Ladies Traveler

Perempuan Juga Bisa Keliling Dunia
Cerita Traveling | Indonesia

“Lost” in Lombok (2)

March 30, 2011

Mahalnya Gili Trawangan

Selepas sholat isya’ cacing-cacing di perut saya sudah demonstrasi menuntut pengisian ulang bahan makanan. Mau nggak mau saya harus keluar membeli makanan untuk makan malam. Saya menyusuri jalan utama Gili Trawangan. Memang sih banyak sekali café atau restaurant yang menawarkan berbagai macam makanan, terutama seafood. Tapi yang bikin nyesek adalah harganya itu lho… nggak manusiawi! Begini nih susahnya jadi budget traveler, harus milih-milih makanan yang bergizi tapi murah.

Saya menyusuri jalan utama Gili Trawangan dari ujung ke ujung, sambil melihat-lihat dan membanding-bandingkan harga, harga makanan, harga camilan dan juga harga paket snorkeling trip. Saya menyesal sekali tidak belanja dulu stok camilan, air mineral dan pop mie di Lombok atau Bali. Why? Karena di Gili Trawangan mahal bangettttt… Bayangin aja, air mineral isi 1,5 liter harganya Rp.5000, segala macam camilan dipatok jadi satu harga yaitu Rp.10.000, nasi campur yang biasanya lima ribuan, di Gili Trawangan jadi Rp.10.000. Huaaaa… tahu harganya segitu mending saya bela-belain deh bawa berat-berat dari Bali atau Lombok. Kalau seperti ini kan mau nggak mau saya harus ngeluarin uang lebih untuk urusan perut. Huuuhhh… Mahalnyaaa, Gili Trawangan…

Saya belum pernah snorkeling sebelumnya, tapi sesampainya di Gili Trawangan, saya nggak mau rugi dong… Udah jauh-jauh kesini, tapi masa iya nggak snorkeling? Akhirnya saya hunting harga snorkeling trip ke tiga pulau Gili ke beberapa tourist information yang ada disana. Semuanya member harga yang sama, Rp.75.000 untuk snorkeling ke tiga pulau itu termasuk snorkel mask, tapi saya nggak langsung booking, saya masih kekeuh mencari harga yang termurah. Kali aja ada tourist information di ujung sana yang bisa kasih harga Rp.60.000 kan lumayan. Hehehe… teteup ya…pengiritan…

Anyway, di jalan utama Gili Trawangan saya ketemu lagi sama bapak-bapak guide yang sebelumnya saya temui di boat menuju Gili Trawangan. Saya menyapa bapak itu dan ngobrol sebentar. Lalu saya tanya-tanya ke dia tentang snorkeling trip, dan of course berapa harga snorkeling trip ke 3 pulau Gili (Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air). You know, berapa harga yang saya dapat dari bapak-bapak itu? Rp.70.000 saja! Padahal di semua tourist information yang saya datangi harganya Rp.75.000. Hehehe… lumayan lah lima ribu bisa di saving untuk beli air mineral! 🙂

Saya diantar bapak-bapak itu pergi ke salah satu touris information kenalannya. Lalu saya langsung membooking satu paket snorkeling trip untuk besoknya. Saat si petugas menuliskan harga Rp.75.000 di kwitansi, saya langsung protes. Saya bilang begini “lho, kata si bapak cuma Rp.70.000, tapi itu kok Rp.75.000”. setelah itu si petugas langsung mengganti angka yang tertera di kwitansi menjadi Rp.70.000. Yeey, bisa hemat lima ribu… 🙂

Si petugas tourism information lantas memberi tahu saya jam berapa besok saya sudah harus stand by untuk snorkeling trip. Okay, I’m ready for tomorrow.

