Ladies Traveler

Perempuan Juga Bisa Keliling Dunia
Asia | Cerita Traveling

Honeymoon Backpacker :D (1)

April 4, 2011

Setelah setahun tidak melanglang buana, akhirnya tanggal 2 Februari 2011 kemarin imigrasi Soekarno Hatta International Airport dan Phuket International Airport dengan suksesnya menambahkan stempel di passport saya. Yup, saya traveling lagi! Yeeyyy, senangnya… 🙂

Tapi tidak seperti sebelumnya, saya yang sudah tidak lagi single and available ini mau tak mau harus traveling sama suami tercinta! Yah, bisa dibilang ini salah satu bulan madu kami setelah sebelumnya bulan madu keliling Bali. Pasti traveler’s ngiri banget kan? Abis bulan madu keliling Bali, eh sekarang malah ke Thailand. Eit, tunggu dulu, bukan di Thailand aja lho tapi ke Malaysia dan Singapore juga! Hahaha… saya yakin pasti tambah ngiri… 😀

Mungkin traveler’s mikirnya kami kebanyakan uang atau punya pohon uang yang setiap harinya bisa dipanen ya? Waduh, salah besar… Kami traveling plus honeymoon dengan budget yang sangat-sangat terbatas!

As Always, Berawal dari Tiket Promo

Now everyone can fly

Sama seperti traveling-traveling sebelumnya, rencana jalan-jalan saya selalu berawal dari tiket murah. Yah, apalagi kalau bukan tiket promo yang ditawarkan oleh maskapai AA dengan jargonnya “Now everyone can fly” (pasti traveler’s sudah bisa nebak kan maskapai apa itu??). Namun, kali ini suami saya duluan yang “menemukan” tiket murah itu. Jadi, dia sudah booking tuh tiket sejak setahun yang lalu saat kami belum bertemu dengan jadwal penerbangan Jakarta-Phuket.

Nah, setelah kami bertemu dan semuanya selesai, kami merencanakan untuk traveling bareng plus honeymoon. Jadilah saya booking juga penerbangan Jakarta-Phuket. But, unfortunately, penerbangan pada hari yang sama tiket yang harga promonya sudah habis! Jadinya saya booking tiket sehari setelah suami saya sampai di Phuket. Huhuhu, nggak bisa satu pesawat deh… 🙁

Tapi, ternyata eh ternyata, sekitar bulan November pihak maskapai yang bersangkutan mengirim sms ke suami saya yang menerangkan bahwa jadwal penerbangannya diundur 3 hari dari jadwal sebelumnya. Bete nggak sih??? Masa iya saya bengong sendirian di Phuket? Akhirnya kami berinisiatif untuk mencari tiket lain di hari yang sama.

Setelah mencari dengan penuh kesabaran (halah, lebay!), ketemu juga tiket yang lumayan “masuk akal”. Tapi tetap saja kami tidak bisa satu pesawat. Saya tetap berangkat dari Jakarta, sedangkan suami berangkat dari Bali. Yah, nggak papa lah… yang penting bisa sampai Phuket di hari yang sama. 😀

D-Day

Setelah menanti sekian lama, hari yang ditunggu-tunggu datang juga, 2 Februari 2011. Jam 6.40 saya harus bertolak ke Jakarta dari bandara Ngurah Rai. Walaupun saya tidak bisa satu pesawat dengan suami dan kami berangkat dari kota yang berbeda, ternyata hal itu ada hikmahnya. Yah, benar. Untuk kesekian kalinya saya merasa semua yang terjadi dalam hidup saya telah ada yang mengatur. Mengapa saya harus berbeda pesawat dan berangkat dari kota yang berbeda dengan suami saya, ternyata Allah telah merencanakan hal lain. Ada beberapa hal yang hal yang harus saya bereskan di Jakarta dan Bogor, makanya jeda waktu antara kedatangan saya di Jakarta dengan keberangkatan saya ke Phuket saya manfaatkan untuk menyelesaikan semua urusan itu. Alhamdulillah semuanya bisa beres… 🙂

