terispirasi untuk buying experience saat treveling karena selama ini kalo saya traveling, saya seringnya cuman buying things…
buku ini juga sangat berguna buat orang yang mau treveling, terutama untuk yang low budget traveling. oh iya, minggu depan (tanggal 3 Februari) kan saya mau backpacker ke Asean (Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapore dan berakhir di Batam), dan setelah baca buku ini saya jadi lebih siap untuk traveling sendirian

by the way, saya kok ngerasa kayak jadi first reader gini yah…??

Continue Reading

Cerita Traveling | Thoughts

Asean Trip Sendirian? Why Not? :)

By on January 31, 2010

Dear All, setelah sakit ati karena gak bisa seminar tanggal 2 Februari 2010, saya akhirnya memfokuskan diri untuk nyiapin Asean Trip saya. Rencana traveling yang sudah saya susun sejak setahun yang lalu.

Rute Asen Trip yang saya buat adalah Vietnam (HCM City or Saigon), Kamboja (Phnom Pehn n Siem Reap), Thailand (Bangkok), Malaysia (KL), Singapore dan Batam. Saya sudah beli tiket pesawat dari bulan November tahun lalu (biar dapet tiket murah, tapi resikonya tiket yang kami beli fixed date, so tanggalnya gak bisa diganti-ganti). Saat itu rencana saya berangkat dengan dua orang teman (Irvan dan Nisun).

Waktu booking tiket pesawat harapan kami, semua urusan perskripsian sudah selesai dan tinggal wisuda tanggal 24 Februari.Tapi, kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan (halah, ngedrama banget gak sih? hehehe.. ), urusan perskripsian kami bertiga ternyata belom selesai. Irvan dan saya belom seminar dan sidang, Nisun sudah seminar dan sidang, tapi belom perbaikan karena ditinggal PS-nya ke Iran.

3 Februari, jadwal berangkat kami untuk Asean Trip.

Dua minggu sebelum keberangkatan, Irvan memberitahu saya untuk mengurunkan niatnya karena skripsinya yang belom selesai. OMG, waktu tahu kalau Irvan gak jadi ikut, rasanya beban saya jadi dua kali lipat! Bayangin coba, traveling berdua doang sama si Nisun! It means, nggak ada cowok yang ngejagain kita berdua!! Saya sempet ngamuk2 plus ngambek parah sama Irvan, tapi ya harus gimana lagi? setiap orang berhak untuk memilih bukan?

Akhirnya, saya memantapkan hati untuk tetap traveling, kan masih ada Nisun… 🙂
Satu minggu sebelum keberangkatan, ada pengumuman kalau SKL (Surat Keterangan Lulus) harus sudah keluar sebelum tanggal 12 Februari kalau nggak mau kena SPP lagi. Nah, si Nisun yang tinggal perbaikan nggak mau dong bayas SPP lagi. Tapi dia juga nggak bisa perbaikan secepatnya karena dosennya masih di Iran dan baru pulang Senin besok… So, keputusannya adalah… dia juga out dari Asean Trip!!

OMG OMG OMG!!! Shock saya saat tahu hal itu!! Artinya, saya sendirian dunks traveling ke Asean??? Sempat gamang juga sih… apa dibatalin aja yah? Tapi ini tuh udah saya rencanain dari jaman tahun kemaren… dan kalo misalnya saya nggak berangkat Asean Trip, saya rugi dua kali dong, rugi tiket pesawat dan masih harus bayar SPP pula! mending salah satunya aja khan??? Akhirnya saya memantapkan diri untuk tetap berangkat walaupun sendirian… 🙂

Takut sih pasti ada, tapi saya mantapkan diri lagi kalau nggak ada yang nggak bisa dilewati di dunia ini. Saya pasti bisa backpacking sendirian. Saya jadi ingat cerita Trinity, Marina, Asma Nadia dan para backpacker cewek lainnya. Mereka bisa keliling dunia sendiri, lalu kenapa saya yang masih ngelilingin benua sendiri harus takut? Saya yakin saya pasti bisa. Yang saya butuhkan sekarang adalah persiapan yang matang.

