Asia | Cerita Traveling

Honeymoon Backpacker :D (1)

By on April 4, 2011

Setelah setahun tidak melanglang buana, akhirnya tanggal 2 Februari 2011 kemarin imigrasi Soekarno Hatta International Airport dan Phuket International Airport dengan suksesnya menambahkan stempel di passport saya. Yup, saya traveling lagi! Yeeyyy, senangnya… 🙂

Tapi tidak seperti sebelumnya, saya yang sudah tidak lagi single and available ini mau tak mau harus traveling sama suami tercinta! Yah, bisa dibilang ini salah satu bulan madu kami setelah sebelumnya bulan madu keliling Bali. Pasti traveler’s ngiri banget kan? Abis bulan madu keliling Bali, eh sekarang malah ke Thailand. Eit, tunggu dulu, bukan di Thailand aja lho tapi ke Malaysia dan Singapore juga! Hahaha… saya yakin pasti tambah ngiri… 😀

Mungkin traveler’s mikirnya kami kebanyakan uang atau punya pohon uang yang setiap harinya bisa dipanen ya? Waduh, salah besar… Kami traveling plus honeymoon dengan budget yang sangat-sangat terbatas!

As Always, Berawal dari Tiket Promo

Now everyone can fly

Sama seperti traveling-traveling sebelumnya, rencana jalan-jalan saya selalu berawal dari tiket murah. Yah, apalagi kalau bukan tiket promo yang ditawarkan oleh maskapai AA dengan jargonnya “Now everyone can fly” (pasti traveler’s sudah bisa nebak kan maskapai apa itu??). Namun, kali ini suami saya duluan yang “menemukan” tiket murah itu. Jadi, dia sudah booking tuh tiket sejak setahun yang lalu saat kami belum bertemu dengan jadwal penerbangan Jakarta-Phuket.

Nah, setelah kami bertemu dan semuanya selesai, kami merencanakan untuk traveling bareng plus honeymoon. Jadilah saya booking juga penerbangan Jakarta-Phuket. But, unfortunately, penerbangan pada hari yang sama tiket yang harga promonya sudah habis! Jadinya saya booking tiket sehari setelah suami saya sampai di Phuket. Huhuhu, nggak bisa satu pesawat deh… 🙁

Tapi, ternyata eh ternyata, sekitar bulan November pihak maskapai yang bersangkutan mengirim sms ke suami saya yang menerangkan bahwa jadwal penerbangannya diundur 3 hari dari jadwal sebelumnya. Bete nggak sih??? Masa iya saya bengong sendirian di Phuket? Akhirnya kami berinisiatif untuk mencari tiket lain di hari yang sama.

Setelah mencari dengan penuh kesabaran (halah, lebay!), ketemu juga tiket yang lumayan “masuk akal”. Tapi tetap saja kami tidak bisa satu pesawat. Saya tetap berangkat dari Jakarta, sedangkan suami berangkat dari Bali. Yah, nggak papa lah… yang penting bisa sampai Phuket di hari yang sama. 😀

D-Day

Setelah menanti sekian lama, hari yang ditunggu-tunggu datang juga, 2 Februari 2011. Jam 6.40 saya harus bertolak ke Jakarta dari bandara Ngurah Rai. Walaupun saya tidak bisa satu pesawat dengan suami dan kami berangkat dari kota yang berbeda, ternyata hal itu ada hikmahnya. Yah, benar. Untuk kesekian kalinya saya merasa semua yang terjadi dalam hidup saya telah ada yang mengatur. Mengapa saya harus berbeda pesawat dan berangkat dari kota yang berbeda dengan suami saya, ternyata Allah telah merencanakan hal lain. Ada beberapa hal yang hal yang harus saya bereskan di Jakarta dan Bogor, makanya jeda waktu antara kedatangan saya di Jakarta dengan keberangkatan saya ke Phuket saya manfaatkan untuk menyelesaikan semua urusan itu. Alhamdulillah semuanya bisa beres… 🙂

Berbekal masing-masing satu ransel dan satu tas tangan kecil untuk menyimpan dokumen-dokumen penting yang harus dibawa kemana-mana seperti paspor, tiket dan lain-lain, kami berangkat dengan pesawat masing-masing menuju Phuket. Suami saya sampai di Phuket jam 14.45, sedangkan saya sekitar jam 20.50. Kasihan juga sih sebenarnya suami saya harus menunggu saya di bandara selama lebih dari 6 jam. Tapi karena dia cinta bukan main sama saya, dia setia menunggu kedatangan saya di Phuket.

Sesampainya saya di bandara, suami saya telah membeli tiket bus dari bandara menuju Patong Beach seharga THB 150/orang. Tapi tiket bus yang dibeli suami saya itu bukan public bus, melainkan private bus. Suami saya terpaksa membeli tiket private bus karena public bus sudah tidak beroperasi pada jam tersebut, jadi kami terpaksa harus membeli tiket private bus itu. Sekedar gambaran saja, kalau kita ingin menggunakan public bus menuju Patosng beach, harga tiket dari bandara Phuket menuju terminal Phuket seharga THB 85/orang, lalu dilanjutkan dengan public bus dari terminal Phuket ke Patong beach seharga THB 28/orang.

Kami berpikir setelah membeli tiket private bus menuju Patong beach kami sudah bisa langsung naik bus dan sampai di Patong beach. Tapi setelah kami menunggu sekitar setengah jam, private bus yang akan membawa kami ke Patong beach tidak kunjung datang. Kami dan sekitar 10 orang yang akan naik bus yang sama terlantar menunggu bus di pelataran bandara Phuket. Persis seperti pengungsi yang sedang menunggu angkutan untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman! Hahaha… lebay! 😀

Anyway, karena menunggu terlalu lama, suami saya mulai bosan. Karena dasarnya dia tidak bisa diam, dia pergi jalan mondar-mandir kesana-kesini, ngobrol sama tukang taksi yang ada di bandara. Tiba-tiba suami saya ngobrol sama salah satu couple dari Indonesia yang juga menunggu bus yang sama, terus mereka saling deal. Tahu apa yang dilakukan suami saya? Dia mengembalikan tiket bus dan nawar salah satu taksi yang ada di bandara. Si sopir taksi minta tambahan uang THB 200 untuk mengantar kami sampai di Patong beach. Karena suami saya nggak mau rugi-rugi amat, dia menawari couple Indonesia itu untuk patungan biaya tambahan taksi dan Alhamdulillahnya mereka mau. 😀

Patong beach dari bandara Phuket lumayan jauh, sekitar 45 menit sampai satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Patong beach boleh dibilang pusat pariwisata dari Phuket Island. Sebagian besar akomodari dan fasilitas yang dibutuhkan oleh para wisatawan ada disana. Pantainya pun cukup bagus dan nyaman untuk bersantai sambil berjemur plus program penghitaman kulit! Hahaha… 😀

Sesampainya kami di Patong beach, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari penginapan. Tentu saja penginapan yang harganya sesuai dengan budget kami. Dari info yang kami dapatkan, banyak penginapan murah, semacam guesthouse di daerah belakang hotel Ibis yang ada di Patong beach. Maka kami minta diturunkan di tempat itu ke sopir taksi. Guesthouse yang ada di Patong beach tidak seperti yang saya bayangkan. Di Patong beach rata-rata guesthousenya merupakan ruko yang “disulap” menjadi penginapan. Saya dan suami saya keluar masuk beberapa guesthouse, tapi belum juga mendapatkan kamar yang cocok. Banyak guesthouse yang sudah fully booked karena saat itu sedang high season dan ada guesthouse yang cocok di mata, tapi tidak cocok di kantong! Hehehe…

Odin's Guesthouse

Kami keluar dari backpacker area di belakang hotel ibis menuju jalan utama. Disana juga banyak guesthouse-guesthouse yang menawarkan kamar dengan harga murah. And finally, setelah keluar masuk beberapa guesthouse, kami “menemukan” kamar yang cocok di kantong dan juga di mata :D. Namanya Odin’s guesthouse. Kamar yang kami sewa harganya THB 800/night dengan fasilitas AC dan kulkas. Alhamdulillah… 🙂

Patong Beach

Pantai Patong Phuket bisa dikatakan sama dengan Kuta-nya Bali. Lokasi ini merupakan pusat pariwisata pulau Phuket-Thailand. Sebenarnya ada satu lagi lokasi yang cukup menarik di Pulau Phuket yaitu Karon beach. Tapi di lokasi tersebut tidak seramai Patong beach. Selain itu, banyak took-toko, guesthouse maupun tourist information yang sudah tutup di Karon beach. Jadi fasilitas yang memudahkan para wisatawan sangat minim di pantai Karon ini.

Anyway, Patong beach yang merupakan pusat pariwisata Phuket island tentu saja memiliki keindahan serta fasilitas-fasilitas yang memudahkan para wisatawan, terutama wisatawan mancanegara (termasuk kami). Fasilitas-fasilitas tersebut misalnya saja tourist information yang banyak beterbaran di pinggir-pinggir jalan yang ada di Patong beach, hotel serta guesthouse dengan berbagai variasi harga, tempat makan dan juga toko-toko yang menyediakan berbagai kebutuhan para wisatawan terutama untuk oleh-oleh. Nah, khusus untuk toko oleh-oleh, para wisatawan harus pandai-pandai menawar harga dari si penjual kalau nggak mau rugi.

