Asia | Cerita Traveling | Indonesia

Traveling with Baby? Why Not? :)

By on January 27, 2012

The Begin

Tanggal 6-9 Januari 2012 yang lalu saya, suami dan bayi kami, Marvina Annora Sitorus (Avi), mendadak harus ke Lombok untuk urusan pekerjaan dan of course menyelipkan satu sesi liburan awal tahun! Ya, liburan kali ini sangat dadakan karena kami baru dikontak oleh orang yang ingin bekerjasama dengan kami dua hari sebelum keberangkatan dan tiketpun baru dibeli sehari sebelum berangkat.

Awalnya hanya suami saya yang akan berangkat ke Lombok, tapi mungkin dia kasihan lihat saya yang mupeng pengen traveling setelah sekian lama “off” karena harus mengurus si kecil, akhirnya dia juga membelikan tiket pesawat untuk saya dan bayi kami. Suami saya sengaja tidak memberi tahu saya kalau saya dan si kecil juga diajak ke Lombok. Untuk memberi kami surprise katanya. Alhasil, malam sebelum berangkat saya kelabakan menyiapkan ini-itu perlengkapan kami (terutama untuk si kecil) selama liburan di Lombok.

Perlengkapan Bayi selama Liburan

Sebelumnya saya memang sudah pernah bepergian jauh sama bayi saya. Yang pertama waktu mudik Lebaran ke Jember dan yang kedua liburan (dadakan juga) ke Amed. Tapi saat itu bayi saya belum makan MPASI (makanan pendamping ASI), jadi bawaannya nggak begitu bikin rempong. Nah, sekarang dia udah jadi pemakan segala, maka mau nggak mau saya juga harus mempersiapkan kebutuhannya untuk makan dan cemal-cemil selama di Lombok nanti.

Oke, ini dia list bawaan bayi saya selama berlibur 4 hari 3 malam di Lombok:

  1. baju untuk pergi-pergi (baju bagus maksudnya) 5 stel
  2. baju tidur 5 stel
  3. baju rumahan (saat dia nggak pake diapers, kasiihan soalnya kalau dipakein diapers terus): 3 baju dan 6 celana pendek
  4. diapers
  5. kaos kaki
  6. jaket
  7. mainan
  8. botol susu 4 + susu 1 kaleng + termos
  9. mangkuk + gelas makan
  10. bubur yang berbentuk biskuit (biar bisa sekalian untuk cemilan) 1 kotak isi 12 biji
  11. kasur + selimut bayi + bantal bayi
  12. selendang
  13. penutup telinga
  14. kapas untuk penutup telinga kalau Avi menolak pake point 13
  15. minyak telon, bedak, tissue basah, cotton bud, sisir
  16. sabun botol, sabun mandi, shampoo

Semua perlengkapan Avi itu jadi 1 tas sendiri.

D-Day: Avi’s First Flight

Hari-H tanggal 6 Januari 2012, agak deg-degan juga saya, soalnya ini adalah penerbangan pertama saya dengan Avi. Ngeri dia nggak betah atau ngerasa nggak nyaman selama penerbangan nanti. Tapi ternyata ketakutan saya nggak terjadi.

Sebelum berangkat Avi sempat tidur sebentar di ruang tunggu Bandara Internasional Ngurah Rai-Bali. Pas ada panggilan pesawat akan berangkat, Avi langsung kebangun (kerasa kali dia ya kalau mau naik pesawat pertama kali, makanya langsung bangun 😀 ). Di dalam pesawat saya langsung pasang kapas di telinga Avi. Tapi karena Avi anaknya sudah banyak gerak jadinya kapas penutup telinga berkali-kali jatuh dan berkali-kali pula saya pasang ulang. Saat pesawat take off, saya dan suami saya sengaja ngajak Avi ngobrol & becanda supaya dia nggak ngerasain sakit di telinga karena tekanan udara yang tiba-tiba berubah. Dan benar saja, sepanjang perjalanan dari Bali-Lombok Avi nggak rewel sedikitpun.

Avi tertidur di ruang tunggu Bandara Internasional Ngurah Rai-Bali
Avi di dalam pesawat Merpati Airlines tujuan Bali-Lombok

Kami sampai di Bandara Internasional Lombok. Saya baru sadar kalau ternyata Bandara Lombok sudah tidak di Selaparang lagi, tapi di Lombok Praya. Lokasi bandara yang baru ini jauh dari Mataram. Dari Bandara Internasional Lombok Praya kita harus menempuh perjalanan menggunakan kendaraan bermotor sekitar 1 jam menuju Mataram dan 1 jam 30 menit menuju Senggigi. Untungnya di Bandara Internasional Lombok Praya ada sarana transportasi umum berupa bus Damri yang mengangkut penumpang ke Mataram sampai Senggigi. Tarif bus Damri dari Bandara Internasional Lombok-Senggigi sebesar Rp.25.000/orang. Selama perjalanan dari Bandara Internasional Lombok ke Senggigi, Avi nggak rewel sedikitpun. Nggak lain dan nggak bukan karena dia tidur! Hehehe… 😀

Baru mendarat di Bandara Internasional Lombok

Sampai di Senggigi, kami langsung ke Holiday Resort Lombok. Sebelumnya kami sudah memesan kamar di hotel ini melalui online booking di hargahotel.com. Avi sepertinya merasa cukup merasa nyaman di Holiday Resort Lombok. Hal ini bisa dibuktikan dengan tidurnya yang nyenyak dan tentu saja, no rewel!

Avi merasa cukup nyaman di Holiday Resort-Lombok

Lombok-Gili Trawangan

Keesokan harinya, 7 Januari 2012 kami merencanakan ke Gili Trawangan. Dari Lombok ke Gili Trawangan harus ditempuh melalui jalur laut menggunakan perahu motor selama kurang lebih 20 menit. Saya awalnya sudah ketar-ketir Avi bakalan mabok laut atau nangis-nangis karena “goyangan” ombak. Tapi ternyata Avi tenang-tenang aja tuh di atas perahu. Avi seperti sangat menikmati semilir angin laut dan sesekali cipratan air laut. Selama perjalanan laut dari Lombok menuju Gili Trawangan Avi dipeluk sama bapaknya. Mungkin hal inilah yang membuat Avi merasa nyaman dan tidak takut. Jadinya nggak rewel sedikitpun.

Avi nggak rewel sedikitpun naik perahu motor ke Gili Trawangan

Gili Trawangan

Sampai di Gili Trawangan kami langsung check in di Hotel Vila Ombak. Kabarnya sih hotel ini hotel bagus pertama yang ada di Gili Trawangan. Saya sih nggak terlalu musingin soal hal ini. Yang terpenting bagi saya saat itu adalah dapat penginapan yang dilengkapi dengan fasilitas fresh water di kamar mandi dan ada hot & cold waternya.

Tapi saya agak kecewa dengan hotel (yang katanya) bagus ini. Kekecewaan saya yang pertama adalah, shower di kamar mandi tetap air asin. Fresh water hanya disediakan di kran yang dibawahnya ditampung dengan gentong. It means, fresh water nggak bisa jadi air hangat. It means lagi, Avi harus mandi pakai air dingin! Huaaa, bete banget saya. Niat awal milih hotel paling bagus di Gili Trawangan ini kan supaya dapat fasilitas fresh hot-cold water! Kekecewaan saya yang kedua, sore hari saat mau memandikan Avi, fresh water dari kran nggak nyala! Hmmm, ngapain bayar hotel mahal-mahal kalau fasilitasnya sama aja seperti penginapan 100 ribuan yang banyak bertebaran di luar sana? Ya sudah lah ya, lain kali saya nggak bakalan nginep di tempat ini lagi!

Avi di kamar Hotel Vila Ombak-Gili Trawangan

Anyway, karena nggak ingin menyia-nyiakan waktu, setelah check in dan leyeh-leyeh sebentar, kami langsung mengelilingi Gili Trawangan menggunakan cidomo. Tarif cidomo 1 kali keliling Gili Trawangan Rp.125.000, dengan jumlah penumpang nggak boleh lebih dari 3 orang. Mahal juga ya…

Selama naik cidomo Avi agak rewel. Rewelnya Avi karena sebenarnya dia udah kecapekan dan ingin tiduran di kasur. Tapi gimana lagi, kami sudah terlanjur naik cidomo, jadi ya lanjut aja acara keliling pulau Gili Trawangannya.

Avi manyun waktu naik cidomo karena ngantuk

Pas udah selesai keliling Gili Trawangan dan sampai lagi di depan hotel, kantuk Avi sepertinya sudah hilang. Jadinya kami memutuskan untuk main-main dulu di pantai. Avi diajak bapaknya nyemplung ke laut. Tapi karena air laut saat itu sudah dingin, Avi nangis waktu dicemplungin ke laut. Jadinya Avi cuma leyeh-leyeh di pinggir pantai aja sampai matahari hampir terbenam.

Keesokan harinya kami kurang bisa menikmati Gili Trawangan karena cuaca yang kurang mendukung. Jadinya hari itu kami hanya sarapan di restoran hotel dan langsung kembali ke kamar lalu siap-siap balik ke Lombok untuk melanjutkan perjalanan ke Kuta-Lombok.

Ibu dan Avi menikmati sore di Gili Trawangan

Gili Trawangan-Kuta, Lombok

Cuaca saat itu sangat tidak mendukung, langit kelabu dan diikuti dengan gerimis. Angin laut pun bertiup cukup kencang. Tak ayal, ombak di laut bergulung-gulung dengan cukup hebohnya. *Aduh bahasa gw kok jadi kek gini sih???

Okay, yang pasti saat itu kami harus kembali ke Lombok naik perahu motor, namun cuaca sangat tidak mendukung. Ombak di laut cukup membuat saya (yang nggak mabokan naik kendaraan jenis apapun) berasa mual dan makanan yang sudah tertelan waktu sarapan tadi berlomba-lomba untuk keluar dari mulut saya. Untung saja saya masih bisa menahannya agar tidak berhamburan dari mulut. Karena saya selalu mensugesti diri sendiri kalau yang namanya muntah itu teramat sangat tidak enak, tenggorokan seperti tercekik, perut terkuras habis dan mulut akan terasa pahit setelahnya.

Bagaimana dengan Avi? Dia mah tertidur dengan cantiknya mulai perahu meninggalkan Gili Trawangan. Jadinya Avi nggak merasakan gimana nggak enaknya perut kena “goyangan” perahu. Avi baru tersadar saat kami dalam perjalanan menuju pantai Kuta-Lombok. Avi terlihat sangat segar dan ceria karena tidurnya cukup lama dan nyenyak. So, no rewel again! 😀

Mendung di Gili Trawangan saat akan kembali ke Lombok

Kuta, Lombok

Sesampainya di Kuta-Lombok kami disambut oleh hujan. Oleh sebab itu kami memutuskan untuk langsung ke hotel saja. Di Kuta-Lombok kami menginap di Novotel Kuta-Lombok. Yup, hotel bintang 5 ini yang paling nyaman selama kami berlibur ke Lombok. Walaupun kami menyewa kamar yang paling murah,tapi fasilitas yang kami dapatkan sangat memuaskan. So, hari itu kami hanya menghabiskan waktu di kamar saja karena hujan yang tak kunjung reda. Kami berharap keesokan harinya, cuaca akan membaik agar kami dapat menikmati indahnya pantai Kuta-Lombok.

Avi di kamar Hotel Novotel Kuta-Lombok

9 Januari 2012, hari terakhir kami di Lombok. Saat itu posisi kami di Kuta-Lombok. Pagi-pagi saya bangun, niatnya ingin menikmati pantai Kuta-Lombok, namun apa mau dikata hujan tak kunjung reda sampai check out time tiba. Jadinya kami benar-benar hanya di kamar hotel saja, bercanda dengan Avi.

Oh iya, just FYI, menurut sopir yang mengantar kami kemarin, di pantai Kuta-Lombok ini banyak sekali anak-anak yang akan menawarkan barang dagangannya dengan cara yang agak memaksa. Kalau kita emang nggak mau beli, langsung tolak saja. Kalau misalnya kita ngasih harapan ke mereka, mereka akan mengikuti kita terus. Kalau misalnya kita beli 1 barang mereka karena kasihan, maka nggak lama setelah kita beli barang mereka, teman-teman mereka akan datang secara bergiliran untuk menawarkan barang yang lain. Risih kan? Makanya menurut driver itu, mending langsung tolak aja kalau ada yang nawati ini-itu.