Saya tidak ragu lagi untuk berangkat Asean Trip, apalagi setelah baca travelers’ tale-nya Adhitya Mulya, et all. Saya hanya butuh observasi yang selengkap-lengkapnya tentang semua hal yang berkaitan dengan negara tujuan saya. Dan itu bisa dilakukan via internet.

Yah, saat ini saya sedang mengumpulkan semua (tepatnya: melengkapi) informasi tentang transportasi, penginapan, host, tempat wisata, makanan, dll yang dibutuhkan saat traveling nanti. Doain saya ya temen-teman… Semoga backpacking saya yang pertama ini lancar… 🙂

Bogor, 31 Januari 2010
~Okvina Nur Alvita

Continue Reading

Thoughts

Tentang Template Blog Ini

By on January 27, 2010

Kenapa saya milih template ini?
Menurut saya, template ini mewakili jiwa saya.

Kita pretelin satu per satu yah…

Foto-foto, saya suka traveling dan mulai belajar gimana caranya ngambil foto yang bagus (baca: jadi fotografer). Saat saya sedang traveling, pastinya saya foto-foto dunks untuk mengabadikan moment dan tempat yang sedang saya kunjungi. Jadi foto mewaliki dunia traveling saya.

Pensil-pensil, saya suka nulis, jadi pensil mewakili dunia tulis-menulis.

Agenda, saya orang cukup sibuk, sibuk dengan segala aktivitas yang saya jalani. Saya selalu butuh agenda untuk meng-organizad semua aktivitas saya.

Kopi, kopi selalu identik dengan sesuatu yang nyaman dan menyenangkan. Bagi saya, menikmati kopi sama dengan menikmati hal-hal yang saya suka.

That’s all. 🙂

Continue Reading

Thoughts

Jangan hanya sekedar Let it Flow!!

By on December 6, 2009

“Let it flow aja lah… Jalani hidup kita dengan mengalir seperti air…”, banyak teman-teman saya yang berkata demikian. Tapi saya kok kurang setuju ya dengan pandangan Let it flow ini…

Lulus Kuliah

Apalagi yang jadi pokok bahasan mahasiswa tingkat akhir seperti saya ini kalalu bukan masalah lulus?

Saat saya masih semester empat dulu, saya ingin sekali jadi yang pertama di IKK. Pertama seminar, pertama sidang dan pastinya yang pertama lulus. Tapi sayangnya, saya nggak bisa mewujudkan hal itu disebabkan oleh pencapaian saya yang lain. Pencapaian yang lain itu benar-benar sesuai dengan keinginan saya selain jadi lulusan pertama IKK. Yah, memang harus ada yang dikorbankan, dan saya harus mengorbankan jadi lulusan pertama IKK.

Tapi saya nggak nyesel tuh dengan nggak jadi yang pertama lulus, atau lebih tepatnya, dengan nggak lulus cepet-cepet.

Karena dengan saya nggak lulus cepet, saya memperoleh hal lain yang tidak semua mahasiswa mendapatkannya. Saya ke Malaysia untuk Student Exchange, saya ke Jerman untuk menghadiri konferensi mahasiswa tingkat dunia, dan juga saya punya banyak kenalan mahasiswa Korea dan Thailand karena menjadi guide mereka saat mereka berkunjung ke Indonesia.

Pengalaman inilah yang nggak bisa tergantikan hanya dengan status lulus cepat.

Saya memperoleh hal lain yang jauh lebih saya inginkan daripada hanya sekedar lulus cepat, yakni go international.