Enjoy My Day at Gili Trawangan

Keesokan harinya saya sudah siap sejak jam 8 pagi untuk snorkeling trip. Tapi sebelum berangkat saya sempatkan diri dulu untuk sarapan. Tapi sarapannya, sarapan biscuit saja, biar irit… Hahaha… teteup, irit is number one! 🙂

Saat kemarin saya sampai di Gili Trawangan sudah terlalu sore dan cuaca sedang hujan. Jadi keindahan pantai pulau ini tidak terlihat. Saya sangat surprise saat menyusuri pantai Gili Trawangan siang itu. Gili Trawangan is the best beach I’ve ever seen. Wow, Subhanallah… hanya itu yang ada dalam benak saya saat saya menyusuri Gili Trawangan. White sands, turquoise sea, soft wave, sunny day, make my day soooo perfect. Heeemmmm, saya jadi ngebathin, kapan ya saya bisa menikmati pulau ini dan suasana seperti ini dengan pasangan hidup saya? Weits, kok jadi mikir kesana… maklum lah, sindrom twenty sumthin’ nih… Apalagi kalau ditambah dengan pemandangan bule-bule yang pada asik bercumbu di pinggir pantai… Huuuu, bikin iri saja! Ah, sudah-sudah, balik lagi aja ke cerita saya menikmati pulau ini dan pengalaman snorkeling pertama saya.

Gili Trawangan
pantai Gili Trawangan

Pukul 9.30 WITA saya sudah stand by menunggu boat yang akan membawa saya dan turis lainnya snorkeling trip. Agak meleset dari waktu yang dijanjikan, sekitar pukul 10.15 kami “digiring” menuju boat untuk memulai perjalanan snorkeling trip. Saat itu saya memang bukan satu-satunya turis local yang ikut snorkeling trip, ada dua orang lokal lainnya, tapi tetap saja hal ini membuat saya merasa menjadi orang asing di negeri sendiri. Makanya dong, jangan ragu untuk jadi traveler juga.

Snorkeling dimulai dari snorkeling spot yang ada di sekitar Gili Meno. Saya yang sebelumnya belum pernah snorkeling sama sekali agak keder juga waktu guide menjelaskan beberapa hal lalu membagikan snorkeling mask pada semua peserta snorkeling trip. Bule-bule peserta snorkeling trip langsung menceburkan dirinya di laut setelah menggunakan snorkeling mask-nya. Sedangkan saya dan dua orang local lainnya yang ikut snorkeling trip itu hanya hanya bisa diam sejenak, lalu saya menggunakan snorkeling mas dan akhirnya saya memberanikan diri mencemplungkan diri ke laut. Snorkeling master bertanya pada saya apakah ini pengalaman pertama saya snorkeling? Tentu saja saya jawab ya. Setelah itu dia memperingatkan saya untuk jangan takut dan rileks saja. Saya mencoba mempraktikkan apa yang ia katakan dan ternyata hasilnya benar. Saya bisa lebih tenang dan bisa lebih menikmati keindahan alam bawah laut setelah saya relaks.

One day snorkeling trip yang saya ikuti ini harus di-stop sebentar untuk istirahat makan siang di pulau Gili Air. Kami diarahkan ke salah satu café yang ada disana. Makanan di café itu lumayan mahal untuk ukuran backpacker kere seperti saya. Setelah membolak-balik menu makanan, akhirnya pilihan saya jatuh pada… nasi goreng!! Hahaha… tahu alasannya kenapa saya memilih nasi goreng untuk santap siang saat itu? Selain saya memang penyuka nasi goreng, tentu saja karena nasi goreng yang paling murah dibandingkan makanan lainnya. Saya harus merogoh kocek Rp.25.000 untuk satu porsi nasi goreng. Minumnya? Karena saya membawa sebotol kecil air mineral, jadi saya nggak usah beli minum. Lumayan lah untuk pengiritan! Hehehe…

Setelah selesai menghabiskan semua yang ada di piring saya berinisiatif untuk menyapa dan ngobrol dengan pasangan lokal yang juga ikut dalam snorkeling trip saat itu. Ternyata mereka berdua adalah pasangan suami istri dari Bali. Mereka tidak hanya berdua, tapi ada satu orang bule Jerman yang turut bersama mereka, namanya Peter. Nah, mereka ini menemani Peter selama ia traveling di Bali dan Lombok. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, si Peter ngajakin saya untuk makan malam bersama. Dan saya pun langsung mengiyakan tawaran tersebut.

Snorkeling trip dilanjutkan setelah semua peserta menyelesaikan makan siang mereka. Di snorkeling spot yang terakhir ini snorkeling master mengajak kami untuk snorkeling ke area yang agak jauh dari tempat kapal berhenti karena terumbu karang yang dapat kami lihat disana jauh lebih indah. Peserta snorkeling yang lainnya (bule-bule itu) dengan sigap mengikuti si snorkeling master. Tapi tidak dengan saya dan orang lokal yang juga ikut snorkeling trip. Kami tidak berani jauh-jauh dari tempat berhentinya kapal, apalagi saya. Maklum, saya kan baru kali itu snorkeling, jadi kadangkala bayangan tenggelam selalu menghantui. Tapi sejujurnya dari lubuk hati saya yang paling dalam (halah), saya sangat malu sama bule-bule itu. Sebagian dari mereka (mungkin) tinggal di negara yang tidak memiliki laut. Tapi mereka sangat enjoy dan berani melakukan hal yang tidak biasa mereka lakukan. Sedangkan kita? Negara kita negara maritim yang pastinya memiliki banyak laut. Tapi mengapa kita malah takut untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan kita???

Anyway, setelah snorkeling trip selesai saya diajak peter untuk ke penginapan yang disewanya bersama couple dari Indonesia. Ternyata penginapan itu kemarin juga ditawarkan pada saya. Saat menawarkan pada saya, si pemilik hotel bilang harga sewa kamarnya Rp.150.000/malam. Sedangkan Peter menyewa hotel itu seharga Rp.400.000/malam. Hahaha… Jauh banget ya harga untuk turis lokal dengan harga untuk foreigner. Senangnya jadi orang lokal… 🙂

Matahari masih bersinar cerah walaupun sudah sore. Jadi saya memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai setelah mampir ke penginapan Peter. Saya menyusuri pantai Gili Trawangan, menikmati hembusan angin pantai, pasir yang berwarna putih dengan ombak yang sangat smooth… Hmmm… sangat menyenangkan. Melihat beberapa bule menggelar kain pantai dan tidur-tiduran di atasnya, saya jadi ingin melakukan hal yang sama. Saya pun menggelar kain pantai saya dan tidur-tiduran di pantai yang sangat sepi dan tenang. Berasa seperti pantai pribadi deh! Traveler’s jangan sampai lupa untuk melakukan hal seperti ini ya kalau misalnya sedang jalan-jalan ke Gili Trawangan.

indahnya Gili Trawangan
White sands, turquoise sea, soft wave, sunny day, make my day soooo perfect 🙂

Malamnya, sekitar jam tujuh saya ke penginapan Peter dan couple dari Indonesia itu. Kami berempat makan malam bersama di salah satu restaurant seafood yang ada di Gili Trawangan. Saya sudah dag-dig-dug duer saja saat melihat berapa harga makanan disana. Akhirnya saya memesan satu ikan kakap merah bakar dan lemon tea. Harga satu ekor ikan kakap merah bakar plus nasi plus salad Rp.40.000, sedangkan ice lemon tea Rp.8000. saya sudah lemas saja membayangkan harus mengeluarkan satu lembar uang rupiah berwarna biru dari dompet saya. Tapi ya gimana lagi, sekali-kali backpacker kere merasakan makanan enak dan mahal kan nggak papa juga… :D. Daannnn…ternyata eh ternyata, saat waitress mengantar bill makanan kami, Peter yang membayar semua tagihannya! Yey, Alhamdulillah! Udah dapat makan enak, bergizi, gratis pula! 😀

“Kok Nggak Sama Suaminya Mbak?”

Keesokan harinya, sebelum check out dari guesthouse saya menyempatkan diri untuk sekali lagi jalan-jalan ke pantai. Tapi sebelum itu saya sarapan dulu di “Warung Indonesia”. Saya makan nasi campur dan segelas es the manis. Untuk ukuran tempat makan yang cukup nyaman dan bersih, harga satu porsi nasi campur di Warung Indonesia lumayan murah, Rp.10.000/porsi. Lumayan mengenyangkan, bergizi dan sesuai dengan kantong backpacker!

Anyway, setelah sarapan saya tidak melewatkan saat-saat terakhir (halah) di Gili Trawangan. Saya berjalan menuju pantai Gili Trawangan. Untuk dapat sampai ke pantai saya harus menyusuri jalan utama Gili Trawangan. Di jalan itu ada beberapa waitress restaurant yang sengaja menggoda saya karena saya orang lokal, memakai kerudung, jalan sendirian lagi. Mau tahu gimana mereka menggoda saya? As always “sendirian aja mbak? kok nggak sama suaminya atau pacarnya sih? Mampir dong mbak…” saya hanya tersenyum mendengar mereka berseloroh seperti itu, lalu saya bilang saja “Iya, nanti saya mampir, mau jalan-jalan dulu ya…”.

jalan utama di Gili Trawangan
jalan di tepi pantai Gili Trawangan
Another side of Gili Trawangan

Beruntungnya jadi Perempuan

Lanjutan dari cerita di sub judul sebelumnya, setelah puas menikmati keindahan pantai Gili Trawangan, saya memutuskan untuk kembali ke guesthouse saya dan berkemas untuk menuju Senggigi. Tapi karena sebelumnya saya sudah janji pada beberapa waitress yang “menggoda” saya untuk mampir, akhirnya saya mampir juga di restaurant itu. Tanpa melihat daftar harga yang ada di menu saya langsung memesan ice lemmon tea karena saya piker ice lemon tea disini tidak terlalu mahal. Just for your information, malam sebelumnya, saat makan malam bersama Peter, saya memesan lemon tea seharga Rp.8000 saja, jadi saya pikir di restaurant ini harga ice lemon tea tidak jauh berbeda atau sama dengan harga di restaurant yang semalam. But, tahukah kamu berapa uang yang harus saya keluarkan untuk segelas lemon tea siang ini??? Rp.21.000!! Dahsyat nggak sih untuk ukuran backpacker kere seperti saya??? Ya jelas sangat dahsyat!! Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi… salah saya yang tidak melihat daftar menu dan langsung main pesan saja.

Anyway, di restaurant itu saya tidak hanya duduk sendiri sambil menikmati keindahan Gili Trawangan dan (of course) ice lemon tea yang bikin nyesek itu, tapi saya juga ngobrol dengan beberapa waitress yang menggoda saya tadi. Saya ngobrol ngalor-ngidul dengan mereka. Saya juga bertanya kenapa mereka menggoda saya. Jawaban mereka, karena jarang sekali ada turis domestik yang jalan-jalan di Gili Trawangan, mana perempuan, sendirian pula! Jadilah saya santapan utama untuk mereka goda. Sebenarnya itu hanya keisengan mereka saja. Karena setelah ngobrol panjang lebar dengan para waitress restaurant itu ternyata mereka baik-baik semua. Oh iya, saya nggak hanya ngobrol sama waitress saja, tapi juga sama kasir, manajer bahkan koki di dapur. Hehehe… dasar bawel… 😀

foto bersama bartender dan waitress di Gili Trawangan
foto bersama waitress, kasir dan koki di Gili Trawangan

Nggak ada ruginya ngobrol dan memulai pertemanan dengan siapapun. Walaupun awalnya mereka menggoda saya dan sangat annoying, tapi pasti ada manfaat yang bisa diambil. Seperti yang terjadi pada saya saat itu. Saat ngobrol dengan para waitress saya ditanya mau naik apa ke Senggigi nanti? Ya saya jawab saja, saya akan naik public boat dilanjutkan dengan angkutan umum ke Senggigi. Tak disangka, tak diduga, saya malah diajak bareng naik private boat milik pihak hotel dan restaurant tempat mereka bekerja. Jadi, setiap harinya ada beberapa private boat milik beberapa hotel dan restaurant yang ada di Gili Trawangan yang bertugas mondar-mandir ke Bangsal untuk mengambil air tawar sekaligus fasilitas untuk para karyawan hotel. Dan tentu saja private boat itu gratis! Hehehe… jadi saya nggak perlu mengeluarkan uang untuk boat dari Gili Trawangan ke Bangsal. Alhamdulillah… 🙂

Sesampainya di Bangsal, saya sebenarnya ingin langsung naik angkutan umum ke Senggigi. Tapi, salah satu waitress restaurant, namanya Frans, menawari saya untuk bareng naik motor sama dia (kebetulan rumah dia searah dengan Senggigi). Hmm, saya pikir apa salahnya bareng sama dia ke Senggigi. Toh, Frans juga terlihat baik dan tidak akan macam-macam sama saya. Jadi saya mnegiyakan tawarannya. Saya tidak hanya diantar sampai ke Senggigi oleh Frans, tapi Frans juga mencarikan penginapan murah untuk saya di daerah Senggigi. Beruntungnyaaa jadi perempuan! Hehehe… 😀

Senggigi? Not Recommended!!

Saat sampai di Senggigi hari sudah menjelang malam dan karena hujan, maka saya memutuskan untuk mengurung diri di kamar penginapan. Malam harinya saya baru keluar untuk mencari makan malam dan hunting souvenir, oleh-oleh buat teman-teman terdekat saya di Bogor. Di depan penginapan saya ada sebuah took souvenir yang lumayan besar. Saya pikir harga souvenir disana akan sangat mahal. Tapi setelah saya lihat bandrol harga tiap-tiap barang, harga souvenir di toko itu sangat terjangkau kantong backpacker seperti saya ini. Jadilah saya membeli beberapa souvenir khas Lombok disana karena esok harinya saya pasti tidak akan memiliki waktu untuk “blusukan” di pasar pusat oleh-oleh yang ada di Lombok.

Keesokan harinya saya sengaja bangun pagi-pagi. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan saya untuk melihat dan menikmati pantai Senggigi yang sangat tersohor itu. Yang ada di pikiran saya saat itu, pantai Senggigi pasti cantik dan tak kalah dengan Gili Trawangan. Tapi betapa kagetnya saya saat mendapati pantai Senggigi dengan keadaan yang cukup menyedihkan! Pantainya jauh dari kata bersih, begitupun juga dengan air lautnya. Jauh banget deh kalau dibandingkan dengan Gili Trawangan. Benar-benar, saya tidak merekomendasikan Senggigi sebagai tujuan utama bagi traveler’s yang ingin melancong ke Lombok.

Senggigi di pagi hari
Senggigi
pantai Senggigi

How Beautiful this Island…

Anyway, walaupun saya sangat kecewa dengan Senggigi. Tapi saya tak bisa memungkiri betapa cantiknya pulau ini (Lombok). Saat perjalanan dari pelabuhan Bangsal ke Senggigi, saya melewati daerah pegunungan Lombok. Daerah itu namanya Nipah. Nah, di Nipah ini kita bisa menikmati keindahan garis pantai beserta lautannya dari ketinggian. Cantik banget deh pokoknya!

Nipah-Lombok
Garis pantai pulau Lombok dari dilihat Nipah
Cantiknya Lombok...

Selain itu, sebelum ke bandara Selaparang, saya diajak Frans ke daerah villa yang ada di Lombok. Dari situ kita juga bisa melihat pantai dan laut dari atas. Bagus banget deh pokoknya… Uhhh, how beautiful this island… 🙂

how beautiful this island (Lombok)
view dari villa di Lombok

Pastinya, Lombok dan Gili Trawangan recommended banget untuk dikunjungi. So, tunggu apa lagi traveler’s? Ayo, ambil ranselmu dan pergilah ke tempat yang kamu inginkan. Yakin deh, pengalaman yang akan kita dapat jauh lebih berharga daripada biaya yang kita keluarkan… 🙂

The End

  1. wih salut mbak .
    btw,boleh nanya gak mbak waktu itu nginepnya di hotel mana pas di lombok ?
    trus pas di gili nginep di hotel mana juga ?
    dari lombok ke gili naik apa ?dan budget stay di lombok-gili berapa per harinya mbak ?
    lagi ngumpulin info buat backpackker nih mbak 🙂
    makasih sebelumnya .

  2. mba, boleh nanya ngak, sama sih pertanyaan nya sama di atas, hotel d lombok nya, dan gili nya apa & harga nya berapa, dari lombok k gili naik apa? dan budget nya berapa, ada emali (YM) dan no telp ngak, biar saya bisa lansung tanya,.. makasih,…

  3. keren banget cerita perjalannya…. itulah nikmatnya jd backpacker…krn bisa lgsg bersentuhan sm penduduk lokal, dna pastinya gak akan ditemukan di tempat yang lainnya lagi…. mmgkn disitu kenangan terbaik dari sebuah tempat yg kita kunjungi 🙂
    minggu ini mau kesana,,,,doain ya semoga seru juga ….. aminnn

  4. Mbak mau tanya donk… Bsk senin saya mau kesana, itu nama hotelnya apa yaa?? Trus itu paket snorkling nya udah termasuk sewa boat utk keliling gili?? Ada no telp hotel n paket snorklingnya gak? Boleh minta?? Thanks before 🙂

  5. mbak saya ke lombok naek motor loh dari jakarta, trus ke semarang trus ke solo trus mampir ponorogo, lalu surabay and the last trip bali, lanjut deh lombok……mau share gimana ya……

  6. jadi inget masa2 dulu jadi dokter PTT sering maen ke Lombok, pantai Sekotong tuh penuh kenangan krn pas taun 2007 masi natural bgt. Blum banyak turis ky 🙂
    nice story to share ^^

  7. Gili Trawangan memang betul betul Mantap dan berkesan. Memang berpetualang ala backpacker akan menjadikan makin berkesan. Tapi kadang kenyamanan perlu juga dipertimbangkan. Kalo saya sendiri, kebetulan saya berlokasi di Bali lebih memilih naik Fast Boat ke Gili. Disampng sekarang fast boat bisa didapat dengan harga murah, juga kita tidak perlu pusing lagi. Tinggal duduk manis akan dijemput di hotel atau di rumah trus diatar langsung ke pelabuhan padang bai dan akan langsung meluncur ke Gili dengan 1 – 1,5 jam perjalanan di laut. Saya sempat ke Gili Naik Fast Boat dapat 500.000. Dapetnya di http://bluebeachexpress.com Tawar aja biar dapat harga special. Menurut saya dengan fast boat perjalanan jauh lebih nyaman dan tentunya cepat sampai di Gili. jadi yang waktunya singkat, naik fast boatadalah solusi terbaik

  8. Mak saya selalu pesan… kena selalu ucap terima kasih kepada org yg berbudi pada
    kita .. soo .. saya nak ucap terima kasih kat awak atas maklumat yg
    bermanafaat nie.. terima kasih awak… ;
    )

Leave a Reply to Asti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *