Thoughts

Pariwisata, Indonesia dan Rencana Kami

By on March 23, 2012

Bali sebagai salah satu icon pariwisata di Indonesia saat ini saya rasa sudah kalah pamor dengan negara tetangga kita seperti Malaysia, Thailand, Singapore dan Filipina. Salah satu travel agent di Bali yang jaringannya telah mendunia melaporkan bahwa tingkat kunjungan turis Eropa turun sekitar 40% di tahun 2011. Wew, angka yang cukup fantastis karena hampir separuh turis Eropa tidak mengunjungi Bali lagi. Memang alasan turis Eropa tidak mengunjungi Bali lagi bisa bermacam-macam dan nggak selamanya karena mereka sudah tidak tertarik lagi dengan Bali. Tapi tetap saja menurut saya kunjungan turis Eropa yang menurun drastis itu harus disikapi dengan serius, terutama oleh pemerintah Indonesia.

Tahun 2008 dan 2009 yang lalu saya berkesempatan untuk menjadi salah satu duta Indonesia dalam pertukaran pelajar dan student conference di luar negeri. Salah satu misi kami selama di negeri orang adalah memperkenalkan Indonesia baik itu tentang budayanya, pariwisatanya, dll. Singkatnya kami jadi agen promosi Indonesia. Sebelum berangkat kami dibekali dengan beberapa materi yang berkaitan dengan budaya dan pariwisata berupa buku-buku, poster, travel guide, dan sebagainya. Saat sudah sampai di negara tujuan salah satu pegawai konjen Indonesia setempat berkomentar pada saya, “Coba deh kamu mikir, berapa banyak dana yang harus dikeluarkan pemerintah untuk bikin buku-buku seperti ini? Cost yang dikeluarkan pasti besar dan seringnya nggak tepat sasaran. Mending bikin iklan pariwisata Indonesia di TV seperti di HBO, Star World, Star Movie, etc. Pasti akan lebih mampu menarik wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia.”

Nah, saya jadi mengaitkan turunnya tingkat kunjungan turis Eropa tahun 2011 dengan obrolan saya sama salah satu pegawai konjen Indonesia di luar negeri (sebut saja Mbak Cinta-bukan nama sebenarnya). Saya jadi berpikir, mungkin benar pendapat Mbak Cinta kalau materi promosi pariwisata yang dibuat oleh Indonesia kurang tepat sasaran plus ngabisin cost yang lumayan besar! Akibatnya, ya itu tadi, wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia Bali jadi turun.

Suami saya sering nonton Star Movie Fox Movie Premium, iklan pariwisata Malaysia sering sekali muncul di tiap jeda pergantian film. Iklan pariwisata Singapore dan India juga ikut-ikutan sering muncul, tapi frekuensinya nggak sebanyak iklan pariwisata Malaysia. How about Indonesia? Nggak pernah ada sama sekali!

Saya lupa pernah baca dimana, yang pasti jumlah kunjungan wisatawan asing ke Malaysia, Singapore, Thailand, Filipina naik sekian kali lipat setelah mereka gencar masang iklan pariwisatanya di TV. Statement itu saya buktikan saat saya ke Thailand dan Malaysia.

Saat saya ke Kuala Lumpur-Malaysia, yang mana Kuala Lumpur saya sejajarkan dengan Jakarta di Indonesia, wisatawan asing yang saya temukan disana lebih banyak daripada wisatawan asing yang saya temukan di Jakarta. Tapi setelah ngobrol dengan beberapa turis yang berkunjung di Kuala Lumpur, sebagian dari mereka bilang kalau mereka sebenarnya bingung setelah sampai di Malaysia mereka mau ngapain karena nggak sesuai dengan iklan yang dilihatnya di TV. Ya, mereka korban iklan!

Saat saya ke Phuket dan Phi-Phi Island-Thailand (yang mana menurut saya Phuket itu sama dengan Bali kalau di Indonesia dan Phi-Phi Island itu sama dengan Gili Trawangan) banyak sekali turis asing yang ada disana. Jauh banget dengan banyaknya turis di Bali, bahkan saat high season sekalipun. Padahal, pantai di Phuket dan Phi-Phi Island sama saja dengan pantai di Bali dan Gili Trawangan. Bahkan pantai di Bali memiliki keunggulan daripada pantai di Phuket, yaitu ombaknya yang bagus buat surfing. See? Turis-turis itu juga “kemakan” iklan!

Phi-Phi Island
Gili Trawangan

Saya dan suami saat ini mengelola satu usaha trip organizer di Bali. Saat melihat banyaknya turis mancanegara di Phuket, otak bisnis suami saya langsung jalan. Saya, suami saya jadi berinisiatif untuk membuka tourist information disana yang jualan utamanya adalah Bali dan sekitarnya (Lombok, Gili Trawangan, Flores, Pulau Komodo). Unggulan kami nanti adalah surfing di Bali, soalnya bule-bule kan pada suka surfing. Hhhmmm, it sounds great! Saya menyetujuinya setelah melihat kalau kantor kami di Bali sudah bisa tetap berjalan tanpa kami. Kami bisa meninggalkan kantor utama di Bali salah satu alasannya karena strategi marketing yang kami jalankan adalah melalui internet marketing. Makanya kami juga bisa meng-handle semuanya dimanapun kami berada selama masih ada koneksi internet.

Target kami, akhir tahun ini atau awal tahun depan kami sudah bisa pindah kesana. Kami nggak bisa secepatnya pindah kesana karena pertengahan tahun ini masih ada dua event di Bali plus satu wedding di akhir tahun yang harus kami handle dulu. Karena event-nya lumayan besar, jadi kami nggak berani menyerhkannya ke partner kerja disini. Setelah event itu selesai, barulah kami mengurus semua keperluan berkaitan dengan kepindahan kami ke Phuket nanti, terutama visa bisnis. Ya, visa bisnis itu yang paling penting. Semoga visa bisnis kami nanti nggak dipersulit oleh pihak kedubes Thailand di Indonesia.

Coba deh bayangkan kalau kami jadi pindah ke Phuket-Thailand dan membuka tourist information disana, trus kami bisa “ngirim” tamu ke Bali dan sekitarnya, pastinya bukan hanya kami yang diuntungkan oleh hal ini. Tapi juga usaha lain yang berhubungan dengan kami juga diuntungkan. Hotel, restoran, partner usaha surfing+watersport, dan lain-lain juga ikut diuntungkan kan?

Hhhmmm… Disaat kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kurang tepat (menurut mbak Cinta dan saya), penting sekali ada langkah-langkah kecil yang mandiri dari para warga negaranya. Dan semoga langkah kecil ini tidak dijegal oleh orang-orang yang hanya mementingkan urusannya sendiri. Karena kami hanya mencari “remah-remah roti” untuk mengisi perut kami+pegawai kami. Kalau nantinya kami menemukan segenggam berlian dari langkah kecil ini ya siapa yang mau nolak coba??? hehehe… 😀

Semoga langkah kecil ini diridhoi oleh Allah SWT… Amien… 🙂

Denpasar, 23 Maret 2012 (the silent day) 15.39 WITA

Continue Reading