Saya jadi berpikir, apakah teman-teman saya yang lulus cepat mendapatkan apa yang mereka inginkan? Apakah setelah lulus mereka mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang mereka harapkan? Jangan-jangan mereka sekarang masih bingung karena masih belum mendapatkan pekerjaan. Dan kalaupun udah dapet kerja, apa mereka bisa menikmati pekerjaannya? Sesuaikah pekerjaan mereka saat ini dengan apa yang benar-benar mereka inginkan (dari segi salary, waktu bekerja, suasana tempat kerja, etc)? Jangan-jangan mereka malah nggak tahu apa yang mereka inginkan dan nggak tahu bagaimana cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Yah,, hanya sekedar Let it flow aja…

Ups, buat teman-teman yang udah lulus dan udah kerja jangan tersinggung ya… Nggak semuanya kayak gitu kok… saya yakin kalo kalian mendapatkan yang benar-benar kalian inginkan… 🙂

Sampai saat ini saya masih belum lulus bukan berarti karena saya nggak ingin segera mengakhiri masa studi S1 saya. Tapi karena saya tahu kapan waktunya saya lulus. Saya nggak hanya sekedar let it flow untuk urusan lulus ini. Saya tahu apa yang saya mau…

Topik Skripsi

Berputar dimasalah yang sangat sensitive dengan lulus, skripsi.

Beberapa kali saya ditawari oleh dosen untuk ikut di proyek penelitian beliau-beliau itu. Dosen saya bilang kalau hasil penelitiannya bisa sekalian jadi skripsi saya. Tapi, beberapa kali itu juga saya menolak tawaran dosen. Saya bilang kalau saya sudah punya topik sendiri untuk skripsi saya. Saya tidak tergiur sedikitpun dengan tawaran dosen saya (yahh, kalo ikut proyek kan kita dibayar juga… artinya, kita nggak bakalan keluar uang untuk penelitian kita, malah, kita bakalan dapet duit dari proyek itu…).

Saya menolak tawaran itu karena saya nggak ingin melakukan hal yang sudah banyak diteliti oleh orang lain. Untuk apa kita melakukan hal yang sama seperti kebanyakan orang sudah kerjakan??

Bagi saya, skripsi saya merupakan buku pertama yang saya buat dalam sepanjang perjalanan hidup saya. Saya ingin novelty dalam buku pertama saya ini.

Saya nggak nggak sekedar let it flow untuk urusan skripsi. Saya tetep kekeuh dengan ide penelitian saya sendiri karena saya benar-benar menginginkan penelitian saya ini.

Rencana Masa Depan

Untuk masa depan saya, saya pun tahu apa yang saya inginkan dan bagaimana cara untuk meraihnya. Walaupun saat ini saya sedang bimbang diantara dua pilihan, tapi setidaknya kedua hal itulah yang benar-benar saya inginkan bagi kehidupan saya di masa mendatang. Tinggal memilih salah satunya aja…

Apa Anda sudah tahu apa yang Anda inginkan untuk masa depan Anda dan bagaimana cara untuk meraihnya?

Just Let it Flow? It’s not Enough!

Saya nggak tahu berapa banyak orang yang tahu apa yang mereka inginkan untuk masa depannya.

Apa lebih banyak yang let it flow?

Atau lebih banyak yang tahu apa yang mereka inginkan dan melakukan sesuai yang diinginkan itu?

Saya harap lebih banyak yang kedua… Mengapa demikian?

Nggak cukup dari hanya sekedar let it flow! Kita harus tahu apa yang kita inginkan. Karena kalau kita tahu apa yang kita inginkan dalam hidup kita, kita jadi punya tujuan hidup, kita jadi punya target hidup. Ada yang kita kejar. Hidup kita nggak hanya seperti ini-ini aja… Dan kalau misalnya kita bisa mencapai apa yang kita inginkan, kita akan puas. Kita puas dengan apa yang sudah kita capai. Kita puas melihat keringat yang sudah kita keluarkan untuk memperoleh yang kita ingikan itu. Kita bisa tersenyum kalau mengingat perjuangan yang sudah kita lewati dalam mewujudkannya. Kepuasan bathin inilah yang sangat mahal harganya. Dan pastinya tidak dapat diperoleh dengan hanya sekedar let it flow!!