Patong Beach-Phuket, Thailand

Dari segi keindahan, pantai Patong memiliki air laut berwarna biru toska yang sangat jernih. Selain itu, pasir pantainya pun sangat lembut. Kedua hal ini menjadikan aktivitas berenang di pantai menjadi sangat mengasikkan. Apalagi kalo berenangnya berdua sama suami! Hehehe… buat yang masih single jangan mupeng ya… :p Di pinggiran pantai Patong banyak terdapat kursi tidur plus payung yang disewakan. Jadi kita bisa malas-malasan di kursi tidur itu sambil berjemur dan menikmati keindahan pantai Patong. Kalau nggak mau nyewa kursi tidur, ya tinggak bawa sarung pantai saja, terus di gelar deh di pantai. Tapi risikonya adalah, kulit kita bisa berubah warna dengan sangat cepat alias bisa kebakar matahari. Makanya, jangan lupa pakai sunblock ya traveler’s… 🙂

Menyusuri Phuket

Hari kedua di Phuket island saya dan suami saya memutuskan untuk menyusuri pulau Phuket dengan motor. Guesthouse kami juga menyediakan jasa sewa motor, jadi kami menyewa motor disana saja biar pas ngebalikin nggak ribet. Harga sewa motor di Phuket THB 200/ 24 jam. Masih masuk akal sih karena harga itu relative sama dengan harga sewa motor di Bali untuk satu hari atau 24 jam. Tapi yang bikin nyesek adalah harga bensin di Phuket! Mau tahu berapa? THB 40/liter!! Harga itu setara dengan Rp.12.000/liter. Mahal banget kan?? Padahal kalau di daerah Hatyai harga bensin per liternya hanya THB25! Huuuhhh, memang ya, dimana-mana yang namanya tempat wisata pasti harga-harganya pada melambung tinggi!

Saya dan suami menyusuri Phuket dimulai dari salah satu mall (saya lupa namanya) yang ada di Patong beach. Kami mampir ke mall tersebut untuk beli sunblock karena sunblock yang sengaja dibawa dari Bali harus nginep dulu di bandara Ngurah Rai karena kelebihan berat 10 ml! Bete khan? Anyway, dari mall itu kami memutuskan untuk ke pantai Karon. Sama seperti pantai Patong, pantai Karon memiliki air laut berwarna biru toska yang jernih dan pasir pantai brwarna putih yang sangat halus. Di pantai Karon juga banyak terdapat kursi tidur plus payung yang disewakan untuk para turis berjemur.

Oh iya, saat menyusuri pulau Phuket ini kami baru menyadari bahwa kontur pulau ini tidak rata. Pantai-pantainya ada di balik bukit semua, jadi kalau misalnya jalan-jalan dengan mengendarai motor, usahakan isi bensin secukupnya ya… yang pasti jangan sampai motor kehabisan bensin di tengah jalan dan kita harus ngedorong tuh motor melewati jalanan yang naik turun.

Pulau Phuket kami rasa sama banget sama pulau Bali. Phuket town berada agak jauh dari Patong beach ataupun Karon beach, persis seperti Denpasar yang letaknya agak jauh dari pantai Kuta atau pantai Sanur. Kami rasa bagus juga sih tata kota seperti itu, agar membedakan mana tempat yang khusus untuk pemerintahan dan juga mana tempat yang khusus untuk pariwisata.

Jalan di tepi pantai Patong-Phuket

Sama seperti di Indonesia, di pinggir-pinggir jalanan pulau Phuket juga banyak penjual buah. Mereka menjajakan buah potong segar yang enak sekali bila dinikmati saat terik matahari serasa seperti di ubun-ubun. Tapi ada yang berbeda dengan buah-buahan di Thailand. Disana kami rasa buah-buahannya lebih segar daripada buah-buahan potong yang ada di Indonesia. Memang sih, harganya lebih mahal. Satu potong semangka (potongannya lebih besar dari yang di Indonesia) harganya THB 20 atau sama dengan Rp.6000. Tapi dijamin deh, setelah makan tuh semangka, tenggorokan bisa langsung segar! 🙂 Anyway, kami berdua suka sekali nyemil buah kalau sedang di Thailand, apalagi saat siang hari.

Rasa makanan di Phuket agak berbeda dengan makanan di Indonesia. Menurut kami, makanan disana asin semua. Walaupun sudah pesan daging bumbu kecap tapi tetap saja asin! Pokoknya agak kurang cocok lah untuk lidah Indonesia. Tapi ada satu masakan uang sangat disuka suami saya disana. Makanan apa coba…? Ayam goreng di pinggir jalan! Jadi disana (siang dan malam) ada beberapa penjual ayam goreng “gerobak”. Ayamnya digoreng garing, sangat renyah dan gurih. Soal harga? Nggak mahal kok, kami makan ayam goreng dada potongan besar plus nasi yang paling mahal saat di Patong beach hanya menghabiskan THB 80 untuk 2 orang. Lumayan murah lho!

