Cerita Traveling | Indonesia

Dibalik Layar Tour de Sumatera Chapter 2 (Juni 2010)

By on February 2, 2012

Masih inget kan sama cerita saya Dibalik Layar Tour de Sumatera? (kalo udah lupa, bisa dibaca disini)

Dan inilah lanjutannya… 🙂

Packing
Setelah tiket pesawat pulang sudah saya simpan di flash disk, saya langsung mematikan laptop saya sekaligus mencabut semua kabel yang terpasang padanya, lalu menyimpannya baik-baik dalam lemari pakaian saya. Ya, saya akan berpisah dengan laptop yang sungguh sangat berjasa menjadi penghubung saya dengan ini itu, yang pada akhirnya saya bisa jalan-jalan kesana-kemari (beberapa kalinya gratis karena program beasiswa atau student conference).

Okay, beres nyimpen laptop saya langsung meraih carrier. Memasukkan beberapa pakaian ke dalamnya dan juga beberapa perlengkapan lain yang dibutuhkan saat traveling nanti, misalnya: toiletries.

Eng ing eng… Waktu terasa bergulir dengan sangat cepatnya. Saya belum mandi! Secepat kilat saya mandi, dan mungkin itu adalah mandi paling kilat dalam hidup saya. Saya nggak punya waktu banyak mengingat perjalanan ke bandara juga lumayan jauh dari tempat kost saya saat itu. Oh, wait… Saya juga belum ngeprint boarding pass (saya melakukan web check in) pesawat nanti!!!

Waktu sepertinya berjalan lebih cepat saat itu. Saya keluar dari kostan saya jam 13.00 WIB, padahal pesawat saya berangkat jam 17.25 WIB! Sedangkan perjalanan yang dibutuhkan dari kostan saya sampai Bandara Internasional Soekarno Hatta kurang lebih 4 jam. Mana saya belum ngeprint boarding pass lagi! Huaaa… benar-benar harus ambil langkah seribu nih…

On My Way to the Airport
Saya loncat sana-loncat sini, lari-lari menuju terminal bus Damri Bogor. Acara “mengejar Bus Damri” sebelumnya juga diwarnai oleh beberapa kali gonta-ganti angkot supaya bisa lebih cepat sampai  di terminal bus Damri.

Waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB saat bus memasuki daerah Priuk. Emang sih, kalo udah nyampe Priuk udah ga terlalu jauh lagi ke Bandara Cengkareng. Tapi tetap saja saya ketar-ketir bakalan ada macet di Jl.Kamal, daerah itu kan juga rawan macet apalagi jam-jam bubaran kantor begini. Huhuhu… Kalau sampai saya ketinggalan pesawat bisa berabe semuanya!

Alhamdulilah, Jl. Kamal saat itu nggak macet dan lancar jaya sampai di bandara. Jam 17.00 saya masuk area Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Emang sih sudah masuk bandara, tapi tetep aja saya ketakutan bakalan ketinggalan pesawat karena jam 17.25 itu boarding pesawatnya otomatis saya sudah harus ada di dalam pesawat paling nggak 20 menit sebelum jadwal itu (kalau pesawat on time). Dan untuk pertama kalinya sepanjang saya pernah naik pesawat, saya berharap penerbangan kali itu akan delay.

Memasuki area bandara, saya langsung hengkang dari tempat duduk saya sebelumnya di dalam bus. Saya mendekati kursi pak sopir. Dengan nada khawatir dan ketakutan bakalan ketinggalan pesawat, saya berkata pada pak sopir “Pak, bisa nggak berhenti di terminal 3 dulu? Soalnya pesawat saya berangkat jam setengah enam kurang lima menit…”. Si pak sopir bus kasihan kali ya ngelihat saya yang parno abis bakalan ketinggalan pesawat, akhirnya beliau mengiyakan permintaan saya. Alhamdulillah…

Sampai di depan terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta saya langsung loncat dari bus, terus lari-lari menuju ked alam terminal. Karena saya sudah melakukan web check in saya nggak perlu lagi check in ke counter maskapai pesawat yang akan saya naiki saat itu. Saya langsung beli airport tax dan meluncur ke gate pesawat dengan langkah seribu. Dan ternyata…pesawatnya delay sampai jam 19.00 WIB! Hahaha… Allah mengabulkan doa saya saat di bus tadi…

Welcome to North Sumatera
Lebih dari jam 9 malam saya baru mendarat di bandara Polonia-Medan. Disana dua teman saya, Budi Andana Maharimin dan Muhammad Reza telah menunggu saya.

Budi dan Reza menunggu saya sejak pukul tujuh malam di bandara Polonia karena nggak tahu kalau pesawat saya delay, padahal saya sudah kirim sms ke Budi, tapi pending. Alhasil mereka “ngendon” di kantin bandara. Saat pengumuman pesawat saya telah mendarat, pereka nggak langsung ke pintu kedatangan karena berpikir saya masih nunggu baggage saya keluar. But, you know, demi alasan tiket pesawat yang lebih murah, saya nggak beli allotment baggage, Jadinya pas ada pengumuman pesawat telah mendarat, ya saya langsung keluar dari pintu kedatangan yang ada di bandara Polonia-Medan. Saya celingak-celinguk disana, batang hidung Budi dan juga Reza nggak terlihat secuilpun! Saya mencoba santai. Jalan menuju ke arah depan ATM yang ada di bandara itu. Saat saya menuju ATM itu (mungkin) Reza dan Budi sampai di pintu kedatangan dengan memegang kertas yang bertuliskan nama saya. Huaaaa… Sensasi dijemput bak turis dengan kantong tebal lenyap sudah… Anyway, setelah berkali-kali menghubungi Budi dan Reza, akhirnya kami bertemu di depan ATM Bandara Polonia. And, let’s go to touch down Medan! 😀

Reza dan Budi menjemput saya di Bandara Polonia-Medan
Sampai di Bandara Polonia-Medan

Keluar dari area bandara, Budi sangat mengerti keadaan saya saat itu. Yup, saya mengalami kelaparan kronis karena nggak satu ransumpun masuk ke dalam lambung saya sejak berangkat dari kost tadi siang. Budi langsung menawari saya makan yang tentu saja langsung saya iyakan. Budi membawa saya ke tempat makan milik ibunya. Disana saya langsung menyantap satu mangkuk soto Medan dan satu piring nasi. Kenyaannggg… 😀

My first dinner in Medan, Soto Medan

New Home, New Family
After my late dinner, kami menuju rumah Budi. Saya akan tinggal disana malam ini. Sesampainya di rumah Budi, saya disambut dengan hangat oleh kakek dan nenek Budi. Hhhmmm, bener-bener feel like home deh! 🙂 Itulah salah satu hal yang nggak bakalan dirasain kalau kita traveling ala “suitcaser”, kita nggak bakalan punya keluarga baru di tempat yang baru kita pijak. Usai ngobrol-ngobrol sama kakek dan nenek Budi, sekarang saatnya ngobrol-ngobrol santai dengan Budi dan Reza merencanakan acara eksplorasi Sumatera Utara esok hari.

Sebelum melakukan perjalanan tour de Sumatera ini saya sudah browsing sana-sini, cari informasi tentang tempat cantik mana saja yang wajib untuk dikunjungi kalau ke Sumatera Utara. Dan pilihan saya jatuh pada danau Toba, air terjun Sipiso-Piso, kota tua-nya Medan (daerah Kesawan) dan istana Maimun.

Saya mengutarakan keinginan saya untuk mengunjungi tempat-tempat itu. Lalu diputuskan kalau esok hari kami akan ke danau Toba plus air terjun sipiso-piso. Lalu hari berikutnya baru ke Kesawan dan istana Maimun. Perfecto! 🙂

Okay, saatnya mendaratkan diri di kasur, menyimpan tenaga untuk meng-explore keindahan tanah Batak esok hari.

bersambung

Continue Reading

Cerita Traveling | Indonesia

Dibalik Layar Tour de Sumatera Chapter 1 (Juni 2010)

By on July 3, 2010

Berawal dari Sini

Kalau ada tempat yang paling ingin saya kunjungi di Indonesia ini, jawabannya adalah Sumatera Barat. Saya seringkali mendengar, melihat dan membaca tentang keindahan kontur alam di Sumatera Barat. Hal inilah yang membuat keinginan untuk melihat dengan langsung salah satu keindahan alam Indonesia semakin menggebu-gebu.

Sebagai mahasiswa tingkat akhir, saya sudah tidak terikat dengan jadwal kuliah rutin. Apalagi, saat ini skripsi saya sudah pada tahap finishing. Akhir Mei 2010 saya iseng lihat web salah satu budget airline. Dan, ndilalah kok lagi ada promo plus diskon 20% jika melakukan pembayaran dengan klik B*A. Wow, saya langsung mencari penerbangan ke destinasi yang saya inginkan: Padang. But, unfortunately, ternyata eh ternyata, maskapai ini tidak melayani rute Jakarta-Padang. Yaahh… kecewa saya…

Tapi, sebagai seorang backpacker berpengalaman *ehm…* yang nggak pernah kekurangan akal *ehem lagi* plus berbekal kecerdasan otak yang luar biasa *uhuk-uhuk, kok malah keselek ya… :p* dan keahlian yang sangat detil dalam mengotak-atik jadwal dan rute perjalanan, akhirnya saya menemukan ide gimana caranya saya bisa ke Padang dengan tetap memanfaatkan tiket promo ini. Yup, saya memutuskan untuk booking tiket dengan rute yang lain, Jakarta-Medan! 😀

Wew wew wew, jangan protes dulu… Begini ya, kalau saya melakukan perjalanan, saya biasanya nggak hanya ke satu tempat. Saya seringkali “membabat” beberapa destinasi sekaligus dalam satu rangkaian backpacking. Kenapa? Ya of course, hanya karena alasan ogah rugi! :p

Jadi, yang awalnya saya merencanakan untuk susur sumatera dari selatan ke utara, saya harus mengganti rute, dari utara ke selatan. Alasannya, karena tiket termurah yang saya dapatkan hanya untuk rute Jakarta-Medan! Just it!

Sebagai budget traveler, saya harus benar-benar memperhitungkan setiap pengeluaran saya. Oleh sebab itu, “berburu” tiket termurah adalah salah satu agenda wajib backpacker.

By the way on the way in the bus way, saya memperoleh tiket termurah itu tanggal 23 Juni 2010. Setelah cek and ricek jadwal skripsi dan jadwal-jadwal yang lain *halah, sok sibuk*, saya merasa kalo tanggal segitu saya sudah bisa bebas dari urusan perskripsian dan urusan-urusan yang lain. So, saya bisa berlibur dengan tenang. Yeyy… senangnya merencanakan liburan… 😀

Klik klik klik, tiket terbooking.

Klik klik klik, pembayaran beres.

Klik klik klik, itinerary tiket Jakarta-Medan sudah masuk ke email saya!

Alhamdulillah… 🙂

Rencana Saya

Setelah tiket sudah terkirim ke email saya, saya mulai merencanakan perjalanan yang saya beri judul “Tour de Sumatera”.

Dengan tiket Jakarta-Medan yang saya miliki, saya mengatur jadwal untuk mengunjungi Medan terlebih dahulu. Lalu, saya berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Aceh, terus ke Pulau Weh dan menginjakkan kaki di 0 km yang ada di Sabang. Hmmm, sounds great.

Setelah itu, saya kembali ke Medan lagi, melanjutkan perjalanan ke Danau Toba yang di Parapat, nyebrang ke Pulau Samosir, balik lagi ke Parapat, lanjut ke Bukittinggi, terus ke Lembah Anai, terus ke Padang. Lanjut dengan mampir ke Palembang buat nyicipin mpek-mpek kesukaan saya, mpek-mpek Sudi Mampir di depan kantor walikota Palembang (highly recommended to eat). Dan tour de Sumatera saya berakhir di Lampung. Dari Lampung saya langsung ke Bogor. Perjalanan antar kotanya akan saya tempuh dengan perjalanan darat menggunakan bus dan kereta api. Perfecto! 😀

Selanjutnya…

Setelah membuat schedule perjalanan itu, yang saya lakukan selanjutnya adalah…tentu saja mencari tumpangan gratis! 😀

Sebagai backpacker dengan budget yang sangat pas-pasan. Pas untuk transport dan pas untuk makan saja, saya benar-benar harus menghapus budget akomodasi dari daftar pengeluaran selama tour de Sumatera. Caranya, apalagi kalo nggak dengan memanfaatkan situs jejaring backpacker, www.couchsurfing.org!

Oh, wait, saya kan punya teman-teman dari FIM (Forum Indonesia Muda) yang tersebar di seluruh penjuru negeri. So, saya juga bisa memanfaatkan networking di FIM. Yeey, kemungkinan untuk dapat tumpangan gratis semakin terbuka lebar. Apalagi anak-anak FIM kan sudah teruji kualitasnya! 🙂

Selain merequest beberapa host di couchsurfing.org, saya juga menghubungi teman-teman FIM di Medan, Aceh dan Padang (Mas Takin, Budi Andana Marahimin, Muhammad Reza dan Deni Pratama) untuk dicarikan tempat tinggal (yang gratis ya, catet!) selama saya di kota mereka.

Kalau untuk Palembang dan Lampung, saya punya teman baik disana. Jadi tinggal telepon aja kapan saya mau datang, beres perkara. So, saya nggak terlalu mengkhawatirkan akomodasi di Palembang dan Lampung.

Urusan akomodasi tinggal tunggu konfirmasi dari mereka. Satu lagi rencana perjalanan selesai. Sekarang, saatnya fokus finishing skripsi.

Skripsi oh Skripsi… Deritamu Tiada Akhir *alay mode:on :p*

Tanggal 4 Juni 2010 saya sidang. Praktis saya hanya memiliki waktu tidak lebih dari tiga minggu untuk finishing skripsi dari jadwal sidang sampai ke keberangkatan saya untuk tour de Sumatera. Saya sangat yakin kalau saya pasti bisa menyelesaikan target itu.

Namun,apa yang kita rencanakan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini untuk kesekian kalinya terjadi pada saya. Seminggu setelah saya sidang, mama saya kena musibah yang mengharuskan saya untuk pulang beberapa hari ke rumah karena saya sangat mengkhawatirkan kondisi mama. Hal ini tentu memangkas waktu yang saya punya untuk perbaikan skripsi.

Saya tidak lama di rumah, hanya 4 hari (termasuk perjalanan Bogor-Jember-Bogor lho ya). Tapi walaupun hanya 4 hari ternyata hal ini pengaruhnya sangat besar dalam memangkas waktu untuk menyelesaikan skripsi. Setelah kembali ke kampus, ternyata saya tidak bisa langsung finishing skripsi dikarenakan susah sekali mendapatkan jadwal yang sama antara dua dosen pembimbing saya.

Aarrrggghhh, I have no much time!!

Bukan hanya karena jadwal traveling, tapi juga karena daftar wisuda yang sudah hampir memenuhi kuota. Di IPB itu tiap wisuda ada kuotanya, 800 orang/acara wisuda. Kalau misalkan yang daftar sudah mencapai 800 orang, maka mahasiswa yang mendaftar akan masuk ke daftar WL (waiting list) ke wisuda berikutnya. Aduhuuhh, saya nggak mau lagi nunda wisuda terlalu lama karena nggak enak sama orangtua saya. Maklum, udah kelamaan di kampus! Hehehe… :p

Memang ya, yang namanya skripsi itu penuh perjuangan dan Alhamdulillahnya saya harus melewati perjuangan yang ternyata cukup menguras energi dan emosi saya.

Anyway, setelah bertemu dosen PS, ternyata perbaikan yang saya buat masih jauh dari perfect menurut mereka. Saya harus memperbaiki lagi skripsi saya. Aaarrrggghhh…

Segera saya memperbaiki skripsi saya dan langsung saya serahkan ke dosen PS. Dosen PS saya meminta waktu beberapa hari untuk membaca draft saya. Ternyata eh ternyata, selama ini skripsi saya tidak pernah dibaca sama dosen PS saya. I mean, beliau membacanya hanya scanning saja. Nah, pas udah mau masuk tahap perbanyakan, barulah beliau membaca dengan detil setiap kalimat dan content yang saya tuliskan. Walhasil, ternyata masih banyak yang harus ditambahkan dan ada beberapa pengujian yang harus diganti. Huuuaaaaa…. :((

Kebayang nggak sih gimana perasaan saya saat itu? Mendadak, migraine saya kumat sekumat-kumatnya. Pengen nangis rasanya saat berada di ruangan dosen. Apalagi kalau ingat hari itu adalah sehari sebelum jadwal keberangkatan saya ke Medan. Terus lagi, kalau ingat kuota wisuda Juli yang sudah lebih dari 750 mahasiswa yang mendaftar. Dan yang paling menyedihkan adalah, saya harus kembali mengecewakan papa saya karena sebelumnya saya sudah bilang kalau saya bisa wisuda Juli ini. Huaaa… Desperado banget saya waktu itu… Rencana saya berantakan, teramat sangat berantakan. Amburadul abis!

Sampai di kostan saya nangis sejadi-jadinya. Menumpahkan semua kekesalan dan emosi saya. Namun, disaat saya sedang desperate banget dan nggak bisa mikir dengan jernih, Alhamdulillahnya ada mas Agung Baskoro yang tiba-tiba mengingatkan saya untuk selalu menikmati proses. Inilah salah satu hal yang mengembalikan kesadaran saya dan membuat saya “normal” lagi. Ternyata saya telah melupakan “chapter menikmati proses” itu saat finishing skripsi ini. Saya diburu-buru oleh ini-itu, diburu-buru oleh banyak hal.

Alhamdulillah, setelah dapat beberapa nasihat dari mas Abas, saya menjadi lebih tenang. Namun tetap, saat itu saya gamang, teramat sangat gamang. Mau fight perbaikan skripsi dalam beberapa hari atau pergi backpacking tour de Sumatera.

Pilihannya begini, kalau saya fight untuk perbaikan skripsi, saya harus mengikhlaskan tour de Sumatera saya. Namun, sebenarnya saya gambling dengan hal ini. Mengapa? Karena walaupun saya sudah fight sekuat tenaga untuk menyelesaikan perbaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (kok kayak baca naskah proklamasi ya? :p), saya nggak bisa memprediksi factor X yang akan terjadi. Factor X ini tidak lain dan tidak bukan adalah PS saya. Iya kalau PS saya langsung approve skripsi saya, lah kalau nggak? Kan rugi dua kali jadinya! Udah nggak jadi jalan-jalan, nggak bisa wisuda bulan Juli pula! Ditambah lagi saya harus kejar-kejaran sama pendaftar wisuda yang lain untuk mengambil kuota yang tersedia. Tapi kalau saya nggak fight, saya otomatis menghilangkan kemungkinan untuk bisa wisuda bulan Juli. Hmmm, kok saya jadi puyeng nentuin pilihan ya! Tidur aja deh! Hehehe… :p

Detik-Detik Terakhir

Bangun tidur ternyata kondisi saya tidak terlalu baik. Migraine saya masih nyut-nyutan. Saya coba untuk ngedit skripsi saya, eh malah makin menjadi-jadi nyut-nyutan di kepala saya. Akhirnya saya tutup skripsi dan beberapa text book yang berserakan di sekitar saya. Saya harus mengambil sikap. Saya nggak bisa seperti ini. Pikiran saya dimana, tapi hati saya dimana.

Dan akhirnya saya harus memilih. Saya butuh liburan. Saya memilih Tour de Sumatera!! Horray!! :p

Tapi jangan dikira setelah saya memilih tour de Sumatera semuanya beres. Ada satu masalah. Saya nggak mungkin menjalani tour de Sumatera sesuai rencana di atas karena saya harus segera kembali ke kampus untuk menyelesaikan skripsi saya. Akhirnya saya harus meng-cut beberapa destinasi tour de Sumatera.

Saya hanya memiliki waktu seminggu untuk liburan, escaping from my final assignment for a while. So, dengan waktu hanya seminggu, saya hanya bisa ke Medan, Bukittinggi dan Padang saja. Nggak papa lah, daripada harus berkubang terus dalam skripsi yang bikin puyeng.

Tapi ternyata masih ada masalah lagi. Saya belum beli tiket pesawat Padang-Jakarta! Huaaa… ada aja hambatannya!

Saya langsung search tiket pesawat termurah dari maskapai domestik yang ada di Indonesia. Gilaaa, harga tiket pada mahal banget soalnya lagi liburan sekolah. Semua tiket yang tersedia di atas budget yang saya punya. Huaaa… puyeng lagi kepala saya… jangan sampe bisa pergi tapi nggak bisa pulang!

Saya nggak bakalan memaksakan diri kalau memang tiketnya jauh di atas budget yang saya tetapkan. Walaupun backpacker, bukan berarti saya tanpa perhitungan dan perencanaan yang jelas serta berani ngambil resiko yang sudah dengan jelas-jelas dapat menjerumuskan saya pada kondisi teramat sangat miskin setelah traveling! Hehehe… :p

Tapi saya dengan sabar mencari-cari tiket termurah. Dan akhirnya, jam dua belas siang saya bisa menemukan tiket yang paling murah. I mean, masih dalam budget saya. Tanpa pikir panjang saya langsung klik sana klik sini dan itinerary tiket pesawat Padang-Jakarta langsung masuk ke email saya. Fiuuhhh… Legaa… saya bisa pulang nanti… hehehe… :p

Yeey, Tour de Sumatera jadi kenyataan… 😀

*klik disini untuk baca lanjutannya

Bogor, 3 Juli 2010 03:40

~Okvina Nur Alvita

Continue Reading