Pantai Kuta-Lombok (lagi mendung)

It’s Time to Go… HOME

Liburan di Lombok usai, kami harus kembali ke Bali lagi menggunakan maskapai yang sama, Merpati Airlines. Sebelum berangkat, Avi melek terus dan nggak mau diam. Saya juga sengaja mencegahnya tidur supaya di dalam pesawat nanti Avi bisa tidur nyenyak. Dugaan saya benar, baru saja naik ke atas pesawat Avi sudah ngerengek minta minum susu. Langsung saja saya kasih Avi susu yang sudah saya siapkan di botol dotnya. Sambil minum susu Avi tertidur pulas. Saat Avi tertidur pulas, saya memasang kapas di telinganya dan juga penutup telinga supaya Avi nggak keberisikan suara pesawat. Avi baru bangun waktu sudah sampai di Bali. Jadinya Avi nggak ngerasain goncangan pesawat yang terbang di cuaca buruk saat itu. And absolutely, no rewel again! 🙂

Avi tertidur nyenyak di dalam pesawat Merpati Airlines Lombok-Bali

Tips Traveling sama Bayi:

  1. Kalau sudah sampai di tempat tujuan, lumuri badan bayi (terutama bagian perut) dengan minyak telon supaya badannya tetap hangat sekaligus mencegah masuk angin.
  2. Kalau yang masih pakai ASI, usahakan untuk pompa ASI secukupnya untuk persediaan bila bayi kelaparan selama di perjalanan. Karena kalau saya sih risih harus menyusui bayi di tempat umum.
  3. Usahakan untuk membuat bayi merasa nyaman dengan berbagai perjalanan yang akan dilalui. Misalnya: saat di pesawat ajak ngobrol dan becanda terus untuk mengusir sakit di telinga karena tekanan udara yang berubah secara mendadak, peluk bayi selama di perahu agar dia tidak merasakan perahu yang bergoyang karena ombak.
  4. Utamakan kenyamanan anak. Rogoh kocek sedikit lebih banyak nggak papa asal anak, terutama yang masih bayi memperoleh penginapan yang nyaman.

Continue Reading

Cerita Traveling | Indonesia

“Lost” in Lombok (2)

By on March 30, 2011

Mahalnya Gili Trawangan

Selepas sholat isya’ cacing-cacing di perut saya sudah demonstrasi menuntut pengisian ulang bahan makanan. Mau nggak mau saya harus keluar membeli makanan untuk makan malam. Saya menyusuri jalan utama Gili Trawangan. Memang sih banyak sekali café atau restaurant yang menawarkan berbagai macam makanan, terutama seafood. Tapi yang bikin nyesek adalah harganya itu lho… nggak manusiawi! Begini nih susahnya jadi budget traveler, harus milih-milih makanan yang bergizi tapi murah.

Saya menyusuri jalan utama Gili Trawangan dari ujung ke ujung, sambil melihat-lihat dan membanding-bandingkan harga, harga makanan, harga camilan dan juga harga paket snorkeling trip. Saya menyesal sekali tidak belanja dulu stok camilan, air mineral dan pop mie di Lombok atau Bali. Why? Karena di Gili Trawangan mahal bangettttt… Bayangin aja, air mineral isi 1,5 liter harganya Rp.5000, segala macam camilan dipatok jadi satu harga yaitu Rp.10.000, nasi campur yang biasanya lima ribuan, di Gili Trawangan jadi Rp.10.000. Huaaaa… tahu harganya segitu mending saya bela-belain deh bawa berat-berat dari Bali atau Lombok. Kalau seperti ini kan mau nggak mau saya harus ngeluarin uang lebih untuk urusan perut. Huuuhhh… Mahalnyaaa, Gili Trawangan…

Saya belum pernah snorkeling sebelumnya, tapi sesampainya di Gili Trawangan, saya nggak mau rugi dong… Udah jauh-jauh kesini, tapi masa iya nggak snorkeling? Akhirnya saya hunting harga snorkeling trip ke tiga pulau Gili ke beberapa tourist information yang ada disana. Semuanya member harga yang sama, Rp.75.000 untuk snorkeling ke tiga pulau itu termasuk snorkel mask, tapi saya nggak langsung booking, saya masih kekeuh mencari harga yang termurah. Kali aja ada tourist information di ujung sana yang bisa kasih harga Rp.60.000 kan lumayan. Hehehe… teteup ya…pengiritan…