Saya puas dengan hidup saya.

Puas dengan semua yang sudah saya capai.

Puas dengan yang saya lakukan saat ini.

Dan juga puas dengan apa yang akan saya lakukan dan saya capai nanti.

Karena saya melakukan semua yang saya inginkan.

Saya tahu apa yang saya mau dan bagaimana cara untuk meraihnya…

~Okvina Nur Alvita

Continue Reading

Thoughts

NEVER GIVE UP!!

By on November 17, 2009

Berawal dari serial Oshin

Sewaktu saya masih kecil, di televisi sedang diputar serial Jepang yang pemeran utamanya bernama Oshin. Dan saya salah satu penggemar serial itu. Walaupun saat itu saya kurang mengerti dengan jalan ceritanya (maklum, masih kecil), namun saya begitu menyukai serial Oshin karena settingnya di Jepang.

Jepang, Jepang dan Jepang. Hanya ada satu kata itu yang terngiang dalam benak saya.

Waktu itu ibu saya pernah bertanya pada saya, ”kalau udah gede, mau sekolah dimana?”

”Jepang”, jawab saya spontan, tanpa tahu Jepang ada di belahan bumi mana, tapi yang jelas, Jepang ada di luar negeri dah pokoknya, dan saya ingin ke luar negeri… tanpa tahu juga bagaimana cara untuk mewujudkannya. (dasar pikiran anak kecil! J).

Seiring waktu yang terus bergulir, tentunya usia saya juga bertambah dong… Bayangan tentang Jepang sedikit-demi sedikit hilang dari pikiran saya. Terlebih lagi, dengan kesibukan saya sebagai seorang siswa (ceileh, sok sibuk banget sih… tapi bener kok, emang sibuk…) yang berusaha menjalani kehidupan sesuai realita yang ada (duh, bahasanya… hehehe…).

Semenjak Sekolah Dasar saya termasuk siswa yang aktif baik dalam kegiatan akademis maupun ekstrakurikuler. Selain les-les beberapa mata pelajaran yang harus saya jalani saya juga menjabat posisi penting di beberapa organisasi di sekolah, contohnya: ketua koperasi dan ketua pramuka kelompok mawar (SD), sekretaris OSIS, ketua MPK (SMP), pengurus KIR (SMP&SMA), Kadiv. Kepribadian dan Budi Pekerti Luhur OSIS (SMA), pengurus Paskibra (SMA). Konsentrasi saya habis untuk mikirin pelajaran disela-sela kegiatan ekstrakurikuler yang saya jalani (eh, kebalik ya? Tapi kenyatannya kayak gitu, gimana dong?? Hehehe…).

Saat SMA sempet denger sih beberapa kakak kelas atau temen yang ikutan AFS dan tinggal satu tahun di luar negeri, tapi program ini kurang menarik minat saya karena bahasa inggris dan nilai akademik saya yang pas-pasan. So, Jepang udah bener-bener hilang dari pikiran saya karena konsentrasi saya sudah habis untuk kegiatan yang lebih riil.

Dunia Baru di Bangku Kuliah

IPB, salah satu top five university di Indonesia. Mottonya mencari dan memberi yang terbaik. Dan saya termasuk yang terbaik (nggak bermaksud sombong lho ya…) yang bisa masuk IPB dengan jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) atau bahasa yang lebih populer dengan jalur PMDK. Kota baru, sekolah baru, kehidupan baru, aktivitas baru dan tentunya teman-teman baru.

”Vinaaa, akhirnya aku minggu depan berangkat juga ke Jerman and Swiss. Ada World Congress disana…”

“Eh, tahu gak sih bo, si anu kan ikutan Agria Swara, dia sekarang lagi di Hungary buat jadi salah satu participant di International Choir Contest di sana”

“Udah tau kabar terbaru belom? Si ini lolos seleksi student exchange ke Jepang lho!”