Berbekal masing-masing satu ransel dan satu tas tangan kecil untuk menyimpan dokumen-dokumen penting yang harus dibawa kemana-mana seperti paspor, tiket dan lain-lain, kami berangkat dengan pesawat masing-masing menuju Phuket. Suami saya sampai di Phuket jam 14.45, sedangkan saya sekitar jam 20.50. Kasihan juga sih sebenarnya suami saya harus menunggu saya di bandara selama lebih dari 6 jam. Tapi karena dia cinta bukan main sama saya, dia setia menunggu kedatangan saya di Phuket.

Sesampainya saya di bandara, suami saya telah membeli tiket bus dari bandara menuju Patong Beach seharga THB 150/orang. Tapi tiket bus yang dibeli suami saya itu bukan public bus, melainkan private bus. Suami saya terpaksa membeli tiket private bus karena public bus sudah tidak beroperasi pada jam tersebut, jadi kami terpaksa harus membeli tiket private bus itu. Sekedar gambaran saja, kalau kita ingin menggunakan public bus menuju Patosng beach, harga tiket dari bandara Phuket menuju terminal Phuket seharga THB 85/orang, lalu dilanjutkan dengan public bus dari terminal Phuket ke Patong beach seharga THB 28/orang.

Kami berpikir setelah membeli tiket private bus menuju Patong beach kami sudah bisa langsung naik bus dan sampai di Patong beach. Tapi setelah kami menunggu sekitar setengah jam, private bus yang akan membawa kami ke Patong beach tidak kunjung datang. Kami dan sekitar 10 orang yang akan naik bus yang sama terlantar menunggu bus di pelataran bandara Phuket. Persis seperti pengungsi yang sedang menunggu angkutan untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman! Hahaha… lebay! 😀

Anyway, karena menunggu terlalu lama, suami saya mulai bosan. Karena dasarnya dia tidak bisa diam, dia pergi jalan mondar-mandir kesana-kesini, ngobrol sama tukang taksi yang ada di bandara. Tiba-tiba suami saya ngobrol sama salah satu couple dari Indonesia yang juga menunggu bus yang sama, terus mereka saling deal. Tahu apa yang dilakukan suami saya? Dia mengembalikan tiket bus dan nawar salah satu taksi yang ada di bandara. Si sopir taksi minta tambahan uang THB 200 untuk mengantar kami sampai di Patong beach. Karena suami saya nggak mau rugi-rugi amat, dia menawari couple Indonesia itu untuk patungan biaya tambahan taksi dan Alhamdulillahnya mereka mau. 😀

Patong beach dari bandara Phuket lumayan jauh, sekitar 45 menit sampai satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Patong beach boleh dibilang pusat pariwisata dari Phuket Island. Sebagian besar akomodari dan fasilitas yang dibutuhkan oleh para wisatawan ada disana. Pantainya pun cukup bagus dan nyaman untuk bersantai sambil berjemur plus program penghitaman kulit! Hahaha… 😀

Sesampainya kami di Patong beach, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari penginapan. Tentu saja penginapan yang harganya sesuai dengan budget kami. Dari info yang kami dapatkan, banyak penginapan murah, semacam guesthouse di daerah belakang hotel Ibis yang ada di Patong beach. Maka kami minta diturunkan di tempat itu ke sopir taksi. Guesthouse yang ada di Patong beach tidak seperti yang saya bayangkan. Di Patong beach rata-rata guesthousenya merupakan ruko yang “disulap” menjadi penginapan. Saya dan suami saya keluar masuk beberapa guesthouse, tapi belum juga mendapatkan kamar yang cocok. Banyak guesthouse yang sudah fully booked karena saat itu sedang high season dan ada guesthouse yang cocok di mata, tapi tidak cocok di kantong! Hehehe…

Odin's Guesthouse

Kami keluar dari backpacker area di belakang hotel ibis menuju jalan utama. Disana juga banyak guesthouse-guesthouse yang menawarkan kamar dengan harga murah. And finally, setelah keluar masuk beberapa guesthouse, kami “menemukan” kamar yang cocok di kantong dan juga di mata :D. Namanya Odin’s guesthouse. Kamar yang kami sewa harganya THB 800/night dengan fasilitas AC dan kulkas. Alhamdulillah… 🙂

Patong Beach

Pantai Patong Phuket bisa dikatakan sama dengan Kuta-nya Bali. Lokasi ini merupakan pusat pariwisata pulau Phuket-Thailand. Sebenarnya ada satu lagi lokasi yang cukup menarik di Pulau Phuket yaitu Karon beach. Tapi di lokasi tersebut tidak seramai Patong beach. Selain itu, banyak took-toko, guesthouse maupun tourist information yang sudah tutup di Karon beach. Jadi fasilitas yang memudahkan para wisatawan sangat minim di pantai Karon ini.

Anyway, Patong beach yang merupakan pusat pariwisata Phuket island tentu saja memiliki keindahan serta fasilitas-fasilitas yang memudahkan para wisatawan, terutama wisatawan mancanegara (termasuk kami). Fasilitas-fasilitas tersebut misalnya saja tourist information yang banyak beterbaran di pinggir-pinggir jalan yang ada di Patong beach, hotel serta guesthouse dengan berbagai variasi harga, tempat makan dan juga toko-toko yang menyediakan berbagai kebutuhan para wisatawan terutama untuk oleh-oleh. Nah, khusus untuk toko oleh-oleh, para wisatawan harus pandai-pandai menawar harga dari si penjual kalau nggak mau rugi.

Patong Beach-Phuket, Thailand

Dari segi keindahan, pantai Patong memiliki air laut berwarna biru toska yang sangat jernih. Selain itu, pasir pantainya pun sangat lembut. Kedua hal ini menjadikan aktivitas berenang di pantai menjadi sangat mengasikkan. Apalagi kalo berenangnya berdua sama suami! Hehehe… buat yang masih single jangan mupeng ya… :p Di pinggiran pantai Patong banyak terdapat kursi tidur plus payung yang disewakan. Jadi kita bisa malas-malasan di kursi tidur itu sambil berjemur dan menikmati keindahan pantai Patong. Kalau nggak mau nyewa kursi tidur, ya tinggak bawa sarung pantai saja, terus di gelar deh di pantai. Tapi risikonya adalah, kulit kita bisa berubah warna dengan sangat cepat alias bisa kebakar matahari. Makanya, jangan lupa pakai sunblock ya traveler’s… 🙂

Menyusuri Phuket

Hari kedua di Phuket island saya dan suami saya memutuskan untuk menyusuri pulau Phuket dengan motor. Guesthouse kami juga menyediakan jasa sewa motor, jadi kami menyewa motor disana saja biar pas ngebalikin nggak ribet. Harga sewa motor di Phuket THB 200/ 24 jam. Masih masuk akal sih karena harga itu relative sama dengan harga sewa motor di Bali untuk satu hari atau 24 jam. Tapi yang bikin nyesek adalah harga bensin di Phuket! Mau tahu berapa? THB 40/liter!! Harga itu setara dengan Rp.12.000/liter. Mahal banget kan?? Padahal kalau di daerah Hatyai harga bensin per liternya hanya THB25! Huuuhhh, memang ya, dimana-mana yang namanya tempat wisata pasti harga-harganya pada melambung tinggi!

Saya dan suami menyusuri Phuket dimulai dari salah satu mall (saya lupa namanya) yang ada di Patong beach. Kami mampir ke mall tersebut untuk beli sunblock karena sunblock yang sengaja dibawa dari Bali harus nginep dulu di bandara Ngurah Rai karena kelebihan berat 10 ml! Bete khan? Anyway, dari mall itu kami memutuskan untuk ke pantai Karon. Sama seperti pantai Patong, pantai Karon memiliki air laut berwarna biru toska yang jernih dan pasir pantai brwarna putih yang sangat halus. Di pantai Karon juga banyak terdapat kursi tidur plus payung yang disewakan untuk para turis berjemur.

Oh iya, saat menyusuri pulau Phuket ini kami baru menyadari bahwa kontur pulau ini tidak rata. Pantai-pantainya ada di balik bukit semua, jadi kalau misalnya jalan-jalan dengan mengendarai motor, usahakan isi bensin secukupnya ya… yang pasti jangan sampai motor kehabisan bensin di tengah jalan dan kita harus ngedorong tuh motor melewati jalanan yang naik turun.

Pulau Phuket kami rasa sama banget sama pulau Bali. Phuket town berada agak jauh dari Patong beach ataupun Karon beach, persis seperti Denpasar yang letaknya agak jauh dari pantai Kuta atau pantai Sanur. Kami rasa bagus juga sih tata kota seperti itu, agar membedakan mana tempat yang khusus untuk pemerintahan dan juga mana tempat yang khusus untuk pariwisata.

Jalan di tepi pantai Patong-Phuket

Sama seperti di Indonesia, di pinggir-pinggir jalanan pulau Phuket juga banyak penjual buah. Mereka menjajakan buah potong segar yang enak sekali bila dinikmati saat terik matahari serasa seperti di ubun-ubun. Tapi ada yang berbeda dengan buah-buahan di Thailand. Disana kami rasa buah-buahannya lebih segar daripada buah-buahan potong yang ada di Indonesia. Memang sih, harganya lebih mahal. Satu potong semangka (potongannya lebih besar dari yang di Indonesia) harganya THB 20 atau sama dengan Rp.6000. Tapi dijamin deh, setelah makan tuh semangka, tenggorokan bisa langsung segar! 🙂 Anyway, kami berdua suka sekali nyemil buah kalau sedang di Thailand, apalagi saat siang hari.

Rasa makanan di Phuket agak berbeda dengan makanan di Indonesia. Menurut kami, makanan disana asin semua. Walaupun sudah pesan daging bumbu kecap tapi tetap saja asin! Pokoknya agak kurang cocok lah untuk lidah Indonesia. Tapi ada satu masakan uang sangat disuka suami saya disana. Makanan apa coba…? Ayam goreng di pinggir jalan! Jadi disana (siang dan malam) ada beberapa penjual ayam goreng “gerobak”. Ayamnya digoreng garing, sangat renyah dan gurih. Soal harga? Nggak mahal kok, kami makan ayam goreng dada potongan besar plus nasi yang paling mahal saat di Patong beach hanya menghabiskan THB 80 untuk 2 orang. Lumayan murah lho!

Oh iya, ada satu lagi makanan, tepatnya camilan, yang kami suka disana. Judulnya sih Thai pancake, tapi tahu bentuknya seperti apa? Seperti martabak telur! Seriously… judulnya memang pancake, tapi bentuknya martabak telur banget! Hanya bedanya dengan martabak telur, kalau martabak telur rasanya asin dan berbahan dasar telur, nah kalau Thai pancake itu manis dan bahan dasarnya kita bisa pilih sendiri, mau pakai pisang, kelapa ataupun selai dengan berbagai macam rasa. Dijamin deh, sekali makan Thai pancake, pasti ketagihan! 😀

Kehidupan Malam di Patong Beach

suasana "Legian-nya Patong" di malam hari

Sekali lagi saya harus bilang, “sama seperti Bali”, di Patong beach juga ada “Legian-nya Bali”. Tempatnya di dekat mall yang ada carrefournya (maaf saya lupa nama mallnya apa). Tapi bedanya dengan Legian, daerah itu bebas dari kendaaraan bermotor. Jadi orang-orang yang menyusuri jalan itu jalan kaki semua. Saat saya dan suami menunyusuri tempat itu, suasananya sangat crowded, entah karena sedang high season atau memang seperti itu setiap malamnya. Yang pasti banyak sekali turis, terutama bule, yang juga menyusuri “Legian-nya Patong”.

Persis seperti di jalan Legian, di jalan itu (sekali lagi mohon maaf saya tidak tahu nama jalannya apa), banyak terdapat penjual souvenir khas Thailand, café, food court, dan pastinya niteclub untuk ngedugem! Di jalan itu selain disesaki oleh para turis juga banyak “SPG” dan “SPB-sales promotion boy-“ yang menawari para turis untuk mau masuk ke niteclubnya. Saya dan suami beberapa kali ditawari oleh para SPG dan SPB itu, tapi kami selalu berkelit kalau mau makan dulu. Sepulangnya dari makan di pinggir pantai Patong kami menyusuri jalan “Legian-nya Patong” lagi. Sama seperti saat berangkat, pulangnya pun kami ditawari untuk masuk ke salah satu niteclub oleh para SPG dan SPB. Akhirnya suami saya setuju untuk masuk ke salah satu niteclub dan menonton atraksi yang ada di sana. Saya dan suami harus merogoh kocek sampai THB 600 untuk menonton atraksi itu. Mungkin maksud suami saya mau masuk ke salah satu niteclub itu untuk menunjukkan pada saya atraksi khas Thailand, namun setelah saya masuk dan menonton atraksi itu, yang ada saya malah mual, sakit perut, dan berasa ingin muntah. Huh, sebel deh… sudah bayar mahal-mahal, yang ada perut saya jadi nggak karu-karuan! Penasaran kan apa atraksinya? Silahkan traveler’s cari sendiri kalau someday punya kesempatan ke Phuket atau ke Thailand. Hehehehe… sok bikin penasaran gitu…. :p

Ladyboy (bencong-red) di Patong beach, Phuket-Thailand

Anyway, salah satu icon Thailand adalah ladyboy alias bencong yang cantik-cantik bahkan ngalah-ngalahin kecantikan cewek asli. Di “Legian-nya Patong” ada salah satu niteclub yang pelayan dan “cewek-ceweknya” ladyboy semua. Di depan niteclub itu ada beberapa ladyboy yang mengenakan kostum dan mau berfoto dengan turis-turis. Tapi jangan salah, foto dengan para ladyboy itu nggak gratis! Kita harus merogoh kocek minimal THB 200 untuk sekali foto! Traveler’s mau? 😀

*to be continued…

  1. mb.vinaaa…masih inget vicka gak fim 9..
    fb mu akunnya sekarang ganti ya/aku cari namamu gak ada..
    aku mw nny ni kmu kemaren pas terbang ke jerman pake maskapai apa dan asuransi nya pake asuransi mana?
    mohon info nya yaa.
    klo bisa ada tiket murah ke perancis gak?
    bales ke emailku ya mb.
    v_ktamaya@yahoo.com

  2. nama mallnya Jungceylon mba, trus klo “Legian-nya Patong” itu Bangla road namanya 🙂 emng ramee banget

    hihii…pasti mba masuk ke niteclub yg ada pertunjukan seksi dancer dr para ladyboy itu yaa mba…klo aku sih sama temen2 nonton gratis di tengah jalan, soalnya ada niteclub yg emng settingan hiburannya tuh si ladyboy nari2 pake baju minim dibalkon lantai 2 yg ke buka hehe

    btw, nice blog mba 🙂

  3. asw..mbak vina masih ingat nggak sama vivi?kita sekamar lho pas fim 9..wah subhanallah udah nikah..:) kapan mbak??semoga jadi keluarga samara^^

  4. Setelah baca dengan terliti dan buat sedikit
    reseach mengenai topic nih baru saya faham idea awak…
    maaf yeak .. selama nih saya kurang bersetuju ngan
    pendapat awak dalam blog nie…

Leave a Reply to vicka Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *