Asia | Cerita Traveling

The Incredible Experience from Backpacker’s Social Network (CouchSurfing)

By on January 5, 2012

Setelah Ditipu Cyclo-shit!

Kejadiannya terjadi saat saya melakukan Asean Trip tahun 2010 yang lalu. Seperti sudah pernah saya ceritakan sebelumnya kalau saya dikelabui sama cyclo saat traveling ke Vietnam (traveler bisa baca disini), saat itu keadaan saya benar-benar galau. Saya shock luar biasa harus kehilangan $70 di hari pertama saya kelilig Asean. Dengan bercucuran air mata (halah, lebaydotcom!) saya menguatkan hati saya (lebay lagi) untuk mengirim message di Grup Saigon yang ada di situs jejaring sosial untuk para backpacker couchsurfing.org (CS).

Pada message tersebut saya menuliskan kalau saya baru saja kena tipu sama tukang cyclo yang namanya Tram. Saya ingin bertemu dengan orang lokal (orang asli Vietnam) untuk curhat dan ngobrol agar pandangan negatif saya terhadap orang Vietnam bisa terhapus. Ada beberapa orang yang membalas message saya, salah satunya memberi tahu kalau malam itu akan ada kopdar CS Saigon. Di kopdar itu akan hadir juga ambassador Saigon. Jadi saya bisa menceritakan pengalaman buruk saya selama di Vietnam padanya. Tapi nggak ada satupun message balasan yang bilang kalau mau ketemu saya.

Ben Thanh Market

Singkat cerita, daripada saya “meng-galau” terus berdua sama backpacking-mate saya saat itu (@Nisunn), meratapi nasib telah kehilangan $70, kami memutuskan untuk keluar jalan-jalan ke Ben Than Market yang lokasinya tidak terlalu jauh dari hostel kami. Memasuki Ben Thanh Market saya merasa seperti sedang berada di pasar Bringharjo, Jogja. Saya melihat berbagai macam barang dan juga proses jual beli yang sedang terjadi disana. Saat sedang asik-asiknya melihat-lihat dan sedikit melupakan pengalaman nggak ngenakin yang baru saja saya alami, tiba-tiba ponsel saya bunyi. Nomor yang tertera di layar ponsel tidak saya kenali, dan kode negara yang muncul adalah kode Vietnam! Saya langsung berpikir kalau ini pasti salah satu member CS yang telah membaca curhatan saya di grup Saigon. Saya senang luar biasa karena ada orang Vietnam yang peduli pada saya. Saya angkat telepon itu, seseorang bernama Nguyen berbicara di seberang sana. Kami lalu berjanji untuk bertemu di patung kuda yang terletak di depan Ben Thanh Market.

Baiknya Orang Vietnam

Saya dan Nisun langsung ngacir menuju tempat yang telah disepakati. Kami nggak harus menunggu terlalu lama sampai orang yang bernama Nguyen itu muncul di hadapan kami. Nguyen ternyata nggak hanya seorang diri. Dia juga membawa satu orang temannya yang bernama Fini. Huaaa… Senangnya… Akhirnya saya bertemu dengan penduduk lokal Vietnam yang baik hati. πŸ™‚

Saat Nguyen dan Fini datang, kami langsung ngobrol akrab seperti 4 orang yang telah berkawan lama. Lalu saya mengingat sesuatu. Saya bertanya pada Nguyen (tentunya dalam bahasa Inggris) “Kamu tadi baca message curhatan saya di grup Saigon ya?”. Nguyen menjawab nggak. Saya bingung, dari mana dia tahu kondisi saya dan no telepon saya kalau dia tidak membaca message itu? Terus saya bertanya lagi, “Kamu member CS, couchsurfing, kan?”. Nguyen menjawab, “Emang, CS, couchsurfing, itu apa?”. Walah saya jadi makin bingung lagi. Nguyen bukan member CS juga! Terus dia bisa tahu saya dari mana???

Anyway, dari patung kuda, Nguyen dan Fini membawa saya ke salah satu resto yang ada di Ho Chi Minh City. Disitu kami dikenalkan dengan satu orang teman mereka berdua, namanya Nhan. Setalah itu kami diajak jalan-jalan menikmati Ho Chi Minh City di malam hari dan mereka juga mengantar saya & Nisun kembali ke hostel. Saya senang sekali bisa bertemu dengan orang lokal yang bener-bener baik walaupun masih muncul pertanyaan dalam hati, bagaimana mereka bisa tahu tentang saya padahal mereka bukan member couchsurfing?

ki-ka: Fini, Nguyen, Nhan

The Truth Behind…

Pertanyaan itu terjawab keesokan harinya saat saya menyempatkan diri untuk browsing internet, ngecek email dan beberapa account pribadi sebelum melakukan tour ke Cu Chi Tunnel dan Cao Dai Temple. Salah satu account yang saya cek adalah account saya di couchsurfing.org. Ada satu message yang berasal dari kawan saya, namanya Anya (@njamalia).

Anya dan saya berteman sejak kami berkesempatan ke Jerman untuk menghadiri ISWI 2009. Anya juga salah satu member di CS dan ternyata Anya juga ikut grup Saigon karena dia pernah ikut pertukaran pelajar disana. Nah, oleh sebab itu, teman-teman Anya di Ho Chi Minh City lumayan banyak.

Anyway, Anya tahu kondisi saya yang abis ditipu cyclo saat dia membaca thread di grup Saigon. Dia mungkin bisa merasakan apa yang saya rasakan saat itu (halah!), lalu dia langsung menghubungi salah satu temannya di Ho Chi Minh City. Namun sayang sekali, ternyata teman Anya itu lagi nggak ada di Ho Chi Minh City, jadinya dia nggak bisa nolong saya secara langsung. Tapi, itulah “hebatnya” jalur pertemanan ala backpacker, teman Anya (yang nggak kenal saya sama sekali) menghubungi temannya (bingung kan lo sama bahasa gw, temannya ngubungin temanya… baca pelan-pelan deh kalo bingung! Hahaha… *sengaja bikin puyeng). Teman yang dihubungi oleh temannya Anya ini juga bukan member couchsurfing.org. Nah, teman yang dihubungi temannya Anya itu nggak lain dan nggak bukan adalah Nguyen dan Fini! (Sudah nyambungkah dengan cerita saya?). Pantas aja waktu saya nanya tentang couchsurfing ke Nguyen dan Fini mereka plonga-plongo! πŸ˜€

Mau tahu baiknya Nguyen, Fini dan Nhan lagi? Kalau mereka nggak bisa nemenin saya&Nisun jalan-jalan, mereka mengusahakan agar ada teman lain yang bisa menemani kami. Kami jadi punya 2 teman baru dari Vietnam, namanya Phan dan Dona.Phan dan Dona menemani saya city tour di Ho Chi Minh City by walk. Selain itu Nguyen, Fini dan Nhan juga mengusahakan agar saya dan Nisun dapet tumpangan nginep di rumah teman mereka (namanya Mei) selama 1 malam karena budget kami untuk akomodasi di Vietnam sudah habis “digondol” si cyclo-shit itu!

ki-ka: Nisun, Dona, Phan, Saya
Nisun lagi nyoba baju adat Vietnam punya Nguyen

Hhhmmmm… Itulah hebatnya couchsurfing.org, salah satu website jejaring sosial bagi para backpacker. Kalau kita nggak bisa nolong langsung backpacker lain yang lagi kesusahan, kita bisa minta bantuan pada orang lain. Dan bisa jadi orang lain itu bukan member couchsurfing. Ternyata masih banyak ya orang baik di dunia ini… Setelah ditipu abis-abisan ama si cyclo-shit, saya ketemu sama penduduk lokan yang sangat friendly dan juga helpfull banget. Yang pasti saya juga nambah teman…

Satu hal yang harus diingat adalah, semua itu nggak bakalan terjadi tanpa adanya “tangan tak terlihat” yang akan selalu menolong kita dengan caraNya. Terima kasih ya Allah untuk pertolonganMu saat itu… πŸ™‚

*****

Special Thank’s to:

1. Allah SWT

2. Anya, yang udah ngubungin temannya di Ho Chi Minh City

3. Temannya Anya, which is namanya Thanh, sengaja di atas nggak saya tulis nama dia biar traveler rada riweuh bacanya. Hahaha..

4. Nguyen, Fini, Nhan, Phan dan Dona…

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

Vietnam Utara dan Vietnam Selatan

By on January 1, 2012
Vietnam (Image from www.vnvietnamtours.com)

Vietnam, ada beberapa kenyataan tentang Vietnam yang baru saya ketahui ketika saya berkesempatan mengunjungi negara itu. Hal-hal tersebut saya ketahui saat saya ngobrol dengan orang lokal Vietnam. So, this is it…

Vietnam terbagi menjadi 2, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Namun, tetap satu negara.

Vietnam Utara beribukota Hanoi. Sedangkan Vietnam Selatan, ibu kotanya adalah Ho Chi Minh City.

Sama seperti Korea, Vietnam Utara menganut paham komunis-sosialis sedangkan Vietnam Selatan lebih demokratis.

Vietnam Utara memiliki 4 musim (tapi tidak ada salju) sedangkan Vietnam Selatan hanya 2 musim. Kenyataan ini yang benar-benar baru saya tahu. Lucu juga ya, 1 negara punya dua musim. πŸ˜€

Continue Reading

Indonesia | Review Tempat Makan

Rock Bar at Ayana Resort-Bali

By on December 21, 2011

Suami saya suka sekali jalan-jalan, sama persis seperti saya. Karena hobinya inilah dia sering “menemukan” tempat-tempat indah, terutama di Bali.

Salah satu tempat yang cukup menarik di Bali (menurut saya) adalah Rock Bar at Ayana Resort. Saya dan suami telah beberapa kali kesana. Seperti namanya, Rock Bar, berarti bar di rock (batu). Ya, tempat ini adalah outdoor bar yang terletak di atas bebatuan di tepi pantai dan berdindingkan tebing. Fiuuuhhh… bingung kan ngebayanginnya? Monggo, silahkan lihat foto di bawah ini untuk lebih jelasnya. πŸ™‚

Rock Bar at Ayana Resort-Bali

Untuk bisa sampai di Rock Bar yang terletak di bawah tebing, kita harus naik outdoor lift dengan kemiringan 45 derajat. melihat Rock Bar dari atas (dari lift) juga merupakan pengalaman yang cukup menarik (menurut saya).

Lift di Rock Bar
Another View of Rock Bar after Sunset from The Lift

Rock Bar menyuguhkan pemandangan yang luar biasa, terutama saat sunset. Kebayang dong gimana kesan yang bakalan kita dapat kalo waktu sore kita duduk-duduk disana, menikmati suasana, menunggu saatnya matahari terbenam, ngobrol, plus hal itu dilakukan bersama orang yang bikin kita jatuh hati. Hhhhmmm, rasanya damaaaiiii banget.

Walaupun judulnya Bar (yang identik dengan minuman beralkohol) tapi disana bukan tempat untuk mabuk lho ya. Menu makanannya pun banyak yang halal. Secara saya juga nggak minum minuman beralkohol, pastinya harus selektif juga dong dalam memilih tempat makan atau tempat nongkrong. Kalau kesana biasanya saya memesan watermelon juice dan makanan kecil seperti chicken popcorn.

Rock Bar yang berlokasi di salah satu resort mewah yang ada di Bali, Ayana Resort (dulunya Ritz Carlton), memang cukup menguras kocek kalau mau nongkrong disana. Sebagai gambaran saja, seporsi pisang goreng dibandrol dengan harga Rp.50.000, belum termasuk pajak dan service.Kalau kita ingin menikmati suasana rock bar di kursi sofa bulat yang bisa dipakai buat tidur-tiduran (leyeh-leyeh), ada minimum ordernya, yaitu Rp.600.000 saja! Mahal banget ya? But you know, suami saya dulu melamar saya di tempat itu lho… Gimana saya nggak “klepek-klepek” tuh, dilamar di tempat bagus dengan suasana menjelang sunset yang roomantis abis! πŸ˜€

Lihat foto di pojok kanan bawah, ada sofa bulat. Tempat suami saya melamar saya waktu itu πŸ˜€

Oh iya, Rock Bar menerapkan satu peraturan tak tertulis bagi para pengunjungnya. Pengunjung nggak boleh memakai celana pantai dan kaos singlet “Bir Bintang” kalau mau masuk ke area Rock Bar. Pernah waktu itu, saya dan suami mengajak saudara yang sedang liburan ke Bali. Salah satu saudara ada yang memakai celana pantai dan kaos singlet “Bir Bintang”. Maka pelayan yang menjaga di lift langsung mencegahnya untuk masuk dan menyuruhnya ganti baju dulu.

January Christy at Rock Bar before Sunset

Rock Bar lumayan rame kalo udah jam-jam menjelang sunset. Biasanya saya dan suami sudah mulai mengantri di lift sejak pukul 16.30 Wita supaya nggak ketinggalan momen sunset karena harus antri.

Satu lagi, karena Rock Bar didesain sebagai outdoor bar, maka kalau tiba-tiba hujan turun atau sepertinya akan turun hujan, maka bar ini tutup. Jadi traveler pastikan dulu cuaca benar-benar cerah kalau mau ke Rock Bar ya biar nggak kecele… πŸ˜€

Anyway, buat traveler yang “pecinta suasana” seperti saya dan suami saya, nggak ada salahnya jika mampir ke Rock Bar kalau pas lagi traveling ke Bali. Saya jamin nggak bakalan nyesel deh… πŸ™‚

Continue Reading

Asia | Indonesia | Thoughts

Apa yang Bikin Malaysia Iri sama Indonesia?

By on December 18, 2011

Saya sudah beberapa kali mengunjungi Malaysia. Dan (jujur, tanpa bermaksud menyakiti hati orang manapun, terutama orang Malaysia) menurut saya nggak ada yang istimewa dari negeri Jiran itu.

Well, saya akui Indonesia saat ini memang sudah tertinggal jauh dari Malaysia. Hal ini bisa terbukti salah satunya melalui peringkat HDI. Indonesia berada di peringkat ratusan, sedangkan Malaysia sudah melesat ke peringkat puluhan. Malaysia boleh bangga akan hal itu. Bahwa negaranya lebih maju dari Indonesia padahal Indonesia duluan merdeka daripada Malaysia.

Tapi, traveler tahu nggak apa yang bikin orang Malaysia iri sama Indonesia?

Saya tahu hal itu saat saya pertama kali ke Malaysia. Waktu itu saya (Alhamdulillah) dapat program pertukaran pelajar dari Dikti. Seperti halnya program pertukaran pelajar pada umumnya, saya memiliki housefam. Ayah angkat saya di Malaysia adalah orang Malaysia asli, sedangkan istrinya orang Indonesia. Beliau dulu sempat kuliah di Indonesia. Karena hal inilah saya banyak ngobrol dan bertukar pikiran dengan beliau.

Singkat kata, saya ngobrolin tentang pendidikan di Malaysia dengan ayah angkat saya itu. Di Malaysia bahasa pengantar untuk beberapa mata pelajaran (mulai jenjang SD) menggunakan bahasa Inggris. So nggak heran kalau orang Malaysia jago bahasa Inggris. Tapi ternyata justru hal inilah yang membuat Malaysia (sedikit) kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Melayu. Mengapa demikian???

Jadi penduduk Malaysia terbagi menjadi tiga etnis besar, Melayu, China dan India. Di rumah, mereka menggunakan bahasa ibu masing-masing. Yang orang Melayu pakai bahasa Melayu (campur bahasa Inggris), yang orang China pakai bahasa Mandarin dan yang orang India ngomong pake bahasa India. Sebenarnya satu-satunya cara untuk tetap menggunakan bahasa Melayu adalah di sekolah, tapi di sekolah sendiri seringnya pakai bahasa Inggris. Jadilah orang China dan India yang ada di Malaysia tidak terlalu fasih berbahasa Melayu. Kesimpulannya Malaysia kurang memiliki identitas sebagai bangsa Melayu.

Trus kaitannya dengan iri sama orang Indonesia apa? Begini, di Malaysia kan hanya ada 3 etnis besar, tapi mereka nggak bisa mendidik rakyatnya untuk bisa berbahasa Melayu. Sedangkan Indonesia? Kita mempunya banyak bahasa daerah dan juga terdiri dari beragam etnis (terutama China yang banyak ada di Indonesia), tapi semua orang Indonesia pasti bisa berbahasa Indonesia. Walaupun dengan logat yang berbeda, orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke bisa berbahasa Indonesia. Orang China yang ada di Indonesia pun bisa berbahasa Indonesia. Bahkan, para expat juga banyak yang bisa bahasa Indonesia. Ya, semua itu karena kita memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda tetapi tetap satu. Hal ini yang tidak dimiliki oleh Malaysia. Dan hal ini juga yang bikin orang Malaysia iri sama Indonesia.

Bhineka Tunggal Ika (image from: shadowness.com)

Saat saya mengunjungi icon-nya Malaysia, menara kembar Petronas untuk yang pertama kalinya, betapa kagetnya saya ketika membaca slogan yang mirip arti Bhineka Tunggal Ika terpasang di gedung itu. Slogan Malaysia di gedung Petronas yaitu “Satu Warisan, Satu Matlamat, 1 Malaysia“. Saya lalu ingat obrolan saya sama ayah angkat saya dulu dan saya mencoba untuk berpositif thinking. Rupanya Malaysia belajar dari Bhineka Tunggal Ika yang dimiliki Indonesia.

Satu Warisan, Satu Matlamat, 1 Malaysia

Yah, semoga Malaysia bisa belajar dari Indonesia deh… πŸ™‚

Continue Reading

Asia | Seri Newly Backpacker

Seri Newly Backpacker (8)

By on December 7, 2011
Budgeting Money

Klik disini untuk membaca bagian sebelumnya

  • Budgeting

Budgeting merupakan masalah vital yang harus dipersiapkan saat kita akan traveling. Karena ini menyangkut hajat hidup (halah, bahasanya… hehe… :P) kita saat traveling. Jangan sampai kita kekurangan uang saat traveling dan jangan sampai juga kita menghabiskan uang lebih dari budget yang telah ditetapkan.

Untuk menentukan budget saat traveling antara satu orang dengan yang lain mungkin bisa berbeda, tergantung kebutuhan masing-masing. Tapi yang paling penting untuk dipertimbangkan saat membuat budget traveling adalah kebutuhan pokok yang kita perlukan selama traveling seperti transportasi, penginapan, makan, visa dan juga tiket masuk tempat wisata.

Ini saya beri contoh bagaimana menyusun budgeting untuk traveling ala backpacker.

Uraian

Jumlah (Rp.)

Administrasi

Visa Kamboja

200.000

Tiket masuk tempat wisata

325.000

Sub total

525.000

Transportasi

Tiket Pesawat Jakarta – Ho Chi Minh City

460.000

Tiket Pesawat Singapore – Jakarta

400.000

Boarding Pass di Bandara Jakarta

150.000

Ho Chi Minh City – Phnom Penh by Bus

120.000

Phnom Pehn – Siem Reap by Bus

50.000

Siam Reap – Bangkok by Bus

120.000

Bangkok – Kuala Lumpur by Bus

400.000

Kuala Lumpur – Singapura by Bus

125.000

Transport Lokal

185.000

Sub total

2.010.000

Akomodasi

Sewa hostel 2 malam di Ho Chi Minh City

150.000

Sewa hostel 2 malam di Phnom Pehn

100.000

Sewa hostel 1 malam di Siam Reap

50.000

Sewa hostel 2 malam di Bangkok

100.000

Sewa hostel 2 malam di Kuala Lumpur

120.000

Sewa hostel 2 malam di Singapura

180.000

Sub total

700.000

Konsumsi

Konsumsi selama 17 hari (17 x @ Rp.45.000)

765.000

Sub total

765.000

Grand Total

4.000.000

Untuk masalah budgeting ini kita harus disiplin pada diri sendiri. Jangan mengeluarkan uang di luar dan di atas budget yang telah ditetapkan. Apalagi kalau misalnya kita tidak memiliki kartu kredit dan uang yang kita bawa hanya sejumlah budget kita. So, jauh-jauh deh ya sama yang namanya belanja-belanji dan berusahalah untuk nggak β€œlaper mata”. Hehehe… πŸ˜›

Tips#12. Disiplinlah saat menggunakan uang saat traveling. Perhitungan dikit juga sah-sah aja kok. Asal jangan sampai kita kekurangan uang saat sedang di luar negeri.

Tips#13. Saat traveling, utamakan mengunakan uang hanya untuk kebutuhan pokok.

Klik disini untuk membaca bagian selanjutnya

Continue Reading

Cerita Traveling | Indonesia

AMED: Another Hidden Paradise in Bali

By on December 1, 2011
Laut di Amed

Amed, tidak banyak wisatawan domestik yang pernah ke tempat ini. Jangankan pergi ke Amed, mendengar ada tourist spot di Bali yang namanya Amed mungkin hanya segelintir orang saja yang tahu. Salah satu alasan kenapa turis domestik banyak yang nggak tahu Amed (mungkin) karena jarak tempuhnya yang lumayan jauh dari Denpasar atau Kuta. Selain itu, yang “tertanam” di dalam kepala turis lokal kalau ke Bali hanya Kuta/Sanur saja. Miris sekali saat saya menyadari hal ini, soalnya Amed jauh lebih dikenal oleh wisatawan asing ketimbang orang Indonesia sendiri.

Untuk traveler yang menyukai tempat tenang dan jauh dari keramaian sangat cocok jika ke Amed. Amed merupakan tourism spot yang cukup menyenangkan untuk melepaskan diri dari hiruk pikuk dan hingar bingar kota. Kenapa Amed masih tenang? karena belum ada nite club disana dan sebagian besar turis yang ke Amed adalah turis mancanegara. Yang pasti saya selalu merasa lebih tenang jika ke Amed.

Get In

Honestly, dari sekian banyak tempat wisata di Bali, Amed merupakan favorit suami saya. Saya dan suami beberapa kali ke Amed dan memang nggak ada kata bosan untuk tempat wisata satu ini. Memang, jarak tempuh yang dibutuhkan untuk menjangkau Amed dari Kuta/Denpasar sekitar 3 jam perjalanan dengan kendaraan bermotor plus medan yang harus dilalui juga lumayan “meliuk-liuk”. Tapi dijamin, setelah sampai di Amed, lamanya perjalanan itu akan terbayar dengan panorama alam yang disuguhkan oleh Amed.

Tidak ada angkutan umum ke Amed. Jadi kalau kita ingin menjangkau lokasi itu maka mau nggak mau pilihannya adalah sewa mobil/motor atau naik shuttle bus yang banyak bertebaran di sekitar Kuta, Legian dan Sanur. Tapi luayan mahal juga kalau naik shuttle bus, tarif per orangnya bisa sampai Rp.215.000. Dan shuttle bus itu juga hanya mau berangkat kalau minimal ada 2 orang yang akan menuju tempat itu. Kalau misalnya ramean (bareng sama beberapa teman) saya sarankan untuk sewa mobil saja, karena… ya apalagi kalau biar nggak berat di ongkos bo!

Sleep

Kalau sudah sampai di Amed, apa yang harus kita lakukan? Tentu saja cari tempat untuk menginap. Di Amed ada banyak penginapan, mulai dari yang kelas melati (budget hotel/hostel) sampai yang model villa. Kalau penginapan favorit saya dan suami yaitu Puri Wirata Resort. Biasanya kami menyewa kamar tipe ocean view villa yang ada di Puri Wirata. Dari tempat tidur yang ada di kamar kami, kami bisa memandang laut lepas. Hmm…sungguh pemandangan yang luar biasa. Ya iyalah, pemandangan yang kita dapatkan luar biasa, sesuailah dengan cost yang harus dikeluarkan untuk menyewa villa di Puri Wirata Resort.

Sunset in Amed from Puri Wirata Resort
Ocean View Villa at Puri Wirata Resort

Untuk para traveler dengan budget terbatas nggak usah khawatir karena di Amed juga banyak hostel dengan harga yang sangat terjangkau. Saya dan suami pernah menginap di salah satu guesthouse di Amed yang harga sewa kamar per malamnya hanya Rp.75.000 saja. Di depan Puri Wirata Resort juga ada guesthouse dengan view laut. Harga sewanya tidak terlalu mahal, hanya Rp.150.000-Rp.200.000/malam.

Guesthouse Rp.75.000-an di Amed

Eat & Drink

Amed itu letaknya agak di pedalaman. Nggak ada yang namanya minimarket apalagi supermarket. Jadi untuk hal yang berkaitan dengan cemal-cemil, minuman-minuman dan kawan-kawannya, sebaiknya traveler beli dulu di minimarket/supermarket sebelum Amed (di Karangasem).

Di Amed juga jarang ada warteg atau warung kaki lima. Tempat makan di sekitar Amed rata-rata didesign gaya resto karena menyesuaikan dengan pengunjung yang kebanyakan bule. Harganya juga harga bule, maksud saya agak terasa mahal untuk ukuran turis domestik. Untuk mengatasi hal ini biasanya saya dan suami bawa bekal (terutama air mineral dan camilan) secukupnya selama di Amed.

Do

Pantai Amed memang tidak terlalu bagus karena struktur pantainya hanya sedikit yang berupa pasir, sebagian besarnya berupa bebatuan. Makanya, berjemur bukan ide yang baik untuk dilakukan di Amed. Walaupun pantainya sangat tidak menarik (menurut saya), laut Amed sangat indah dan jernih. Gradasi warna biru toska menuju biru laut akan membuat siapapun yang memandangnya akan merasa damai. Inilah yang paling saya suka dari Amed.

Pantai di Amed
Keluarga kecil saya di Amed πŸ™‚

Amed yang tenang sangat cocok jika dijadikan tempat untuk beristirahat, terutama bagi pasangan yang lagi honeymoon. Benar saja, suasana Amed yang tenang ditambah dengan alunan debur ombak plus biru dan jernihnya laut di Amed merupakan perpaduan yang sempurna untuk memperoleh kesan romantis selama honeymoon. Beberapa pasangan newly wed kami (saya dan suami) sarankan untuk honeymoon di Amed dan semuanya selalu merasa puas telah menghabiskan liburan bulan madu mereka di Amed.

Pasangan honeymoon di Amed-Bali

Amed terkenal karena underwater world-nya yang cantik. Di Amed (kalau nggak salah) ada kapal Jepang yang karam. Hal inilah yang menjadikan biota bawah laut Amed sangat beragam. Buat traveler pecinta diving atau snorkeling, Amed merupakan salah satu spot yang harus dikunjungi. Ikan beraneka warna, bintang laut dan juga karang, semua itu akan memanjakan mata Anda yang sedang snorkeling atau diving.

So, tidak salah rasanya jika saya menyebut Amed is another hidden paradise in Bali… πŸ™‚

Pasangan honeymoon siap-siap mau snorkeling di Amed

Continue Reading