“Alhamdulillah, paperku diterima untuk jadi salah satu speaker di International Student Conference di OHIO University, sebulan lagi aku kesana”

OMG!! Pada makan apa sih mereka kok kayaknya gampang banget dapet kesempatan ke luar negeri?? Saya nggak mau kalah, saya juga harus bisa ke luar negeri saat kuliah!! (dengan semangat 45 nih ceritanya…)

Nggak lama setelah saya mendeklarasikan keinginan pribadi itu, dosen saya menyarankan saya untuk ikut seleksi pertukaran mahasiswa ke Jepang.

Seperti kata pepatah, pucuk dicinta ulam tiba. Saya segera mencari informasi tentang program student exchange ke Jepang. Setelah membaca beberapa buku panduan yang ada di Direktorat Kerjasama Internasional di IPB, Hmmm… saya kurang begitu tertarik…

Tapi, saya tetap cerita pada ibu saya tentang dosen yang menyarankan saya untuk ikut seleksi student exchange ke Jepang, lalu ibu saya mengingatkan saya tentang keinginan saya untuk bersekolah di Jepang sewaktu saya masih kecil.

Dan tanpa sadar ingatan saya kembali pada Oshin. Dan ya, saya semakin membulatkan tekad untuk bisa ke luar negeri juga seperti teman-teman saya yang lain. Tapi, nggak harus ke Jepang karena sekarang ini saya kurang begitu tertarik dengan Jepang. Saya lebih tertarik untuk menjelajah negera-negara ras kaukasoid.

Beasiswa Unggulan Aktivis

Beasiswa ini merupakan salah satu program beasiswa yang ditawarkan oleh Diknas. Hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang menjabat sebagai ketua, sekretaris dan bendahara di suatu organisasi kampus. Walaupun saya tetap jadi salah satu aktivis kampus, tapi saat itu, jabatan saya hanya Kadiv. Infokom himpunan profesi jurusan. Tentunya, saya sudah tidak lolos persyaratan pertama donk…?

Tapi saya nggak nyerah, saya nekad mengirimkan semua berkas yang dibutuhkan untuk ikut seleksi beasiswa unggulan aktivis di detik-detik terakhir penerimaan aplikasi beasiswa.

Salah satu teman saya sempat mengingatkan saya untuk ”tahu diri” dengan jabatan saya, tapi saya tidak menghiraukannya. Saya hanya bilang sama dia ”apa salahnya usaha, kalo udah rejeki, nggak bakalan kemana kok…”.

Saya masih ingat, satu malam di bulan Ramadhan, saya dapat sms dari pihak kemahasiswaan IPB yang mengabarkan kalo saya lolos seleksi IPB untuk program beasiswa unggulan aktivis dan saya berhak ikut seleksi selanjutnya di Diknas. Saya juga diminta untuk secepatnya melengkapi berkas aplikasi beasiswa saya yang kurang lengkap. Awalnya saya nggak percaya, takut ada orang iseng yang ingin ngerjain saya dengan ”melambungkan saya sampai ke langit ke tujuh, setelah itu menghempaskan saya lagi sampai ke dasar sumur”… (hahaha, lebay yah??)

Untuk memastikan, sms itu benar, saya menelepon nomor yang meng-sms saya itu, mendengar yang berbicara di seberang sana adalah pak Parta (salah satu staf kemahasiswaan IPB yang cukup saya kenal) saya jadi yakin kalau sms tadi bukan dari orang iseng.

Saya memperbaharui aplikasi dan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk selanjutnya dikirim ke Diknas dan diseleksi oleh Diknas lalu ditentukan apakah saya layak mendapatkan beasiswa itu atau tidak.

And, the result is… eng, ing, eng…

Malam ketiga menjelang Idul Fitri tahun 2007, saat saya sudah mudik lebaran ke kampung halaman di salah satu desa di Jawa Timur, dosen saya mengirim sms pada saya. Isinya singkat, padat dan jelas. ”Selamat Vina, kamu lolos seleksi Diknas untuk Beasiswa Unggulan Aktivis”

Saya lolos seleksi Diknas! Saya lolos Seleksi Diknas! Sekali lagi, saya LOLOS seleksi Diknas!!!

Selesai membaca sms itu, saya langsung lompat-lompat, sambil teriak-teriak kegirangan. Saya langsung menemui ibu saya lalu memeluknya dan memberitahunya dengan agak belepetan karena terlalu banyak kata yang ingin keluar dari mulut saya secara bersamaan. Ibu saya bangga pada saya.

Saya memperoleh beasiswa unggulan aktivis yang salah satu programnya adalah student exchange ke negara Asean.

Akhirnya… mengikuti jejak beberapa teman yang lain, saya ke luar negeri juga (ini untuk pertama kalinya saya ke luar negeri)… dan yang lebih penting adalah membuktikan bahwa keputusan saya kali ini untuk “nggak tahu diri” adalah benar!

Saya girang bukan kepalang. Beasiswa ini memberikan kesempatan saya untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di negeri orang.

Belum Puas

Emang udah sifat dasar manusia yang selalu merasa belum puas dengan apa yang sudah dicapainya. Itu juga yang saya rasakan. Keinginan untuk ke luar negeri memang sudah jadi kenyataan, tapi…saya belum puas hanya dengan ke Malaysia… Saya ingin ke negara yang kalau kesana, saya harus rela duduk di pesawat selama belasan jam. Terlebih lagi, pengalaman pernah mendapat beasiswa yang salah satu programnya adalah student exchange, memompa kepercayaan diri saya. Saya ingin ke luar negeri lagi.

Saya memutar otak dan mencari informasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa mewujudkan impian saya. Akhirnya saya jadi rajin browsing menggunakan keyword “international conference”, “student exchange”, dan “student internship” pada situs search engine.

Kegagalan demi Kegagalan itu…

ISFiT -International Student Festival in Trondheim, Norway-

Norwegia, salah satu negara Skandinavia. Tak banyak yang saya tahu tentang negara itu. Tapi satu hal yang saya yakini kalau Norwegia pasti dingin parah (kan deket sama kutub utara). Ah, nggak penting Norwegia seperti apa, yang penting, saya bisa ke Norwegia dan menjejakkan kaki di Eropa. Tanpa berpikir terlalu lama, saya langsung apply untuk bisa jadi salah satu participant di kegiatan bergengsi yang diadakan setiap dua tahun sekali ini. Saya melengkapi semua persyaratan yang dibutuhkan, termasuk membuat beberapa essay. Saya sangat berharap saya bisa dipilih oleh panitia untuk jadi salah satu peserta ISFiT.

Sekitar satu bulan lebih saya menunggu, akhirnya email yang saya tunggu-tunggu datang juga. Dag-dig-dug, dag-dig-dug, rasanya dada ini mau meledak saat memperoleh email dari panitia ISFiT. Saya langsung buka email itu, dan membacanya dengan cepat.

Hasilnya? Saya merupakan salah satu dari ribuan applicant lain yang aplikasinya DITOLAK.

Saya gagal jadi bagian di ISFiT. Impian untuk ke Norwegia langsung hancur berkeping-keping (lebay…).

Kecewa? Jangan ditanya… Mati-matian saya bikin beberapa essay, tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Yah, belum saatnya kali ya. Saya yakin Allah selalu memberikan yang terbaik untuk saya, dan Allah belum mengizinkan saya ke Norwegia karena mungkin ada rencana lain yang jauh lebih indah untuk saya…

IELSP -International English Language Study Program, USA-

Program beasiswa 8 minggu belajar bahasa Inggris di universitas – universitas ternama di Amerika, sekaligus mempelajari kebudayaan dan kebiasaan orang Amrik. Siapa coba yang mau ikutan program seperti itu?? Saya langsung menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar beasiswa ini. Dan lagi-lagi, saya harus membuat beberapa essay plus “berburu” letter of reference dari beberapa dosen.

