Indonesia | Review Tempat Makan

Tempat Makan Murah di Bali-Bakso Solo Wonogiri

By on March 14, 2012

Untuk para travelers yang memiliki budget tipis saat melakukan perjalanan, pengeluaran  makan tentunya juga harus on budget. Kita nggak bisa seenaknya masuk ke tempat makan karena harus menghindari hal-hal yang tak diinginkan di akhir perjalanan kita (kehabisan uang). Dan kita juga harus menghindari kenyataan harus jatuh miskin setelah traveling hanya gara-gara “kebobolan” di budget makan. Untuk mengatasi hal itu, sebagai sesama traveler maka saya rasa perlu banget ngasih informasi dimana tempat makan yang enak, mengenyangkan dan pastinya murah di Bali.

Bakso Solo Wonogiri

Tulisan yang tertera di kaca depan tempat makan yang satu ini adalah Bakso Solo, tapi saat kita masuk ke dalamnya maka kita akan melihat satu backdrop yang tulisannya Bakso Solo Wonogiri. Nggak tahu lah mana yang bener, yang pasti Bakso Solo ini lokasinya masuk area Tuban di Jl.Raya Kuta no… (maaf, saya nggak tahu…hehehe). Kalau dari arah bandara Ngurah Rai, letaknya di kiri jalan sebelum Joger. Tapi kalau dari arah pantai Kuta/Joger, letaknya di kanan jalan setelah Joger.

Pasti ada yang nanya begini, ngapain sih udah jauh-jauh ke Bali ujung-ujungnya makan Bakso Solo juga??? Gimana ya…kalau mau makan yang on budget plus ngenyangin dan lumayan bergizi terima ajalah yang ada.

Bakso Urat-Biasa

Anyway, di Bakso Solo Wonogiri ini ada beberapa menu: bakso urat, bakso biasa, bakso urat-biasa, mie ayam, mie ayam bakso, mie ayam bakso urat. Kalau favorit saya dan suami sih bakso urat-biasa.

Dalam bakso urat-biasa tuh ada satu bakso urat yang ukurannya lumayan gede, kurang lebih sebesar bola tenis, dan dua biji bakso biasa ukuran kecil dan sedang. Sangat mengenyangkan untuk jatah satu kali makan. Harganya? kita harus merogoh kocek sebesar Rp.12.000 untuk satu porsi bakso urat-biasa. Worth it banget untuk ngisi perut yang sudah berdendang dangdut! hehehe…

Kalau harga menu yang lain gimana? Ini dia list-nya:

Bakso biasa Rp.7000
Bakso urat Rp.8000
Mie ayam Rp.5000
Mie ayam bakso Rp.7000
Mie ayam bakso urat Rp.12.000

Itu kan daftar harga makanan, minumannya gimana dong? Bakso Solo Wonogiri nyediain minuman standar tempat makan seperti air mineral, teh dalam botol, es teh manis, es jeruk. Harganya rata-rata Rp.3000/porsi. Terjangkau banget kan harga makanan dan minuman di Bakso Solo Wonogiri ini?

Yup, Bakso Solo Wonogiri di Jl.Raya Kuta, Tuban-Bali memang salah satu pilihan yang pas bagi para budget traveler. Selain harganya yang murah, porsinya yang mengenyangkan dan bergizi, pastinya juga halal lho…

Continue Reading

Indonesia

Nyepi di Bali

By on March 2, 2012

Nyepi adalah salah satu hari raya bagi umat Hindu, terutama di Bali. Berbeda dengan Galungan dan Kuningan yang selalu diperingati setiap setahun dua kali, hari raya Nyepi hanya diperingati setahun sekali saja. Karena diperingati setahun sekali, maka umat Hindu di Bali biasanya lumayan heboh menyiapkan hari raya ini. Bisa dibilang Nyepi itu sama dengan Lebaran bagi umat Muslim. Lho kok? bukannya Nyepi itu waktunya untuk introspeksi diri dan merenung karena didukung oleh suasana yang hening ya? Seharusnya sih begitu. Tapi setelah ngobrol-ngobrol dengan beberapa orang Bali, maka saya memiliki kesimpulan yang berbeda tentang Nyepi di Bali.

Hari raya Nyepi, semua aktifitas berhenti. Tak ada kendaraan yang boleh melintasi jalanan di Bali kecuali ambulans, kendaraan pecalang dan kendaraan polisi. Bandara dan semua pelabuhan yang ada di Bali pun menghentikan aktifitasnya dalam satu hari itu. Siaran TV nasional mati. Semua rumah tidak boleh menyalakan lampu. Yang boleh menyalakan lampu hanya rumah yang memiliki anak dibawah usia dua tahun, dan itupun lampu-lampu di rumah bagian luar harus mati. Intinya nggak boleh ada sinar kelihatan dari luar. Ya, satu hari dalam setahun Bali mendadak jadi “pulau mati”.

Peringatan hari raya Nyepi di Bali diawali dengan arak-arakan Ogoh-Ogoh. Masing-masing banjar yang ada di Bali memamerkan ogoh-ogoh yang (kadang) diiringi dengan musik khas Bali. Saat arak-arakan itu selesai, maka secara otomatis Nyepi pun di mulai. Terhitung mulai pukul 5 pagi sampai jam yang sama di hari berikutnya, Bali serasa menjadi pulau tak berpenghuni.

Ogoh-Ogoh

Pada saat hari raya Nyepi datang, seluruh keluarga di Bali berkumpul di dalam rumah. Karena pada hari itu pasar tutup dan semua toko tutup maka orang Bali biasanya men-stok makanan sejak seminggu sebelum Nyepi tiba. So, ketika hari-H-nya tiba, biasanya keluarga-keluarga di Bali masak “besar-besaran” untuk kebutuhan ransum seluruh keluarga. Persis seperti lebaran kan? (keluarga kumpul semua dan banyak makanan tersedia). Seharusnya saat Nyepi tidak boleh makan dan minum (puasa sehari), tapi menurut beberapa orang Bali yang ngobrol sama saya, hanya sebagian orang saja yang masih melaksanakan kebiasaan itu.

Baru sekali saya merasakan Nyepi di Bali. Pagi hari ketika membuka jendela dari lantai 3 saya melihat ke sekeliling, tak ada satu kendaraan atau orang yang lewat di jalan sekitar rumah (I mean, ruko) saya. Just FYI, rumah saya benar-benar di jantung Denpasar, pusat kegiatan bisnis di Bali berada. Amazing aja merasakan satu hari berasa hidup di pulau mati.

Continue Reading

Indonesia

Nama Menunjukkan Kasta

By on February 17, 2012

Hindu adalah salah satu, eh atau satu-satunya ya? Waduh, saya belum yau pasti tentang ini. Yang pasti dalam Hindu terdapat sistem kasta. Sistem kasta ini dapat menunjukkan bibit seseorang atau dari keluarga mana dia berasal.

Setelah tinggal di Bali dan ngobrol-ngobrol dengan orang Bali asli, saya baru tahu kalau sistem kasta disini bisa ditunjukkan dengan nama seseorang. Ada 6 urutan nama yang menunjukkan kasta seseorang. Berikut ini adalah urutannya.

  1. Kasta tertinggi (brahmana), untuk keturunan pendeta biasanya namanya diawali dengan Ida Bagus (laki-laki) atau Ida Ayu (perempuan), Ida Ayu bisa disingkat jadi Dayu.
  2. Kasta kedua, ksatria tapi untuk keturunan raja-raja. Biasanya namanya diawali dengan Cokorda
  3. Kasta ketiga, ksatria juga tapi untuk keturunan anak-anak raja yang tidak menjadi raja (bukan putra mahkota). Biasanya namanya diawali dengan Anak Agung atau biasanya disingkat jadi A.A.
  4. Kasta keempat, masih ksatria, tapi untuk keturunan pendekar-pendekar. Biasanya namanya diawali dengan Dewa (laki-laki) atau Desak (perempuan).
  5. Kasta kelima atau vaisya, yaitu untuk orang-orang terpandang, misalnya pengusaha, pemilik sawah dan lain-lain, tapi tidak termasuk dalam lingkungan puri/kerajaan. Kasta ini sebenarnya hanya sedikit diatas kasta sudra. Malah untuk era saat ini kebanyakan orang sudah menganggap orang berkasta kelima ini sama saja dengan orang yang tidak memiliki kasta (kasta sudra). Kasta ini biasanya namanya diawali dengan I Gusti (laki-laki) atau I Gusti Ayu (perempuan).
  6. Kasta keenam atau yang terakhir yaitu kasta sudra. Orang Bali biasa menyebut dengan orang tak berkasta karena hanya orang biasa seperti buruh, petani, dll. Biasanya namanya tidak menyandang berbagai gelar seperti yang disebutkan diatas, langsung saja Ni Luh, Ketut, Made, Nyoman.

Yup, hanya dari membaca atau mendengar nama panjang orang Bali (yang beragama Hindu), kita bisa tau apa kastanya dan dari keturunan mana dia berasal. Apakah dari lingkungan puri/kerajaan atau bukan.