Anyway, di jalan utama Gili Trawangan saya ketemu lagi sama bapak-bapak guide yang sebelumnya saya temui di boat menuju Gili Trawangan. Saya menyapa bapak itu dan ngobrol sebentar. Lalu saya tanya-tanya ke dia tentang snorkeling trip, dan of course berapa harga snorkeling trip ke 3 pulau Gili (Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air). You know, berapa harga yang saya dapat dari bapak-bapak itu? Rp.70.000 saja! Padahal di semua tourist information yang saya datangi harganya Rp.75.000. Hehehe… lumayan lah lima ribu bisa di saving untuk beli air mineral! 🙂

Saya diantar bapak-bapak itu pergi ke salah satu touris information kenalannya. Lalu saya langsung membooking satu paket snorkeling trip untuk besoknya. Saat si petugas menuliskan harga Rp.75.000 di kwitansi, saya langsung protes. Saya bilang begini “lho, kata si bapak cuma Rp.70.000, tapi itu kok Rp.75.000”. setelah itu si petugas langsung mengganti angka yang tertera di kwitansi menjadi Rp.70.000. Yeey, bisa hemat lima ribu… 🙂

Si petugas tourism information lantas memberi tahu saya jam berapa besok saya sudah harus stand by untuk snorkeling trip. Okay, I’m ready for tomorrow.

Enjoy My Day at Gili Trawangan

Keesokan harinya saya sudah siap sejak jam 8 pagi untuk snorkeling trip. Tapi sebelum berangkat saya sempatkan diri dulu untuk sarapan. Tapi sarapannya, sarapan biscuit saja, biar irit… Hahaha… teteup, irit is number one! 🙂

Saat kemarin saya sampai di Gili Trawangan sudah terlalu sore dan cuaca sedang hujan. Jadi keindahan pantai pulau ini tidak terlihat. Saya sangat surprise saat menyusuri pantai Gili Trawangan siang itu. Gili Trawangan is the best beach I’ve ever seen. Wow, Subhanallah… hanya itu yang ada dalam benak saya saat saya menyusuri Gili Trawangan. White sands, turquoise sea, soft wave, sunny day, make my day soooo perfect. Heeemmmm, saya jadi ngebathin, kapan ya saya bisa menikmati pulau ini dan suasana seperti ini dengan pasangan hidup saya? Weits, kok jadi mikir kesana… maklum lah, sindrom twenty sumthin’ nih… Apalagi kalau ditambah dengan pemandangan bule-bule yang pada asik bercumbu di pinggir pantai… Huuuu, bikin iri saja! Ah, sudah-sudah, balik lagi aja ke cerita saya menikmati pulau ini dan pengalaman snorkeling pertama saya.

Gili Trawangan
pantai Gili Trawangan

Pukul 9.30 WITA saya sudah stand by menunggu boat yang akan membawa saya dan turis lainnya snorkeling trip. Agak meleset dari waktu yang dijanjikan, sekitar pukul 10.15 kami “digiring” menuju boat untuk memulai perjalanan snorkeling trip. Saat itu saya memang bukan satu-satunya turis local yang ikut snorkeling trip, ada dua orang lokal lainnya, tapi tetap saja hal ini membuat saya merasa menjadi orang asing di negeri sendiri. Makanya dong, jangan ragu untuk jadi traveler juga.

Snorkeling dimulai dari snorkeling spot yang ada di sekitar Gili Meno. Saya yang sebelumnya belum pernah snorkeling sama sekali agak keder juga waktu guide menjelaskan beberapa hal lalu membagikan snorkeling mask pada semua peserta snorkeling trip. Bule-bule peserta snorkeling trip langsung menceburkan dirinya di laut setelah menggunakan snorkeling mask-nya. Sedangkan saya dan dua orang local lainnya yang ikut snorkeling trip itu hanya hanya bisa diam sejenak, lalu saya menggunakan snorkeling mas dan akhirnya saya memberanikan diri mencemplungkan diri ke laut. Snorkeling master bertanya pada saya apakah ini pengalaman pertama saya snorkeling? Tentu saja saya jawab ya. Setelah itu dia memperingatkan saya untuk jangan takut dan rileks saja. Saya mencoba mempraktikkan apa yang ia katakan dan ternyata hasilnya benar. Saya bisa lebih tenang dan bisa lebih menikmati keindahan alam bawah laut setelah saya relaks.

One day snorkeling trip yang saya ikuti ini harus di-stop sebentar untuk istirahat makan siang di pulau Gili Air. Kami diarahkan ke salah satu café yang ada disana. Makanan di café itu lumayan mahal untuk ukuran backpacker kere seperti saya. Setelah membolak-balik menu makanan, akhirnya pilihan saya jatuh pada… nasi goreng!! Hahaha… tahu alasannya kenapa saya memilih nasi goreng untuk santap siang saat itu? Selain saya memang penyuka nasi goreng, tentu saja karena nasi goreng yang paling murah dibandingkan makanan lainnya. Saya harus merogoh kocek Rp.25.000 untuk satu porsi nasi goreng. Minumnya? Karena saya membawa sebotol kecil air mineral, jadi saya nggak usah beli minum. Lumayan lah untuk pengiritan! Hehehe…

Setelah selesai menghabiskan semua yang ada di piring saya berinisiatif untuk menyapa dan ngobrol dengan pasangan lokal yang juga ikut dalam snorkeling trip saat itu. Ternyata mereka berdua adalah pasangan suami istri dari Bali. Mereka tidak hanya berdua, tapi ada satu orang bule Jerman yang turut bersama mereka, namanya Peter. Nah, mereka ini menemani Peter selama ia traveling di Bali dan Lombok. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, si Peter ngajakin saya untuk makan malam bersama. Dan saya pun langsung mengiyakan tawaran tersebut.

Snorkeling trip dilanjutkan setelah semua peserta menyelesaikan makan siang mereka. Di snorkeling spot yang terakhir ini snorkeling master mengajak kami untuk snorkeling ke area yang agak jauh dari tempat kapal berhenti karena terumbu karang yang dapat kami lihat disana jauh lebih indah. Peserta snorkeling yang lainnya (bule-bule itu) dengan sigap mengikuti si snorkeling master. Tapi tidak dengan saya dan orang lokal yang juga ikut snorkeling trip. Kami tidak berani jauh-jauh dari tempat berhentinya kapal, apalagi saya. Maklum, saya kan baru kali itu snorkeling, jadi kadangkala bayangan tenggelam selalu menghantui. Tapi sejujurnya dari lubuk hati saya yang paling dalam (halah), saya sangat malu sama bule-bule itu. Sebagian dari mereka (mungkin) tinggal di negara yang tidak memiliki laut. Tapi mereka sangat enjoy dan berani melakukan hal yang tidak biasa mereka lakukan. Sedangkan kita? Negara kita negara maritim yang pastinya memiliki banyak laut. Tapi mengapa kita malah takut untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan kita???

Anyway, setelah snorkeling trip selesai saya diajak peter untuk ke penginapan yang disewanya bersama couple dari Indonesia. Ternyata penginapan itu kemarin juga ditawarkan pada saya. Saat menawarkan pada saya, si pemilik hotel bilang harga sewa kamarnya Rp.150.000/malam. Sedangkan Peter menyewa hotel itu seharga Rp.400.000/malam. Hahaha… Jauh banget ya harga untuk turis lokal dengan harga untuk foreigner. Senangnya jadi orang lokal… 🙂

Matahari masih bersinar cerah walaupun sudah sore. Jadi saya memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai setelah mampir ke penginapan Peter. Saya menyusuri pantai Gili Trawangan, menikmati hembusan angin pantai, pasir yang berwarna putih dengan ombak yang sangat smooth… Hmmm… sangat menyenangkan. Melihat beberapa bule menggelar kain pantai dan tidur-tiduran di atasnya, saya jadi ingin melakukan hal yang sama. Saya pun menggelar kain pantai saya dan tidur-tiduran di pantai yang sangat sepi dan tenang. Berasa seperti pantai pribadi deh! Traveler’s jangan sampai lupa untuk melakukan hal seperti ini ya kalau misalnya sedang jalan-jalan ke Gili Trawangan.

indahnya Gili Trawangan
White sands, turquoise sea, soft wave, sunny day, make my day soooo perfect 🙂

Malamnya, sekitar jam tujuh saya ke penginapan Peter dan couple dari Indonesia itu. Kami berempat makan malam bersama di salah satu restaurant seafood yang ada di Gili Trawangan. Saya sudah dag-dig-dug duer saja saat melihat berapa harga makanan disana. Akhirnya saya memesan satu ikan kakap merah bakar dan lemon tea. Harga satu ekor ikan kakap merah bakar plus nasi plus salad Rp.40.000, sedangkan ice lemon tea Rp.8000. saya sudah lemas saja membayangkan harus mengeluarkan satu lembar uang rupiah berwarna biru dari dompet saya. Tapi ya gimana lagi, sekali-kali backpacker kere merasakan makanan enak dan mahal kan nggak papa juga… :D. Daannnn…ternyata eh ternyata, saat waitress mengantar bill makanan kami, Peter yang membayar semua tagihannya! Yey, Alhamdulillah! Udah dapat makan enak, bergizi, gratis pula! 😀

“Kok Nggak Sama Suaminya Mbak?”

Keesokan harinya, sebelum check out dari guesthouse saya menyempatkan diri untuk sekali lagi jalan-jalan ke pantai. Tapi sebelum itu saya sarapan dulu di “Warung Indonesia”. Saya makan nasi campur dan segelas es the manis. Untuk ukuran tempat makan yang cukup nyaman dan bersih, harga satu porsi nasi campur di Warung Indonesia lumayan murah, Rp.10.000/porsi. Lumayan mengenyangkan, bergizi dan sesuai dengan kantong backpacker!

Anyway, setelah sarapan saya tidak melewatkan saat-saat terakhir (halah) di Gili Trawangan. Saya berjalan menuju pantai Gili Trawangan. Untuk dapat sampai ke pantai saya harus menyusuri jalan utama Gili Trawangan. Di jalan itu ada beberapa waitress restaurant yang sengaja menggoda saya karena saya orang lokal, memakai kerudung, jalan sendirian lagi. Mau tahu gimana mereka menggoda saya? As always “sendirian aja mbak? kok nggak sama suaminya atau pacarnya sih? Mampir dong mbak…” saya hanya tersenyum mendengar mereka berseloroh seperti itu, lalu saya bilang saja “Iya, nanti saya mampir, mau jalan-jalan dulu ya…”.

jalan utama di Gili Trawangan
jalan di tepi pantai Gili Trawangan
Another side of Gili Trawangan

Beruntungnya jadi Perempuan

Lanjutan dari cerita di sub judul sebelumnya, setelah puas menikmati keindahan pantai Gili Trawangan, saya memutuskan untuk kembali ke guesthouse saya dan berkemas untuk menuju Senggigi. Tapi karena sebelumnya saya sudah janji pada beberapa waitress yang “menggoda” saya untuk mampir, akhirnya saya mampir juga di restaurant itu. Tanpa melihat daftar harga yang ada di menu saya langsung memesan ice lemmon tea karena saya piker ice lemon tea disini tidak terlalu mahal. Just for your information, malam sebelumnya, saat makan malam bersama Peter, saya memesan lemon tea seharga Rp.8000 saja, jadi saya pikir di restaurant ini harga ice lemon tea tidak jauh berbeda atau sama dengan harga di restaurant yang semalam. But, tahukah kamu berapa uang yang harus saya keluarkan untuk segelas lemon tea siang ini??? Rp.21.000!! Dahsyat nggak sih untuk ukuran backpacker kere seperti saya??? Ya jelas sangat dahsyat!! Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi… salah saya yang tidak melihat daftar menu dan langsung main pesan saja.

Anyway, di restaurant itu saya tidak hanya duduk sendiri sambil menikmati keindahan Gili Trawangan dan (of course) ice lemon tea yang bikin nyesek itu, tapi saya juga ngobrol dengan beberapa waitress yang menggoda saya tadi. Saya ngobrol ngalor-ngidul dengan mereka. Saya juga bertanya kenapa mereka menggoda saya. Jawaban mereka, karena jarang sekali ada turis domestik yang jalan-jalan di Gili Trawangan, mana perempuan, sendirian pula! Jadilah saya santapan utama untuk mereka goda. Sebenarnya itu hanya keisengan mereka saja. Karena setelah ngobrol panjang lebar dengan para waitress restaurant itu ternyata mereka baik-baik semua. Oh iya, saya nggak hanya ngobrol sama waitress saja, tapi juga sama kasir, manajer bahkan koki di dapur. Hehehe… dasar bawel… 😀

foto bersama bartender dan waitress di Gili Trawangan
foto bersama waitress, kasir dan koki di Gili Trawangan

Nggak ada ruginya ngobrol dan memulai pertemanan dengan siapapun. Walaupun awalnya mereka menggoda saya dan sangat annoying, tapi pasti ada manfaat yang bisa diambil. Seperti yang terjadi pada saya saat itu. Saat ngobrol dengan para waitress saya ditanya mau naik apa ke Senggigi nanti? Ya saya jawab saja, saya akan naik public boat dilanjutkan dengan angkutan umum ke Senggigi. Tak disangka, tak diduga, saya malah diajak bareng naik private boat milik pihak hotel dan restaurant tempat mereka bekerja. Jadi, setiap harinya ada beberapa private boat milik beberapa hotel dan restaurant yang ada di Gili Trawangan yang bertugas mondar-mandir ke Bangsal untuk mengambil air tawar sekaligus fasilitas untuk para karyawan hotel. Dan tentu saja private boat itu gratis! Hehehe… jadi saya nggak perlu mengeluarkan uang untuk boat dari Gili Trawangan ke Bangsal. Alhamdulillah… 🙂

Sesampainya di Bangsal, saya sebenarnya ingin langsung naik angkutan umum ke Senggigi. Tapi, salah satu waitress restaurant, namanya Frans, menawari saya untuk bareng naik motor sama dia (kebetulan rumah dia searah dengan Senggigi). Hmm, saya pikir apa salahnya bareng sama dia ke Senggigi. Toh, Frans juga terlihat baik dan tidak akan macam-macam sama saya. Jadi saya mnegiyakan tawarannya. Saya tidak hanya diantar sampai ke Senggigi oleh Frans, tapi Frans juga mencarikan penginapan murah untuk saya di daerah Senggigi. Beruntungnyaaa jadi perempuan! Hehehe… 😀

Senggigi? Not Recommended!!

Saat sampai di Senggigi hari sudah menjelang malam dan karena hujan, maka saya memutuskan untuk mengurung diri di kamar penginapan. Malam harinya saya baru keluar untuk mencari makan malam dan hunting souvenir, oleh-oleh buat teman-teman terdekat saya di Bogor. Di depan penginapan saya ada sebuah took souvenir yang lumayan besar. Saya pikir harga souvenir disana akan sangat mahal. Tapi setelah saya lihat bandrol harga tiap-tiap barang, harga souvenir di toko itu sangat terjangkau kantong backpacker seperti saya ini. Jadilah saya membeli beberapa souvenir khas Lombok disana karena esok harinya saya pasti tidak akan memiliki waktu untuk “blusukan” di pasar pusat oleh-oleh yang ada di Lombok.

Keesokan harinya saya sengaja bangun pagi-pagi. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan saya untuk melihat dan menikmati pantai Senggigi yang sangat tersohor itu. Yang ada di pikiran saya saat itu, pantai Senggigi pasti cantik dan tak kalah dengan Gili Trawangan. Tapi betapa kagetnya saya saat mendapati pantai Senggigi dengan keadaan yang cukup menyedihkan! Pantainya jauh dari kata bersih, begitupun juga dengan air lautnya. Jauh banget deh kalau dibandingkan dengan Gili Trawangan. Benar-benar, saya tidak merekomendasikan Senggigi sebagai tujuan utama bagi traveler’s yang ingin melancong ke Lombok.

Senggigi di pagi hari
Senggigi
pantai Senggigi

How Beautiful this Island…

Anyway, walaupun saya sangat kecewa dengan Senggigi. Tapi saya tak bisa memungkiri betapa cantiknya pulau ini (Lombok). Saat perjalanan dari pelabuhan Bangsal ke Senggigi, saya melewati daerah pegunungan Lombok. Daerah itu namanya Nipah. Nah, di Nipah ini kita bisa menikmati keindahan garis pantai beserta lautannya dari ketinggian. Cantik banget deh pokoknya!

Nipah-Lombok
Garis pantai pulau Lombok dari dilihat Nipah
Cantiknya Lombok...

Selain itu, sebelum ke bandara Selaparang, saya diajak Frans ke daerah villa yang ada di Lombok. Dari situ kita juga bisa melihat pantai dan laut dari atas. Bagus banget deh pokoknya… Uhhh, how beautiful this island… 🙂

how beautiful this island (Lombok)
view dari villa di Lombok

Pastinya, Lombok dan Gili Trawangan recommended banget untuk dikunjungi. So, tunggu apa lagi traveler’s? Ayo, ambil ranselmu dan pergilah ke tempat yang kamu inginkan. Yakin deh, pengalaman yang akan kita dapat jauh lebih berharga daripada biaya yang kita keluarkan… 🙂

The End

Continue Reading