Oh iya, ada satu lagi makanan, tepatnya camilan, yang kami suka disana. Judulnya sih Thai pancake, tapi tahu bentuknya seperti apa? Seperti martabak telur! Seriously… judulnya memang pancake, tapi bentuknya martabak telur banget! Hanya bedanya dengan martabak telur, kalau martabak telur rasanya asin dan berbahan dasar telur, nah kalau Thai pancake itu manis dan bahan dasarnya kita bisa pilih sendiri, mau pakai pisang, kelapa ataupun selai dengan berbagai macam rasa. Dijamin deh, sekali makan Thai pancake, pasti ketagihan! 😀

Kehidupan Malam di Patong Beach

suasana "Legian-nya Patong" di malam hari

Sekali lagi saya harus bilang, “sama seperti Bali”, di Patong beach juga ada “Legian-nya Bali”. Tempatnya di dekat mall yang ada carrefournya (maaf saya lupa nama mallnya apa). Tapi bedanya dengan Legian, daerah itu bebas dari kendaaraan bermotor. Jadi orang-orang yang menyusuri jalan itu jalan kaki semua. Saat saya dan suami menunyusuri tempat itu, suasananya sangat crowded, entah karena sedang high season atau memang seperti itu setiap malamnya. Yang pasti banyak sekali turis, terutama bule, yang juga menyusuri “Legian-nya Patong”.

Persis seperti di jalan Legian, di jalan itu (sekali lagi mohon maaf saya tidak tahu nama jalannya apa), banyak terdapat penjual souvenir khas Thailand, café, food court, dan pastinya niteclub untuk ngedugem! Di jalan itu selain disesaki oleh para turis juga banyak “SPG” dan “SPB-sales promotion boy-“ yang menawari para turis untuk mau masuk ke niteclubnya. Saya dan suami beberapa kali ditawari oleh para SPG dan SPB itu, tapi kami selalu berkelit kalau mau makan dulu. Sepulangnya dari makan di pinggir pantai Patong kami menyusuri jalan “Legian-nya Patong” lagi. Sama seperti saat berangkat, pulangnya pun kami ditawari untuk masuk ke salah satu niteclub oleh para SPG dan SPB. Akhirnya suami saya setuju untuk masuk ke salah satu niteclub dan menonton atraksi yang ada di sana. Saya dan suami harus merogoh kocek sampai THB 600 untuk menonton atraksi itu. Mungkin maksud suami saya mau masuk ke salah satu niteclub itu untuk menunjukkan pada saya atraksi khas Thailand, namun setelah saya masuk dan menonton atraksi itu, yang ada saya malah mual, sakit perut, dan berasa ingin muntah. Huh, sebel deh… sudah bayar mahal-mahal, yang ada perut saya jadi nggak karu-karuan! Penasaran kan apa atraksinya? Silahkan traveler’s cari sendiri kalau someday punya kesempatan ke Phuket atau ke Thailand. Hehehehe… sok bikin penasaran gitu…. :p

Ladyboy (bencong-red) di Patong beach, Phuket-Thailand

Anyway, salah satu icon Thailand adalah ladyboy alias bencong yang cantik-cantik bahkan ngalah-ngalahin kecantikan cewek asli. Di “Legian-nya Patong” ada salah satu niteclub yang pelayan dan “cewek-ceweknya” ladyboy semua. Di depan niteclub itu ada beberapa ladyboy yang mengenakan kostum dan mau berfoto dengan turis-turis. Tapi jangan salah, foto dengan para ladyboy itu nggak gratis! Kita harus merogoh kocek minimal THB 200 untuk sekali foto! Traveler’s mau? 😀

*to be continued…

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

I’m in Phuket… :)

By on February 4, 2011

Hai… Hai… Hai…

3 bulan menghilang dari peredaran tulis menulis dunia maya, bikin sedih juga… Hahaha, lebay bin alay!

Tapi bener lho traveler!

Seenernya saya udah kangeeeennnn banget sama yang namanya nulis, tapi entah mengapa kok 3 bulan ini kena writing block nggak ada abisnya!

Walah kok jadi curhat…

Patong Beach-Phuket, Thailand

Oke, terserah travelers mo mikir saya mau pamer or something like that, tapi yang pasti sekarang saya lagi di Phuket-Thailand!

Hahaha… akhirnya backpackeran ke luar negeri lagi! 😀

Yup setelah setahun nggak ke luar negeri, tanggal 2 Februari kemarin saya bertolak dari Soetta International Airport to the Phuket International Airport.

Banyak sih yang mau di ceritain. Tapi kalo saya cerita sekarang, terus kapan jalan-jalannya dong???

Jadi cukup kasih tau aja dimana keberadaan saya sekarang ya??? Hehehehe… 😀

Besok jam 7 pagi, saya berangkat ke Phi-Phi Island. Apa? Nggak tahu Phi-Phi Island itu tempat apaan?? Itu lho, lokasi shootingnya The Beach yang dibintangi sama Leonardo Di Caprio! Jangan Ngiri ya…. :p

Ya udah, happy traveling for me… Hahaha… 😀

Patong Beach, Thailand 4 Februari 2011 20:09

~Okvina Nur Alvita

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

Italiano-Itelato

By on October 27, 2010

Apa yang terpikirkan ketika mendengar “cowok Italia”? pasti yang terbersit pertama kali adalah parasnya yang (sudah terkenal) ganteng. Karena kegantengannya itu, sampai-sampai Trinity menulis dalam bukunya, bahwa tukang ledeng sekalipun juga cakep sehingga Trinity bisa nggak berkedip ngelihatin tukang ledeng di Italia! Hehehe… 😀

Italian man

Yup, cowok Italy memang cakep-cakep, saya suka alisnya yang tebal dan mata elang mereka. Tetapi gambaran tentang cowok Italy itu langsung rusak seketika saat saya sedang backpacking ke Vietnam, tepatnya di Ho Chi Minh City (Saigon).

Waktu itu saya mengambil paket tur ke 2 destinasi wisata yang ada di sekitar Saigon, Cao Dai Temple dan Chu Chi Tunnel. Paket wisata ini tidak private, jadi ada beberapa wisatawan lain yang juga ikut paket tur itu. Nah, 3 wisatawan yang ikut paket tur itu tidak lain dan tidak bukan adalah cowok-cowok Italy. So, apa hubungannya dengan judul tulisan ini???

Jadi begini, paket tur dimulai jam 8 pagi, tapi kami-kami, para wisatawan sudah harus stand by dari jam setengah 8. Saya on time dong. Secara ya, yang namanya jam karet jangan dibawa-bawa ke luar negeri deh! Malu-maluin nama besar bangsa Indonesia aja.

Sekitar jam 8 kurang saya sudah naik bus wisata. Tapi anehnya, sampai jam 8.20, bus tidak kunjung berangkat. Saya dan wisatawan yang lain mulai tidak sabar menunggu. Tour guide akhirnya menjelaskan kenapa kami tidak kunjung berangkat, ternyata kami sedang menunggu 3 wisatawan lain yang tidak kunjung datang. Huuhh, paling bête deh kalo harus menunggu orang seperti ini… Jadi berasa di-dzolimi gitu… 🙁

Akhirnya, tuh orang yang kita tunggin nyampe juga jam setengah sembilan, so bus pun langsung berangkat ke destinasi pertama yang akan kami kunjungi, Cao Dai Temple. Dalam perjalanan, tour guide menjelaskan banyak hal tentang Vietnam dan juga tentang dua tempat yang akan kami kunjungi. Selain itu dia juga menjelaskan berapa lama kami akan mengunjungi Cao Dai Temple dan jam berapa semua wisatawan sudah harus berada di dalam bus lagi lalu melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya.

Guess what??!! Walaupun si tour guide sudah menjelaskan dengan terperinci dan sejelas-jelasnya tentang rule wisata hari itu tapi tetap aja tuh 3 cowok Italy yang kebetulan satu perjalanan sama kami telat-telat juga! Bukan hanya telat, karena mereka melebihi tenggat waktu yang diberikan tour guide untuk keterlambatan, jadi mereka kami tinggal deehhh… Bye-bye Italian youngsters! 😀

*****************************************************

Huuhh, ternyata bukan orang Indonesia saja yang terkenal dengan jam karet ya? Orang Italy juga jam karet juga! Hehehe… tapi emang sih, kita nggak bisa men-generalisir perilaku orang Italy dengan hanya melihat kelakuan 3 penduduk mereka. Tapi pengalaman pertama saya bertemu dengan orang Italy, I mean cowok Italy memberikan first impression yang cukup buruk di mata saya. Cakep-cakep tapi kok telatan!

Ya sudah lah, mari kita ambil hikmah dari kejadian ini. Yang pertama, kebiasaan ngaret jangan dibawa-bawa ke negeri orang, bikin nama negara kita minus di mata orang lain. Yang kedua, pilihannya adalah telat atau ketinggalan (seperti yang dialami ketiga cowok Italy itu).

Yang pasti, akan lebih baik membiasakan budaya on time dan meninggalkan yang namanya jam karet. Jangan seperti si Italiano yang Itelato itu ya… Hehehe… 😀

Happy traveling ya readers… 🙂

Denpasar, 27 Oktober 2010 15:40

~Okvina Nur Avita

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

Wulan (Host di Singapura)

By on June 3, 2010

Sebelum saya berangkat traveling, saya pasti akan mencari host yang mau menampung saya secara gratis ketika saya berada di kotanya. Destinasi terakhir saya saat Asean Trip Februari lalu adalah Singapura. Saya langsung search host yang tinggal di Singapura melalui situs jejaring backpacker www.couchsurfing.org. Cukup banyak member yang tinggal di Singapura dan saya pun me-request ke beberapa orang untuk bisa surf di couch-nya (hehehe… :D). Tapi dari sekian orang yang saya request, tidak satupun membalas message saya.

Dag-dig-dug-dag-dig-dug, huaaa… it means, saya harus meluangkan sekian dolar uang saya untuk bayar hotel. Masalahnya adalah, Singapura itu mahal gila! Mana ini juga destinasi terakhir, jadi pastinya uang saya nanti tinggal sisa-sisa saat saya sampai di Singapura. Huhuhu, sempet takut juga sih nanti saya bakalan kekurangan uang saat di Singapura. Tapi saya nggak patah semangat, walaupun Asean Trip saya sudah berjalan, saya tetap dengan rajinnya mencari host yang mau dan bisa menampung saya saat saya di Singapura.

Sebenarnya saya memiliki dua kakak kelas satu SMA yang saat ini sedang stay di Singapura, mbak Novrida dan mbak Wulan. Tapi kok kebetulan juga saat itu mereka lagi nggak bisa untuk jadi host saya.

Mbak Novrida nggak bisa karena saat itu dia sedang UAS. Di apartemen mbak Novrida (yang ditinggalinya bersama beberapa temannya) ada peraturan tidak tertulis kalau sedang ujian, penghuni apartemen tidak boleh membawa tamu dari luar untuk menjaga kondusifitas suasana belajar saat masa ujian. So, dengan sangat menyesal, mbak Novrida memberitahu saya kalau saya nggak bisa tinggal di apartemennya selama saya di Singapura.

Mbak Wulan Aquariyanti dan suaminya, mas Nino Wicaksono

Mbak Wulan, “atasan” saya saat saya tergabung di OSIS SMAN 1 Jember masa bakti 2002/2003. Saya sudah menghubungi mbak Wulan untuk request numpang tinggal sebelum saya berangkat Asean Trip. Tapi kebetulan juga di tanggal yang sama ketika saya di Singapura, adik ipar mbak Wulan juga mau jalan-jalan ke Singapura, jadi otomatis satu-satunya kamar kosong yang ada di apartemennya akan dipakai sama adik iparnya. It means, saya juga nggak bisa numpang di apartemen mbak Wulan. Fiuuuhhhh, susahnya cari host… 🙁

But you know, karena emang mbak Wulan yang orangnya super duper baik, di saat-saat terakhir sebelum saya sampai di Singapura, mbak Wulan kasih kabar ke saya kalau saya bisa numpang di apartemennya selama saya di Singapura nanti. Yeeyy, Alhamdulillah, uang untuk sewa youth hostel bisa disimpan untuk beli es krim! Hehehe… 😀

Jadi-jadi, mbak Wulan bilang ke adik iparnya kalau ada backpacker kere (hahaha… ngatain diri sendiri! :D) yang mau ke Singapore. And unfortunately, backpacker kere itu mantan adik kelas mbak Wulan waktu di SMA. Terus mbak Wulan nanya ke adik iparnya, “boleh nggak kalau share kamar selama dia di Singapore? Nggak lama kok, paling lama dua hari aja” (kira-kira begitulah mbak Wulan nanya ke adik iparnya). Dan emang adik ipar mbak Wulan juga baik, dia mengiyakan. Jadilah saya bisa numpang di apartemen mbak Wulan. Begitu ceritanya.

Jangan tanya lagi gimana baiknya mbak Wulan. Dia ngejemput saya ke stasiun MRT Khatib, masakin sarapan buat saya selama saya di Singapura, ngebikinin direction yang jelas untuk ke tempat-tempat yang worth it dikunjungi di Singapura, saya dipinjemin laptop plus koneksi internetnya, saya bebas masak dan “menjarah” isi kulkasnya, terus mbak Wulan juga ngasih saya koin dolar Singapura yang jumlahnya banyak banget untuk ongkos naik bus, MRT dan beli es krim! Hehehe… 😀 Baik banget kan kakak kelasku yang satu ini?

Pokoknya Alhamdulillah banget deh mbak Wulan bisa jadi host saya waktu saya backpacking ke Singapura. Makasih banyak ya Mbak Wulan… 🙂

Bogor, 31 Mei 2010 15:04

~Okvina Nur Alvita

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

Restu (Host di Kuala Lumpur)

By on May 22, 2010
Restu Wijaya M.

Saya mengenal Restu saat saya sudah berada di kamarnya, naruh barang, dan keliling KL. Pasti Anda berpikir, “Lho kok?”. Pasti bingung kan gimana caranya saya bisa masuk ke kamar Restu padahal saya masih belum kenal sama dia?

Jadi begini ceritanya. Saya sudah berusaha menghubungi beberpa host yang ada di KL melalui situs jejaring backpacker. Tapi semua yang saya hubungi nggak bisa nge-host-in saya karena jadwal kedatangan saya pas banget sama liburan lunar new year disana. Jadi mereka juga pengen liburan, so nggak bisa nerima tamu dulu untuk sementara. Aduh, saya bingung dong karena harus menyiapkan uang ekstra untuk sewa hostel. Tapi memang ya, pertolongan Tuhan pasti selalu ada.

Saya punya teman, namanya Puspa. Puspa pernah dapat student exchange di Universiti Malaya. Pastinya Puspa punya banyak kenalan dong disana. Jadi, saya langsung minta tolong sama Puspa untuk menghubungi temannya supaya saya bisa tinggal (gratis, catet ya) di tempat teman Puspa yang ada di KL. Nah, kebetulan Puspa juga mau jalan-jalan ke Malaysia dan Singapura saat saya sudah di Malaysia. Jadilah yang menjemput saya ke stasiun, eh salah bukan stasiun, ke lobby kolej kediaman 12 Universiti Malaya itu Puspa dan bukan Restu. Dan saya baru kenalan dengan Restu setelah saya sudah naruh barang, mandi, sarapan, jalan-jalan keliling KL sama Puspa karena waktu saya sampai di kamar Restu, orangnya masih tidur. 😀

Restu orang Indonesia dari Bangka Belitung yang memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi S1 di Universiti Malaya. Dia tinggal di salah satu dormitory yang ada di areal University Malaya. Saat saya numpang tinggal di kamar Restu, Restu sampai ngebela-belain untuk ngungsi di kamar temannya biar saya dan Nisun bisa tidur di kasurnya. Restu juga meminjami saya dan Nisun laptop plus koneksi internetnya. Baik banget deh Restu ini.

Restu mengenalkan saya pada beberapa temannya yang juga berasal dari Bangka Belitung. Saya bisa ngobrol lumayan banyak dengan Restu, tentang kehidupan mahasiswa disana, tentang pandangan orang Malaysia pada Indonesia dan juga tentang beberapa perlakuan dosen Restu yang agak mendiskreditkan Indonesia.

Sungguh, menyenangkan jika bisa bertemu dengan orang Indonesia di negeri orang. 🙂

Bogor, 21 Mei 2010 09:18

~Okvina Nur Alvita

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

Teman-Teman Saya (Sesama Backpacker)

By on May 19, 2010

Saat saya traveling ke Phnom Penh saya menginap di apartemen Mariam. Host yang saya temukan dari situs www.couchsurfing.com. Di apartemen itu ada beberapa traveler lain yang juga sedang menginap disana. Inilah yang saya sukai jika saya menginap di apartemen host yang berasal dari situs jejaring backpacker. Kami saling berkenalan, berbagi cerita dan saling merekomendasikan “do and don’t” jika sedang traveling di suatu tempat. Dan inilah teman-teman sesama traveler yang saya temui di Phnom Penh.

Alex Kindeev dan Selena

Alex dan Selena adalah couple plus traveler yang berasal dari Rusia. Mereka sedang dalam program menjelajah Asia selama 6 bulan. Wow, tidak terbayangkan oleh saya mereka traveling selama itu. Apa nggak capek ya? Saya aja yang traveling dua minggu lebih keliling Asean gempornya udah ampun-ampunan! Hehehe… maaf ya kalo jadi curcol. 😀

Saya dan Selena banyak bercerita tentang negara kami masing-masing. Selena cerita tentang Rusia dan saya cerita tentang Indonesia. Awalnya Selena dan Alex tidak akan mengunjungi Indonesia, tapi setelah mendengar cerita saya tentang Indonesia dan saya tunjukkan beberapa gambar Indonesia (yang ada di brosur tentang Indonesia yang saya peroleh dari Kedubes Indonesia di Phnom Penh), mereka jadi sangat tertarik untuk mengunjungi Indonesia. Dan Alex akhirnya juga cerita pada saya kalau menurut teman-temannya yang pernah mengunjungi negara-negara Asia, Indonesialah yang paling cantik. Bangga dong kita jadi orang Indonesia? 🙂

Yang istimewa dari Alex dan Selena adalah mereka (menurut saya) ini yang dinamakan backpacker sejati. Mereka traveling dari Rusia menjelajah negara Asia dengan menempuh jalur darat! Dan jalur darat yang mereka tempuh itu bukan dengan beli tiket kereta atau bus, tapi dengan numpang kendaraan yang kebetulan lewat dan satu jurusan dengan tujuan mereka! Hebat kan?? Selain itu, untuk mengurangi pengeluaran akomodasi (penginapan) di suatu daerah yang tidak ada host-nya, mereka tidur di dalam tenda yang mereka bawa. Wow, It’s sooo cool… Inilah backpacker sejati…

Kalau ingin tahu “gilanya” lagi si Alex dan Selena ini, saat mengunjungi Angkor Wat, mereka beli tiket kunjungan satu hari, tapi mereka mengunjungi Angkor Wat selama tiga hari! Hari pertama mereka mengunjungi candi-candi yang membutuhkan tiket untuk bisa masuk ke dalamnya dan pada hari kedua dan ketiga mereka mengunjungi candi lain yang tidak membutuhkan tiket masuk. Alex dan Selena merekomendasikan untuk tidak perlu membeli tiket tiga hari, cukup tiket sehari saja, tapi manfaatkan untuk tiga hari. Saya bertanya ke mereka “lho, di gerbang utamanya apa nggak ada pengecekan tiket?”. Mereka jawab pertanyaan saya seperti ini “Hari kedua dan ketiga kami nggak lewat gerbang utama karena kami menginap di dalam areal Angkor Wat dengan mendirikan tenda yang kami bawa”. Wow, amazing! This is it, the real backpacker!! Tapi saya jadi terheran-heran, kok mereka nggak takut ya sama ranjau darat yang masih banyak tersebar di beberapa areal Angkor Wat?

Saat di Phnom Penh, Alex dan Selena ingin mengurus sesuatu di Kedutaan Besar Rusia yang ada disana. Tapi tahu bagaimana kedutaan Rusia memperlakukan mereka? Petugas kedutaan tidak memperbolehkan mereka untuk masuk kedutaan! Ya ampun, padahal kan mereka warga negara Rusia… Saya waktu itu juga ke kedutaan Indonesia di Phnom Penh untuk minta brosur-brosur tentang Indonesia, dan saya disambut baik disana. Waktu Alex dan Selena tahu bagaimana kedutaan besar Indonesia memperlakukan warganya, otomatis mereka sangat iri sama saya…

Yah, itulah Alex dan Selena, the real backpacker from Russia.

Andrew Manos

Andrew, traveler dari US. Dia juga sedang dalam program 6 bulan menjelajah Asia. Saya jadi heran, kenapa orang bule pada kuat-kuat ya jadi backpacker dalam waktu yang relatif lama. Setengah tahun bo!

Secara fisik Andrew lumayan macho lah ya. Bentuk tubuhnya proporsional dan penampakan (halah) wajahnya lumayan oke untuk ukuran orang US yang kata Trinity nggak ada yang cakep, kecuali bintang-bintang Hollywood. Orangnya ramah, lucu, nyenengin deh pokoknya.

Saat malam hari ketika kami sudah pulang ke apartemen setelah seharian menjelajah Phnom Penh, biasanya kami ngobrol. Berbagi cerita mengenai diri satu sama lain.

And, you know, Andrew menurut saya sudah menjelajah seluruh dunia. Dia pernah tinggal di Afrika, di Eropa, di Australia, beberapa bulan sebelumnya dia bekerja di sebagai pelayar di samudera hindia dan sekarang dia lagi backpacker-an keliling Asia! Wow, hanya ada satu kata, Keren! Saya benar-benar nggak ada apa-apanya dibanding Andrew!!

Saya sempat ngobrol banyak dengan Andrew, seperti biasa, kami saling cerita tentang negara kami masing-masing. Andrew menurut saya adalah salah satu teman ngobrol yang menyenangkan. Dia ramah dan lucu. Kami main tebak-tebakan umur. Kalau dari penampilan fisik, si Andrew ini seperti masih berumur twenty-something gitu, tapi ternyata umurnya udah 32! Baru kali ini saya ngeliat bule yang mukanya terlihat lebih muda dari usianya.

Andrew bilang dia akan mengunjungi Indonesia dan saya bilang ke Andrew kalau saya bisa mencarikan penginapan gratis untuk dia kalau dia mau mampir ke Bogor. Tapi tentu saja tidak di rumah saya karena nggak mungkin nginepin tamu cowok. Saya bilang ke dia akan mencarikan teman saya yang bisa nampung dia. Terus dia ngebecandain saya “Nggak ah, saya mau di rumah kamu saja. Terus saya bilang ke orang tua kamu kalau saya pacar kamu dan ingin menikah dengan kamu. Pasti nanti ayah kamu akan memarahi kamu. Hahaha…”.

Saya beruntung kenal dengan Andrew karena dari dia saya jadi tahu travel mana yang menyediakan tiket ke Siam Reap dengan harga yang murah. Yeey, inilah salah satu untungnya punya teman sesama backpacker… 🙂

Echo

Echo, seorang traveler perempuan dari China (aduh, dari China atau Macao ya? Saya lupa… Maaf…). Dia seorang fotografer. Dia memiliki program 3 bulan keliling Asia. Selain untuk hunting foto, dia juga akan menulis sebuah buku. Sayangnya saya nggak sempat ngobrol banyak dengan Echo karena dia harus segera ke Siam Reap. Tapi dalam waktu yang terbatas itu Echo masih sempat menyarankan pada saya tempat mana saya yang worth it untuk dikunjungi dan mana yang nggak terlalu worth it. Oh iya, Echo ini traveling sendirian lho selama 3 bulan! Padahal dia perempuan. Hebat kan?

Bogor, 19 Mei 2010 15:03

~Okvina Nur Alvita

Continue Reading