=================================

Dear pembaca yang baik, banyak komen yang masuk ke artikel saya yang ini. Dan menurut yang komen, sebagian dari mereka bilang kalau penjabaran di atas masih salah. Mohon maaf jika demikian adanya. Karena yang saya tulis adalah hanya hasil ngobrol saya dengan beberapa orang Bali yang saya kenal. Mohon kiranya jika pembaca tahu bagaimana yang benar, langsung komen saja yang benar itu seperti apa. Jangan hanya bilang kalau artikel ini salah dan menyalahkan saya hingga mengancam tulisan ini bisa diperdatakan. 

Terima kasih. 

Continue Reading

Cerita Traveling | Indonesia

Dibalik Layar Tour de Sumatera Chapter 2 (Juni 2010)

By on February 2, 2012

Masih inget kan sama cerita saya Dibalik Layar Tour de Sumatera? (kalo udah lupa, bisa dibaca disini)

Dan inilah lanjutannya… 🙂

Packing
Setelah tiket pesawat pulang sudah saya simpan di flash disk, saya langsung mematikan laptop saya sekaligus mencabut semua kabel yang terpasang padanya, lalu menyimpannya baik-baik dalam lemari pakaian saya. Ya, saya akan berpisah dengan laptop yang sungguh sangat berjasa menjadi penghubung saya dengan ini itu, yang pada akhirnya saya bisa jalan-jalan kesana-kemari (beberapa kalinya gratis karena program beasiswa atau student conference).

Okay, beres nyimpen laptop saya langsung meraih carrier. Memasukkan beberapa pakaian ke dalamnya dan juga beberapa perlengkapan lain yang dibutuhkan saat traveling nanti, misalnya: toiletries.

Eng ing eng… Waktu terasa bergulir dengan sangat cepatnya. Saya belum mandi! Secepat kilat saya mandi, dan mungkin itu adalah mandi paling kilat dalam hidup saya. Saya nggak punya waktu banyak mengingat perjalanan ke bandara juga lumayan jauh dari tempat kost saya saat itu. Oh, wait… Saya juga belum ngeprint boarding pass (saya melakukan web check in) pesawat nanti!!!

Waktu sepertinya berjalan lebih cepat saat itu. Saya keluar dari kostan saya jam 13.00 WIB, padahal pesawat saya berangkat jam 17.25 WIB! Sedangkan perjalanan yang dibutuhkan dari kostan saya sampai Bandara Internasional Soekarno Hatta kurang lebih 4 jam. Mana saya belum ngeprint boarding pass lagi! Huaaa… benar-benar harus ambil langkah seribu nih…

On My Way to the Airport
Saya loncat sana-loncat sini, lari-lari menuju terminal bus Damri Bogor. Acara “mengejar Bus Damri” sebelumnya juga diwarnai oleh beberapa kali gonta-ganti angkot supaya bisa lebih cepat sampai  di terminal bus Damri.

Waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB saat bus memasuki daerah Priuk. Emang sih, kalo udah nyampe Priuk udah ga terlalu jauh lagi ke Bandara Cengkareng. Tapi tetap saja saya ketar-ketir bakalan ada macet di Jl.Kamal, daerah itu kan juga rawan macet apalagi jam-jam bubaran kantor begini. Huhuhu… Kalau sampai saya ketinggalan pesawat bisa berabe semuanya!

Alhamdulilah, Jl. Kamal saat itu nggak macet dan lancar jaya sampai di bandara. Jam 17.00 saya masuk area Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Emang sih sudah masuk bandara, tapi tetep aja saya ketakutan bakalan ketinggalan pesawat karena jam 17.25 itu boarding pesawatnya otomatis saya sudah harus ada di dalam pesawat paling nggak 20 menit sebelum jadwal itu (kalau pesawat on time). Dan untuk pertama kalinya sepanjang saya pernah naik pesawat, saya berharap penerbangan kali itu akan delay.

Memasuki area bandara, saya langsung hengkang dari tempat duduk saya sebelumnya di dalam bus. Saya mendekati kursi pak sopir. Dengan nada khawatir dan ketakutan bakalan ketinggalan pesawat, saya berkata pada pak sopir “Pak, bisa nggak berhenti di terminal 3 dulu? Soalnya pesawat saya berangkat jam setengah enam kurang lima menit…”. Si pak sopir bus kasihan kali ya ngelihat saya yang parno abis bakalan ketinggalan pesawat, akhirnya beliau mengiyakan permintaan saya. Alhamdulillah…

Sampai di depan terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta saya langsung loncat dari bus, terus lari-lari menuju ked alam terminal. Karena saya sudah melakukan web check in saya nggak perlu lagi check in ke counter maskapai pesawat yang akan saya naiki saat itu. Saya langsung beli airport tax dan meluncur ke gate pesawat dengan langkah seribu. Dan ternyata…pesawatnya delay sampai jam 19.00 WIB! Hahaha… Allah mengabulkan doa saya saat di bus tadi…

Welcome to North Sumatera
Lebih dari jam 9 malam saya baru mendarat di bandara Polonia-Medan. Disana dua teman saya, Budi Andana Maharimin dan Muhammad Reza telah menunggu saya.

Budi dan Reza menunggu saya sejak pukul tujuh malam di bandara Polonia karena nggak tahu kalau pesawat saya delay, padahal saya sudah kirim sms ke Budi, tapi pending. Alhasil mereka “ngendon” di kantin bandara. Saat pengumuman pesawat saya telah mendarat, pereka nggak langsung ke pintu kedatangan karena berpikir saya masih nunggu baggage saya keluar. But, you know, demi alasan tiket pesawat yang lebih murah, saya nggak beli allotment baggage, Jadinya pas ada pengumuman pesawat telah mendarat, ya saya langsung keluar dari pintu kedatangan yang ada di bandara Polonia-Medan. Saya celingak-celinguk disana, batang hidung Budi dan juga Reza nggak terlihat secuilpun! Saya mencoba santai. Jalan menuju ke arah depan ATM yang ada di bandara itu. Saat saya menuju ATM itu (mungkin) Reza dan Budi sampai di pintu kedatangan dengan memegang kertas yang bertuliskan nama saya. Huaaaa… Sensasi dijemput bak turis dengan kantong tebal lenyap sudah… Anyway, setelah berkali-kali menghubungi Budi dan Reza, akhirnya kami bertemu di depan ATM Bandara Polonia. And, let’s go to touch down Medan! 😀

Reza dan Budi menjemput saya di Bandara Polonia-Medan
Sampai di Bandara Polonia-Medan

Keluar dari area bandara, Budi sangat mengerti keadaan saya saat itu. Yup, saya mengalami kelaparan kronis karena nggak satu ransumpun masuk ke dalam lambung saya sejak berangkat dari kost tadi siang. Budi langsung menawari saya makan yang tentu saja langsung saya iyakan. Budi membawa saya ke tempat makan milik ibunya. Disana saya langsung menyantap satu mangkuk soto Medan dan satu piring nasi. Kenyaannggg… 😀

My first dinner in Medan, Soto Medan

New Home, New Family
After my late dinner, kami menuju rumah Budi. Saya akan tinggal disana malam ini. Sesampainya di rumah Budi, saya disambut dengan hangat oleh kakek dan nenek Budi. Hhhmmm, bener-bener feel like home deh! 🙂 Itulah salah satu hal yang nggak bakalan dirasain kalau kita traveling ala “suitcaser”, kita nggak bakalan punya keluarga baru di tempat yang baru kita pijak. Usai ngobrol-ngobrol sama kakek dan nenek Budi, sekarang saatnya ngobrol-ngobrol santai dengan Budi dan Reza merencanakan acara eksplorasi Sumatera Utara esok hari.

Sebelum melakukan perjalanan tour de Sumatera ini saya sudah browsing sana-sini, cari informasi tentang tempat cantik mana saja yang wajib untuk dikunjungi kalau ke Sumatera Utara. Dan pilihan saya jatuh pada danau Toba, air terjun Sipiso-Piso, kota tua-nya Medan (daerah Kesawan) dan istana Maimun.

Saya mengutarakan keinginan saya untuk mengunjungi tempat-tempat itu. Lalu diputuskan kalau esok hari kami akan ke danau Toba plus air terjun sipiso-piso. Lalu hari berikutnya baru ke Kesawan dan istana Maimun. Perfecto! 🙂

Okay, saatnya mendaratkan diri di kasur, menyimpan tenaga untuk meng-explore keindahan tanah Batak esok hari.

bersambung

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling | Indonesia

Traveling with Baby? Why Not? :)

By on January 27, 2012

The Begin

Tanggal 6-9 Januari 2012 yang lalu saya, suami dan bayi kami, Marvina Annora Sitorus (Avi), mendadak harus ke Lombok untuk urusan pekerjaan dan of course menyelipkan satu sesi liburan awal tahun! Ya, liburan kali ini sangat dadakan karena kami baru dikontak oleh orang yang ingin bekerjasama dengan kami dua hari sebelum keberangkatan dan tiketpun baru dibeli sehari sebelum berangkat.

Awalnya hanya suami saya yang akan berangkat ke Lombok, tapi mungkin dia kasihan lihat saya yang mupeng pengen traveling setelah sekian lama “off” karena harus mengurus si kecil, akhirnya dia juga membelikan tiket pesawat untuk saya dan bayi kami. Suami saya sengaja tidak memberi tahu saya kalau saya dan si kecil juga diajak ke Lombok. Untuk memberi kami surprise katanya. Alhasil, malam sebelum berangkat saya kelabakan menyiapkan ini-itu perlengkapan kami (terutama untuk si kecil) selama liburan di Lombok.

Perlengkapan Bayi selama Liburan

Sebelumnya saya memang sudah pernah bepergian jauh sama bayi saya. Yang pertama waktu mudik Lebaran ke Jember dan yang kedua liburan (dadakan juga) ke Amed. Tapi saat itu bayi saya belum makan MPASI (makanan pendamping ASI), jadi bawaannya nggak begitu bikin rempong. Nah, sekarang dia udah jadi pemakan segala, maka mau nggak mau saya juga harus mempersiapkan kebutuhannya untuk makan dan cemal-cemil selama di Lombok nanti.

Oke, ini dia list bawaan bayi saya selama berlibur 4 hari 3 malam di Lombok:

  1. baju untuk pergi-pergi (baju bagus maksudnya) 5 stel
  2. baju tidur 5 stel
  3. baju rumahan (saat dia nggak pake diapers, kasiihan soalnya kalau dipakein diapers terus): 3 baju dan 6 celana pendek
  4. diapers
  5. kaos kaki
  6. jaket
  7. mainan
  8. botol susu 4 + susu 1 kaleng + termos
  9. mangkuk + gelas makan
  10. bubur yang berbentuk biskuit (biar bisa sekalian untuk cemilan) 1 kotak isi 12 biji
  11. kasur + selimut bayi + bantal bayi
  12. selendang
  13. penutup telinga
  14. kapas untuk penutup telinga kalau Avi menolak pake point 13
  15. minyak telon, bedak, tissue basah, cotton bud, sisir
  16. sabun botol, sabun mandi, shampoo

Semua perlengkapan Avi itu jadi 1 tas sendiri.

D-Day: Avi’s First Flight

Hari-H tanggal 6 Januari 2012, agak deg-degan juga saya, soalnya ini adalah penerbangan pertama saya dengan Avi. Ngeri dia nggak betah atau ngerasa nggak nyaman selama penerbangan nanti. Tapi ternyata ketakutan saya nggak terjadi.

Sebelum berangkat Avi sempat tidur sebentar di ruang tunggu Bandara Internasional Ngurah Rai-Bali. Pas ada panggilan pesawat akan berangkat, Avi langsung kebangun (kerasa kali dia ya kalau mau naik pesawat pertama kali, makanya langsung bangun 😀 ). Di dalam pesawat saya langsung pasang kapas di telinga Avi. Tapi karena Avi anaknya sudah banyak gerak jadinya kapas penutup telinga berkali-kali jatuh dan berkali-kali pula saya pasang ulang. Saat pesawat take off, saya dan suami saya sengaja ngajak Avi ngobrol & becanda supaya dia nggak ngerasain sakit di telinga karena tekanan udara yang tiba-tiba berubah. Dan benar saja, sepanjang perjalanan dari Bali-Lombok Avi nggak rewel sedikitpun.

Avi tertidur di ruang tunggu Bandara Internasional Ngurah Rai-Bali
Avi di dalam pesawat Merpati Airlines tujuan Bali-Lombok

Kami sampai di Bandara Internasional Lombok. Saya baru sadar kalau ternyata Bandara Lombok sudah tidak di Selaparang lagi, tapi di Lombok Praya. Lokasi bandara yang baru ini jauh dari Mataram. Dari Bandara Internasional Lombok Praya kita harus menempuh perjalanan menggunakan kendaraan bermotor sekitar 1 jam menuju Mataram dan 1 jam 30 menit menuju Senggigi. Untungnya di Bandara Internasional Lombok Praya ada sarana transportasi umum berupa bus Damri yang mengangkut penumpang ke Mataram sampai Senggigi. Tarif bus Damri dari Bandara Internasional Lombok-Senggigi sebesar Rp.25.000/orang. Selama perjalanan dari Bandara Internasional Lombok ke Senggigi, Avi nggak rewel sedikitpun. Nggak lain dan nggak bukan karena dia tidur! Hehehe… 😀

Baru mendarat di Bandara Internasional Lombok

Sampai di Senggigi, kami langsung ke Holiday Resort Lombok. Sebelumnya kami sudah memesan kamar di hotel ini melalui online booking di hargahotel.com. Avi sepertinya merasa cukup merasa nyaman di Holiday Resort Lombok. Hal ini bisa dibuktikan dengan tidurnya yang nyenyak dan tentu saja, no rewel!

Avi merasa cukup nyaman di Holiday Resort-Lombok

Lombok-Gili Trawangan

Keesokan harinya, 7 Januari 2012 kami merencanakan ke Gili Trawangan. Dari Lombok ke Gili Trawangan harus ditempuh melalui jalur laut menggunakan perahu motor selama kurang lebih 20 menit. Saya awalnya sudah ketar-ketir Avi bakalan mabok laut atau nangis-nangis karena “goyangan” ombak. Tapi ternyata Avi tenang-tenang aja tuh di atas perahu. Avi seperti sangat menikmati semilir angin laut dan sesekali cipratan air laut. Selama perjalanan laut dari Lombok menuju Gili Trawangan Avi dipeluk sama bapaknya. Mungkin hal inilah yang membuat Avi merasa nyaman dan tidak takut. Jadinya nggak rewel sedikitpun.

Avi nggak rewel sedikitpun naik perahu motor ke Gili Trawangan

Gili Trawangan

Sampai di Gili Trawangan kami langsung check in di Hotel Vila Ombak. Kabarnya sih hotel ini hotel bagus pertama yang ada di Gili Trawangan. Saya sih nggak terlalu musingin soal hal ini. Yang terpenting bagi saya saat itu adalah dapat penginapan yang dilengkapi dengan fasilitas fresh water di kamar mandi dan ada hot & cold waternya.

Tapi saya agak kecewa dengan hotel (yang katanya) bagus ini. Kekecewaan saya yang pertama adalah, shower di kamar mandi tetap air asin. Fresh water hanya disediakan di kran yang dibawahnya ditampung dengan gentong. It means, fresh water nggak bisa jadi air hangat. It means lagi, Avi harus mandi pakai air dingin! Huaaa, bete banget saya. Niat awal milih hotel paling bagus di Gili Trawangan ini kan supaya dapat fasilitas fresh hot-cold water! Kekecewaan saya yang kedua, sore hari saat mau memandikan Avi, fresh water dari kran nggak nyala! Hmmm, ngapain bayar hotel mahal-mahal kalau fasilitasnya sama aja seperti penginapan 100 ribuan yang banyak bertebaran di luar sana? Ya sudah lah ya, lain kali saya nggak bakalan nginep di tempat ini lagi!

Avi di kamar Hotel Vila Ombak-Gili Trawangan

Anyway, karena nggak ingin menyia-nyiakan waktu, setelah check in dan leyeh-leyeh sebentar, kami langsung mengelilingi Gili Trawangan menggunakan cidomo. Tarif cidomo 1 kali keliling Gili Trawangan Rp.125.000, dengan jumlah penumpang nggak boleh lebih dari 3 orang. Mahal juga ya…

Selama naik cidomo Avi agak rewel. Rewelnya Avi karena sebenarnya dia udah kecapekan dan ingin tiduran di kasur. Tapi gimana lagi, kami sudah terlanjur naik cidomo, jadi ya lanjut aja acara keliling pulau Gili Trawangannya.

Avi manyun waktu naik cidomo karena ngantuk

Pas udah selesai keliling Gili Trawangan dan sampai lagi di depan hotel, kantuk Avi sepertinya sudah hilang. Jadinya kami memutuskan untuk main-main dulu di pantai. Avi diajak bapaknya nyemplung ke laut. Tapi karena air laut saat itu sudah dingin, Avi nangis waktu dicemplungin ke laut. Jadinya Avi cuma leyeh-leyeh di pinggir pantai aja sampai matahari hampir terbenam.

Keesokan harinya kami kurang bisa menikmati Gili Trawangan karena cuaca yang kurang mendukung. Jadinya hari itu kami hanya sarapan di restoran hotel dan langsung kembali ke kamar lalu siap-siap balik ke Lombok untuk melanjutkan perjalanan ke Kuta-Lombok.

Ibu dan Avi menikmati sore di Gili Trawangan

Gili Trawangan-Kuta, Lombok

Cuaca saat itu sangat tidak mendukung, langit kelabu dan diikuti dengan gerimis. Angin laut pun bertiup cukup kencang. Tak ayal, ombak di laut bergulung-gulung dengan cukup hebohnya. *Aduh bahasa gw kok jadi kek gini sih???

Okay, yang pasti saat itu kami harus kembali ke Lombok naik perahu motor, namun cuaca sangat tidak mendukung. Ombak di laut cukup membuat saya (yang nggak mabokan naik kendaraan jenis apapun) berasa mual dan makanan yang sudah tertelan waktu sarapan tadi berlomba-lomba untuk keluar dari mulut saya. Untung saja saya masih bisa menahannya agar tidak berhamburan dari mulut. Karena saya selalu mensugesti diri sendiri kalau yang namanya muntah itu teramat sangat tidak enak, tenggorokan seperti tercekik, perut terkuras habis dan mulut akan terasa pahit setelahnya.

Bagaimana dengan Avi? Dia mah tertidur dengan cantiknya mulai perahu meninggalkan Gili Trawangan. Jadinya Avi nggak merasakan gimana nggak enaknya perut kena “goyangan” perahu. Avi baru tersadar saat kami dalam perjalanan menuju pantai Kuta-Lombok. Avi terlihat sangat segar dan ceria karena tidurnya cukup lama dan nyenyak. So, no rewel again! 😀

Mendung di Gili Trawangan saat akan kembali ke Lombok

Kuta, Lombok

Sesampainya di Kuta-Lombok kami disambut oleh hujan. Oleh sebab itu kami memutuskan untuk langsung ke hotel saja. Di Kuta-Lombok kami menginap di Novotel Kuta-Lombok. Yup, hotel bintang 5 ini yang paling nyaman selama kami berlibur ke Lombok. Walaupun kami menyewa kamar yang paling murah,tapi fasilitas yang kami dapatkan sangat memuaskan. So, hari itu kami hanya menghabiskan waktu di kamar saja karena hujan yang tak kunjung reda. Kami berharap keesokan harinya, cuaca akan membaik agar kami dapat menikmati indahnya pantai Kuta-Lombok.

Avi di kamar Hotel Novotel Kuta-Lombok

9 Januari 2012, hari terakhir kami di Lombok. Saat itu posisi kami di Kuta-Lombok. Pagi-pagi saya bangun, niatnya ingin menikmati pantai Kuta-Lombok, namun apa mau dikata hujan tak kunjung reda sampai check out time tiba. Jadinya kami benar-benar hanya di kamar hotel saja, bercanda dengan Avi.

Oh iya, just FYI, menurut sopir yang mengantar kami kemarin, di pantai Kuta-Lombok ini banyak sekali anak-anak yang akan menawarkan barang dagangannya dengan cara yang agak memaksa. Kalau kita emang nggak mau beli, langsung tolak saja. Kalau misalnya kita ngasih harapan ke mereka, mereka akan mengikuti kita terus. Kalau misalnya kita beli 1 barang mereka karena kasihan, maka nggak lama setelah kita beli barang mereka, teman-teman mereka akan datang secara bergiliran untuk menawarkan barang yang lain. Risih kan? Makanya menurut driver itu, mending langsung tolak aja kalau ada yang nawati ini-itu.

Pantai Kuta-Lombok (lagi mendung)

It’s Time to Go… HOME

Liburan di Lombok usai, kami harus kembali ke Bali lagi menggunakan maskapai yang sama, Merpati Airlines. Sebelum berangkat, Avi melek terus dan nggak mau diam. Saya juga sengaja mencegahnya tidur supaya di dalam pesawat nanti Avi bisa tidur nyenyak. Dugaan saya benar, baru saja naik ke atas pesawat Avi sudah ngerengek minta minum susu. Langsung saja saya kasih Avi susu yang sudah saya siapkan di botol dotnya. Sambil minum susu Avi tertidur pulas. Saat Avi tertidur pulas, saya memasang kapas di telinganya dan juga penutup telinga supaya Avi nggak keberisikan suara pesawat. Avi baru bangun waktu sudah sampai di Bali. Jadinya Avi nggak ngerasain goncangan pesawat yang terbang di cuaca buruk saat itu. And absolutely, no rewel again! 🙂

Avi tertidur nyenyak di dalam pesawat Merpati Airlines Lombok-Bali

Tips Traveling sama Bayi:

  1. Kalau sudah sampai di tempat tujuan, lumuri badan bayi (terutama bagian perut) dengan minyak telon supaya badannya tetap hangat sekaligus mencegah masuk angin.
  2. Kalau yang masih pakai ASI, usahakan untuk pompa ASI secukupnya untuk persediaan bila bayi kelaparan selama di perjalanan. Karena kalau saya sih risih harus menyusui bayi di tempat umum.
  3. Usahakan untuk membuat bayi merasa nyaman dengan berbagai perjalanan yang akan dilalui. Misalnya: saat di pesawat ajak ngobrol dan becanda terus untuk mengusir sakit di telinga karena tekanan udara yang berubah secara mendadak, peluk bayi selama di perahu agar dia tidak merasakan perahu yang bergoyang karena ombak.
  4. Utamakan kenyamanan anak. Rogoh kocek sedikit lebih banyak nggak papa asal anak, terutama yang masih bayi memperoleh penginapan yang nyaman.

Continue Reading

Indonesia | Review Tempat Makan

Rock Bar at Ayana Resort-Bali

By on December 21, 2011

Suami saya suka sekali jalan-jalan, sama persis seperti saya. Karena hobinya inilah dia sering “menemukan” tempat-tempat indah, terutama di Bali.

Salah satu tempat yang cukup menarik di Bali (menurut saya) adalah Rock Bar at Ayana Resort. Saya dan suami telah beberapa kali kesana. Seperti namanya, Rock Bar, berarti bar di rock (batu). Ya, tempat ini adalah outdoor bar yang terletak di atas bebatuan di tepi pantai dan berdindingkan tebing. Fiuuuhhh… bingung kan ngebayanginnya? Monggo, silahkan lihat foto di bawah ini untuk lebih jelasnya. 🙂

Rock Bar at Ayana Resort-Bali

Untuk bisa sampai di Rock Bar yang terletak di bawah tebing, kita harus naik outdoor lift dengan kemiringan 45 derajat. melihat Rock Bar dari atas (dari lift) juga merupakan pengalaman yang cukup menarik (menurut saya).

Lift di Rock Bar
Another View of Rock Bar after Sunset from The Lift

Rock Bar menyuguhkan pemandangan yang luar biasa, terutama saat sunset. Kebayang dong gimana kesan yang bakalan kita dapat kalo waktu sore kita duduk-duduk disana, menikmati suasana, menunggu saatnya matahari terbenam, ngobrol, plus hal itu dilakukan bersama orang yang bikin kita jatuh hati. Hhhhmmm, rasanya damaaaiiii banget.

Walaupun judulnya Bar (yang identik dengan minuman beralkohol) tapi disana bukan tempat untuk mabuk lho ya. Menu makanannya pun banyak yang halal. Secara saya juga nggak minum minuman beralkohol, pastinya harus selektif juga dong dalam memilih tempat makan atau tempat nongkrong. Kalau kesana biasanya saya memesan watermelon juice dan makanan kecil seperti chicken popcorn.

Rock Bar yang berlokasi di salah satu resort mewah yang ada di Bali, Ayana Resort (dulunya Ritz Carlton), memang cukup menguras kocek kalau mau nongkrong disana. Sebagai gambaran saja, seporsi pisang goreng dibandrol dengan harga Rp.50.000, belum termasuk pajak dan service.Kalau kita ingin menikmati suasana rock bar di kursi sofa bulat yang bisa dipakai buat tidur-tiduran (leyeh-leyeh), ada minimum ordernya, yaitu Rp.600.000 saja! Mahal banget ya? But you know, suami saya dulu melamar saya di tempat itu lho… Gimana saya nggak “klepek-klepek” tuh, dilamar di tempat bagus dengan suasana menjelang sunset yang roomantis abis! 😀

Lihat foto di pojok kanan bawah, ada sofa bulat. Tempat suami saya melamar saya waktu itu 😀

Oh iya, Rock Bar menerapkan satu peraturan tak tertulis bagi para pengunjungnya. Pengunjung nggak boleh memakai celana pantai dan kaos singlet “Bir Bintang” kalau mau masuk ke area Rock Bar. Pernah waktu itu, saya dan suami mengajak saudara yang sedang liburan ke Bali. Salah satu saudara ada yang memakai celana pantai dan kaos singlet “Bir Bintang”. Maka pelayan yang menjaga di lift langsung mencegahnya untuk masuk dan menyuruhnya ganti baju dulu.

January Christy at Rock Bar before Sunset

Rock Bar lumayan rame kalo udah jam-jam menjelang sunset. Biasanya saya dan suami sudah mulai mengantri di lift sejak pukul 16.30 Wita supaya nggak ketinggalan momen sunset karena harus antri.

Satu lagi, karena Rock Bar didesain sebagai outdoor bar, maka kalau tiba-tiba hujan turun atau sepertinya akan turun hujan, maka bar ini tutup. Jadi traveler pastikan dulu cuaca benar-benar cerah kalau mau ke Rock Bar ya biar nggak kecele… 😀

Anyway, buat traveler yang “pecinta suasana” seperti saya dan suami saya, nggak ada salahnya jika mampir ke Rock Bar kalau pas lagi traveling ke Bali. Saya jamin nggak bakalan nyesel deh… 🙂

Continue Reading