Seperti biasa, di injury time saya baru selesai menyiapkan aplikasi saya. Saya mengantar sendiri semua berkas aplikasi itu ke lembaga yang memberi program beasiswa ini di Jakarta. Dari informasi yang saya tanya pada petugas yang menerima berkas saya, applicant yang lolos seleksi administrasi akan ditelepon dan di-email untuk lanjut ke seleksi berikutnya, yaitu seleksi wawancara. ”Jadi mbak tinggal tunggu dapet telepon aja ya…” kata petugas itu dengan sangat ramah.

Minggu demi minggu, saya nunggu telepon. Sampai pada hitungan bulan, nggak ada juga telepon dari lembaga bersangkutan untuk saya.

Dan, suatu hari, entah pada minggu keberapa saya lupa, di ruang TV tempat kost saya…

”Eh, tau si anu nggak? Dia mau ke US lho”, kata teman saya, A membuka pembicaraan.

”Oh ya? Iya, aku kenal si anu. Yang anak Fakultas X itu kan? Dalam rangka apa?”, saya menanggapi info yang diberikan teman saya dengan antusias.

”Itu, IELSP, kalo nggak salah program yang delapan minggu belajar bahasa Inggris itu lho… Tahun ini anak IPB yang dapet program itu ada 3 orang”, jawabnya.

Deg. Saya langsung melongo. Yah… kok udah ketauan siapa yang dapet sih?? Berarti saya nggak dapet beasiswa ini donk… Artinya, saya GAGAL… Bahkan seleksi administrasi pun saya nggak lolos?? Ya Ampun…

Kecewa? Pasti, tapi kekecewaan gagal kali ini nggak seperti yang pertama. Saya bisa lebih cepat menghadapi kekecewaan ini dengan hanya berkata dalam hati ”oh, ya udah, belom rejeki…”

EWB -Education without Border, Dubai-

Konferensi mahasiswa tingkat internasional yang tema utamanya tentang pendidikan. Vina bang…gets J. Ya, saya salah satu mahasiswa IPB yang aware dengan masalah pendidikan.

Tanpa pikir panjang, saya langsung apply. Seperti biasa, saya harus membuat beberapa essay.

Oke, oke, saya ngaku dulu deh… Dengan bangga saya katakan kalau saya GAGAL (lagi).

Tapi tau nggak apa yang bikin ”perburuan ke luar negeri” kali ini lebih istimewa dari sebelumnya? Pasti nggak tau kan? Ya iyalah, saya kan belum cerita.

Setelah apply secara online untuk bisa ikut konferensi ini, ternyata ada bagian yang terlewati belum saya isi, dan saya tidak menyadarinya. Sebenarnya saya sudah tidak terlalu memikirkan tentang aplikasi EWB saya itu. Saya berpikir, kalau misalnya saya diundang untuk menghadiri konferensi itu, ya Alhamdulillah, tapi kalo nggak diundang, ya nggak masalah… Yang penting saya sudah usaha.

Setelah berminggu-minggu semenjak aplikasi saya kirim ke panitia EWB, ternyata saya dapat email dari mereka. Isi emailnya mereka meminta saya untuk segera melengkapi bagian yang terlewati diisi pada aplikasi tersebut kalau saya ingin diundang datang ke konferensi itu. Wah, interpretasi saya saat itu adalah, aplikasi saya sudah diterima dan saya tinggal melengkapi bagian yang belum diisi. Dengan segera, saya melengkapi bagian itu.

Waw, waw, waw, Dubai, Dubai… Kota itu sudah menari-nari di pikiran saya. Saya sudah menyusun strategi nyari dana untuk biaya tiket pesawat (biaya hidup, seperti tempat tinggal, makan dan transport lokal selama konferensi berlangsung, ditanggung oleh pihak panitia. Tetapi biaya pesawat Jakarta-Dubai-Jakarta, ditanggung sendiri oleh peserta).

Beberapa hari setelah saya melengkapi form aplikasi saya dengan sangat lengkap kap kap, saya dapat email lagi dari panitia EWB, saya pikir itu official invitation dari mereka. Tapi, betapa kagetnya saya saat mengetahui kalau email itu isinya permohonan maaf mereka bahwa saya belum bisa jadi participant EWB!! OMiGod!!! Gagal maning, gagal maning…

Never Give Up!!

Bukan Vina namanya kalau sekali saja gagal langsung nyerah, nggak mau nyoba lagi. Karena bagi saya, lebih baik gagal dari pada nggak pernah nyoba sama sekali. Kalo kita nyoba, peluang kita satu, walaupun satu banding bertriliun-triliun, kita masih punya peluang (kesempatan), untuk pencilan satu itu yang bakalan keluar jadi pemenang. Tapi kalo nggak nyoba, peluang kita nol, nol, sekali lagi NOL (lebay lagi ya?? Sengaja, untuk mendramatisir… hehehe… :P).

Nol berarti kosong, kita nggak punya peluang sama sekali. Nggak ada kesempatan sama sekali. Dan yang lebih ekstrim lagi adalah, kita udah kalah sebelum bertarung! Hanya pecundang dan pengecut yang boleh kalah sebelum bertarung, yang boleh nyerah sebelum mencoba!! Dan Alhamdulillah saya tidak memiliki mental seperti itu.

Kesempatan Terbaik dari Tuhan

ISWI -International Student Week in Ilmenau, Germany-

Saya tahu kalau ada program ini dari salah satu mailing list yang saya ikuti.

Wow, Jerman. Saya langsung tergoda setelah tahu di negara mana konferensi mahasiswa tingkat internasional yang diadakan setiap dua tahunan ini akan berlangsung. Tanpa pikir panjang, saya langsung membuat beberapa essay yang diminta oleh panitia dan apply secara online. Setelah melakukan aplikasi, yang ada di benak saya adalah “untung-untung berhadiah”. Artinya, nyoba-nyoba aja, kalo untung, berhadiah ke Jerman. Hahaha… 😛

Karena waktu itu saya sibuk dengan tugas-tugas, UAS, dan persiapan pernikahan kakak saya yang kedua, saya lupa dengan aplikasi ISWI ini. Saya baru kembali ke dunia kampus setelah proses pasca pernikahan kakak saya beres.

Kembali ke dunia kampus, berarti kembali pada berbagai rutinitas khas mahasiswa, salah satunya yaitu rutinitas online J. Yang pertama kali saya lakukan saat saya online adalah cek email. Karena sudah beberapa minggu nggak online (maklum, di rumah nggak ada koneksi internet dan malas ke warnet), ada beberapa email yang masuk. Setelah menghapusi beberapa email yang kurang penting, ada satu email yang mencuri perhatian saya. Dengan ekor mata bagian bawah, saya mengkap kalimat “you’re invited”. Lalu, dengan segera saya memutar scrool mouse. Takjub saya membaca berulang-ulang subjek email itu “YOU’RE INVITED!”, lalu saya membaca kolom sebelah kirinya untuk mengetahui email itu dari siapa. Dan benar, dari ISWI committee!! Finally…

Ya, akhirnya keyakinan saya dijawab oleh Allah. Dibalik semua kegagalan yang pernah saya lewati. Allah menyimpan rencana besar yang jauh lebih indah. Terima kasih ya Allah… Engkau selalu member yang terbaik untuk saya… J

Bogor, 29 Oktober 2009, 04:48
~Okvina Nur Alvita

Disela-sela proses ngedit draft kedua proposal skripsi.

Continue Reading