Ladies Traveler

Perempuan Juga Bisa Keliling Dunia
Review Tempat Makan

The Real Naughty Warung in Bali

By on December 29, 2012

Ubud, tempat yang paling saya suka di Bali. Saya suka Ubud karena suasananya yang adem, sejuk, tenang dan bisa bikin hati jadi merasa lebih damai.

Anyway, dibalik suasana Ubud yang adem ayem itu ada satu restoran (atau lebih tepatnya warung) di Ubud yang cukup menarik perhatian wisatawan yang sedang berkunjung kesana, dan umumnya wisatawan asing. Mengapa demikian? Katanya sih, banyak artis Hollywood yang udah pernah makan disitu, seperti Julia Roberts, Tom Cruise ataupun pesepakbola terkenal dari Inggris, David Beckham.

Naughty Nuri’s Warung

Pemiliknya memberi nama restoran ini Naughty Nuri’s Warung. Alasan diberi nama itu saya nggak tahu pasti. Konsep Naughty Nuri’s seperti warung-warung di Amerika (Belum pernah kesana sih, tapi ngeliat dari film-film Hollywood), tempatnya ga terlalu luas (bahkan terkesan sumpek) dan dindingnya dipenuhi pajangan-pajangan berupa foto yang dibingkai, poster yang dibingkai, dll. Karena tempat duduknya terbatas, setiap kali saya kesana kalo nggak ngantri dulu, rebutan tempat duduk sama tamu yang lain. Bisa kebayang kan gimana rame dan terkenalnya warung ini. Ya, walaupun tempatnya jelek, sempit, sumpek, tetap aja nggak ada berhentinya yang datang kesana. Satu hal yang pasti, kalau makan di Naughty Nuri’s saya berasa lagi makan di resto-resto negara barat sana karena konsep restorannya yang mirip warung di Amerika dan tamunya juga sebagian besar bule.

Menu utama di Naughty Nuri’s adalah pork ribs, potongan iga babi BBQ. Satu porsi pork ribs harganya Rp.75.000. Mahal nggak? Kalau menurut saya sih nggak mahal karena potongan pork ribs di Naughty Nuri’s gede banget. Kalau untuk ukuran orang Indonesia, satu porsi pork ribs cukup mengenyangkan dua perut orang yang sedang kelaparan. Dari segi rasa, saya nggak bisa kasih komentar di pork ribs karena saya belum pernah makan. Maklum lah, menurut ajaran yang saya dan suami saya anut (walaupun kami berbeda keyakinan), babi termasuk haram. Jadi saya nggak pernah nyicipin barang sesuap pun pork ribs di Naughty Nuri’s. Tapi dari komentar orang lain yang pernah kami ajak kesana dan mereka makan pork ribs (beberapa diantaranya bule), katanya sih pork ribs-nya enak gila…

Anyway, menu favorit saya dan suami di Naughty Nuri’s adalah chicken BBQ. Dengan porsi yang juga besar (seringnya saya nggak habis satu porsi), kita nggak perlu rogoh kocek dalam-dalam, cukup Rp.25.000 saja per porsinya. Cukup masuk akal kan? Menu pendamping chicken bbq yang biasa saya order adalah mash potato. Kentang rebus yang ditumbuk dan dicampur dengan bumbu bawang putih plus sedikit garam ini rasanya gurih banget, serasi jika dinikmati dengan lezatnya chicken bbq. *mendadak jadi laper

Menu favorit saya di Naughty Nuri’s: Chicken BBQ dan Mash Potato

Ada banyak menu lain di Naughty Nuri’s, seperti nasi goreng, spaghetti, steak atau chicken satay. Tapi kalau menurut saya, menu yang lain tidak seenak BBQ-nya Naughty Nuri’s.

Kalau untuk minumannya, di Naughty Nuri’s menu minumannya nggak ada yang special, standard aja seperti es jeruk, beer, lemon squash, es teh, dan soft drink. Harga minumannya juga standard aja sih menurut saya. Nggak mahal-mahal amat, tapi juga nggak murah-murah amat untuk ukuran resto seperti ini. Satu gelas es jeruk harganya Rp.9.000. Masih wajar kan?

Buat traveler yang lagi traveling ke Ubud, nggak ada salahnya untuk nyobain menu yang ada di Naughty Nuri’s. Enak dan nggak bikin kantong kering-kering banget.

Oh iya, tapi jangan sampai ketipu ya. Naughty Nuri’s di Ubud ada 2, di lokasi yang berdekatan. Yang satu dikelola oleh bapaknya, seorang kakek-kakek bule tua. Yang satu lagi dikelola oleh anaknya. Saya lebih suka yang dikelola oleh bapaknya.

Ciri-ciri Naughty Nuri’s yang dikelola oleh bapaknya (biar ga salah masuk) adalah tempatnya lebih jelek, lebih sempit dan lebih sumpek tapi rasanya lebih enak. Ciri-ciri lain, Naughty Nuri’s yang dikelola kakek-kakek bule tua itu, di bagian depan warungnya ada satu meja tamu yang akan selalu ada tulisan “reserved”-nya. Seringnya meja tersebut dipakai oleh kakek pemilik Naughty Nuri’s untuk nongkrong sama temen-temennya sesama bule tua.

Okay, Bon Apetite πŸ™‚

Continue Reading

Thoughts

Pentingnya Kartu Kredit

By on November 30, 2012
Credit Card (Image from: http://www.gobankingrates.com)

Saya dulu termasuk salah satu orang yang “anti” sama yang namanya kartu kredit. Saya selalu berpikiran kalau kartu kredit akan menjadikan saya orang yang konsumtif. Selain itu, dengan memiliki kartu kredit akan membuka peluang saya untuk memiliki utang yang pasti akan merepotkan saya di kemudian hari. Yang pasti, saya nggak mau pakai uang yang sebenarnya tidak milik saya saat ini.

Sejak doyan ngider kesana-kemari (baca: traveling) dan harus bergelut dengan dunia usaha di bidang perjalanan wisata maka mau nggak mau, saya harus memiliki kartu ajaib yang bagi sebagian orang bisa menyelesaikan masalahnya saat itu. Ya, saya harus memiliki kartu kredit. Memang sih kartu kredit tersebut bukan atas nama saya, tapi atas nama suami saya, tapi bukankah punya suami saya jadi punya saya juga? Alhasil, kami memiliki 2 kartu kredit, 1 Mastercard dan 1 lagi Visa.

Sejak punya kartu kredit, pandangan saya tentangnya jadi berubah. Yang awalnya negatif, berubah menjadi sedikit positif. Pastinya, kartu kredit itu sangat dibutuhkan kalau kita mau booking penginapan di beberapa web booking hotel / hostel di seluruh dunia. Dan untuk pembayaran transaksi di semua airline internasional juga harus pakai credit card.

Satu hal lagi, just in case kita kehabisan uang saat traveling, kita bisa pakai kartu kredit itu dulu untuk bertransaksi ini-itu. Daripada kita mati kelaparan atau malah ga bisa pulang, Ya kan?? Jadi kelihatan kan pentingnya yang namanya kartu kredit bagi kehidupan para traveler.

Tapi guys, yang harus diwaspadai kalau kita lagi traveling, trus tiba-tiba kita kecopetan (aduh jangan sampe deh ya…), jangan lupa untuk langsung blokir kartu kredit kita supaya tidak disalahgunakan oleh pihak yang nyopet barang kita tersebut.

Kartu kredit di satu sisi memberikan manfaat bagi kita si pecinta jalan-jalan. Asal jangan lupa aja untuk bayar tagihan bulanannya kalau sudah dipakai. πŸ™‚

Continue Reading

Cerita Traveling | Indonesia

Dibalik Liburan Bareng Artis

By on July 31, 2012
Liburan Sama Artis

Akhir Mei tahun ini saya dan suami dapet tamu artis (lagi). Emang sih, salah satu artis yang jadi tamu kami itu udah langganan kalo lagi liburan ke Bali selalu pake jasa kami untuk arrange schedule-nya selama di Bali. Tapi empat yang lainnya, baru pertama kali pake trip organizer kami.

Anyway, mereka ambil paket keliling Bali dari kami. Biar paket wisata untuk mereka lebih murah, suami saya minta pada mereka supaya saya dan anak kami (Jacqueline dan Avi) bisa ikut juga di tour keliling Bali tersebut (biar pembagi untuk transport lebih banyak jadi tour bisa lebih murah). Mereka mengiyakan permintaan suami saya. Jadilah saya keliling Bali kali ini bersama artis.

Dibalik liburan itu pastinya ada cerita. Tapi yang ingin saya ceritakan bukan kegiatan selama liburan, akan tetapi hasil curhatan dan ngobrol-ngobrol sama mereka.

Dari luar, artis selalu terlihat glamour dan segalanya yang serba “wah”. Tapi nggak semuanya seperti itu. Artis juga manusia. Bahkan sebagian dari mereka sama seperti kita pada umumnya, harus jadi tulang punggung keluarga.

Salah satu artis yang curhat pada suami saya. Dia sudah malang melintang di dunia entertainment sejak umur 7 tahun. Walaupun memang dia jarang dapat peran utama, tapi dia bersyukur karena dia bisa konsisten di pekerjaannya saat ini. Dan dari pekerjaan yang telah digelutinya sejak duduk di sekolah dasar itu, telah banyak menyumbang untuk kebutuhan keluarganya. Sampai seringkali ia mengenyampingkan keinginan pribadinya demi kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi. Salut deh…

Hhhmmm, nggak semua artis identik dengan dunia yang glamour, sosialita, ataupun hura-hura. Sebagian dari mereka ada yang benar-benar menjadikan profesi artis demi sesuap nasi untuknya dan juga keluarganya.

 

Continue Reading

Asia | Cerita Traveling

Film Indonesia di Kamboja

By on June 19, 2012

Kamboja menurut saya salah satu negara di wilayah Asia Tenggara yang masih tertinggal. Saat saya mengunjungi negara ini di tahun 2010, ada satu jalan yang harus terputus karena jembatan yang seharusnya menghubungkan jalan tersebut belum dibangun. Padahal jalan itu termasuk jalan penting karena menghubungkan antar kota dan propinsi di Kamboja.

Anyway, saat sudah berada di Phnom Pehn, saya melakukan city tour. Saya keliling Phnom Pehn dengan berjalan kaki. Mengaka saya jalan kaki? karena di Phnom Penh nggak ada sarana transportasi lokal seperti bus, angkot dan kawan-kawannya. Taksi cuma ada di bandara, kalau di kota Phnom Penh-nya kebanyakan transportasi umumnya itu tuk-tuk. Pengalaman saat di Ho Chi Monh City saya ditipu abis sama yang namanya Cyclo, saya jadi teramat sangat waspada saat di Kamboja. Alhasil saya memilih jalan-jalan keliling kota dengan berjalan kaki saja (sebenernya sih alasan utamanya untuk ngirit duit yang mulai menipis, hahaha…).

Film Indonesia di Kamboja (salah satu pemain utamanya Julie Estelle)

Nah, pas keliling kota Phnom Penh dengan berjalan kaki ini saya melewati satu bioskop di Phnom Penh. Ada beberapa film yang sedang diputar di bioskop itu. Karena tulisan Kamboja yang keriting, saya nggak terlalu notice dengan film-film tersebut. Sampai partner traveling saya saat itu, Nisun, bilang “Eh Nok, itu kan film Indonesia”. Saya langsung melihat salah satu baliho dari film yang sedang terpampang di bioskop itu. Eh iya bener, ternyata ada salah satu film Indonesia yang saat itu sedang diputar di bioskop Phnom Penh. Saya sih nggak tahu judulnya apa, yang pasti film itu film horror dan salah satu pemainnya (kalo nggak salah) si Julie Estelle.

Ternyata film Indonesia laku ya di negara lain πŸ˜€

Continue Reading

Indonesia | Review Tempat Makan

Tempat Makan Halal di Bali-Mbok Limbok

By on April 7, 2012

Banyak wisatawan yang berkunjung ke Bali, baik itu wisatawan domestik ataupun wisatawan mancanegara. Selama berkunjung ke Bali tentunya semua wisatawan itu memerlukan makan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Sebagian dari para wisatawan itu, terutama yang beragama Islam, terkadang ragu untuk sembarangan masuk ke restoran yang ada di Bali karena banyak sekali restoran yang menyajikan menu dengan bahan dasar babi/pork. Pastinya mereka harus mencari restoran yang hanya menyajikan makanan halal.

Papan Nama Mbok Limbok

Salah satu restoran halal di Bali yang menjadi rekomendasi saya adalah Mbok Limbok. Restoran Mbok Limbok ada dua, yang pertama berlokasi di Jl. Patih Jelantik, Kuta-Bali (di depan central parkir Kuta) dan cabangnya di Jl. Dewi Sri, Kuta Bali.

Menu utama yang ada di Mbok Limbok adalah ayam kalasan kremes. Mungkin juga menu ini menjadi menu favorit sebagian besar customer Mbok Limbok karena rasanya yang enak dan juga harganya yang pas di kantong. Istimewanya menu ini selain rasanya yang memang bisa bikin lidah bergoyang, porsinya juga sangat cukup untuk mengisi perut yang sudah berdendang dangdut! Hehehe… Eits, nggak hanya itu aja, kita juga bisa minta tambahan kremesnya lho, gratis bo! Mantap kan?

Menu lain yang ada di Mbok Limbok misalnya gurami kremes, lele kremes, tempe penyet, udang kremes, sayur asem, sayur lodeh, berbagai macam sambal, dll. Untuk minuman, Mbok Limbok menyediakan menu minuman standar seperti es jeruk, es teh manis, soft drink, dan juga es markisa. Masalah harga, dijamin nggak bakalan bikin kita miskin mendadak deh! Berikut ini list harga menu makanan dan minuman di Mbok Limbok:

Menu Makanan Mbok Limbok
Menu Minuman Mbok Limbok

Apa lagi hal lain yang menjadikan Mbok Limbok memiliki nilai plus di hati para customernya? Untuk nasi, lalapan dan sambal (biasa), kita bisa ambil sendiri sesuka hati kita, jadi kita bisa ambil sebanyak-banyaknya sesuai yang kita inginkan. Wuiihh, boleh nih buat para traveler yang punya porsi makan plus plus. Hehehe… Selain nasi yang bisa ambil sesuka hati dan juga bisa di-refil, istimewanya Restoran Mbok Limbok adalah restoran yang menganut paham (halah!) Galeri Resto. Maksudnya? Selain sebagai tempat makan, restoran Mbok Limbok juga difungsikan sebagai display beberapa kerajinan khas Bali. Jadi jangan kaget kalau sebagian besar barang (bahkan termasuk meja-kursinya) yang ada di dalam restoran Mbok Limbok bisa dijual. Kalau saya melihatnya sih unik dan kesan etnik-nya sangat terasa dari konsep galeri resto ini.

Oh iya, kalau kita makan di Mbok Limbok yang berlokasi di Jl. Dewi Sri, Kuta-Bali maka kita bisa order rujak bebeg for free loh! Lumayan kan buat desert…

Nasi, lalap, sambal, dan 1 potong ayam kremes (dada)
Galeri Resto Mbok Limbok di Jl. Dewi Sri, Kuta-Bali
Rujak bebeg Mbok Limbok (for free)

Pokoknya dijamin deh, Mbok Limbok salah satu restoran di Bali yang bisa dipilih bagi para traveler yang pengen makanan halal, enak dan pastinya nggak bikin kantong kempes! πŸ™‚

Continue Reading

Thoughts

Pariwisata, Indonesia dan Rencana Kami

By on March 23, 2012

Bali sebagai salah satu icon pariwisata di Indonesia saat ini saya rasa sudah kalah pamor dengan negara tetangga kita seperti Malaysia, Thailand, Singapore dan Filipina. Salah satu travel agent di Bali yang jaringannya telah mendunia melaporkan bahwa tingkat kunjungan turis Eropa turun sekitar 40% di tahun 2011. Wew, angka yang cukup fantastis karena hampir separuh turis Eropa tidak mengunjungi Bali lagi. Memang alasan turis Eropa tidak mengunjungi Bali lagi bisa bermacam-macam dan nggak selamanya karena mereka sudah tidak tertarik lagi dengan Bali. Tapi tetap saja menurut saya kunjungan turis Eropa yang menurun drastis itu harus disikapi dengan serius, terutama oleh pemerintah Indonesia.

Tahun 2008 dan 2009 yang lalu saya berkesempatan untuk menjadi salah satu duta Indonesia dalam pertukaran pelajar dan student conference di luar negeri. Salah satu misi kami selama di negeri orang adalah memperkenalkan Indonesia baik itu tentang budayanya, pariwisatanya, dll. Singkatnya kami jadi agen promosi Indonesia. Sebelum berangkat kami dibekali dengan beberapa materi yang berkaitan dengan budaya dan pariwisata berupa buku-buku, poster, travel guide, dan sebagainya. Saat sudah sampai di negara tujuan salah satu pegawai konjen Indonesia setempat berkomentar pada saya, “Coba deh kamu mikir, berapa banyak dana yang harus dikeluarkan pemerintah untuk bikin buku-buku seperti ini? Cost yang dikeluarkan pasti besar dan seringnya nggak tepat sasaran. Mending bikin iklan pariwisata Indonesia di TV seperti di HBO, Star World, Star Movie, etc. Pasti akan lebih mampu menarik wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia.”

Nah, saya jadi mengaitkan turunnya tingkat kunjungan turis Eropa tahun 2011 dengan obrolan saya sama salah satu pegawai konjen Indonesia di luar negeri (sebut saja Mbak Cinta-bukan nama sebenarnya). Saya jadi berpikir, mungkin benar pendapat Mbak Cinta kalau materi promosi pariwisata yang dibuat oleh Indonesia kurang tepat sasaran plus ngabisin cost yang lumayan besar! Akibatnya, ya itu tadi, wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia Bali jadi turun.

Suami saya sering nonton Star Movie Fox Movie Premium, iklan pariwisata Malaysia sering sekali muncul di tiap jeda pergantian film. Iklan pariwisata Singapore dan India juga ikut-ikutan sering muncul, tapi frekuensinya nggak sebanyak iklan pariwisata Malaysia. How about Indonesia? Nggak pernah ada sama sekali!

Saya lupa pernah baca dimana, yang pasti jumlah kunjungan wisatawan asing ke Malaysia, Singapore, Thailand, Filipina naik sekian kali lipat setelah mereka gencar masang iklan pariwisatanya di TV. Statement itu saya buktikan saat saya ke Thailand dan Malaysia.

Saat saya ke Kuala Lumpur-Malaysia, yang mana Kuala Lumpur saya sejajarkan dengan Jakarta di Indonesia, wisatawan asing yang saya temukan disana lebih banyak daripada wisatawan asing yang saya temukan di Jakarta. Tapi setelah ngobrol dengan beberapa turis yang berkunjung di Kuala Lumpur, sebagian dari mereka bilang kalau mereka sebenarnya bingung setelah sampai di Malaysia mereka mau ngapain karena nggak sesuai dengan iklan yang dilihatnya di TV. Ya, mereka korban iklan!

Saat saya ke Phuket dan Phi-Phi Island-Thailand (yang mana menurut saya Phuket itu sama dengan Bali kalau di Indonesia dan Phi-Phi Island itu sama dengan Gili Trawangan) banyak sekali turis asing yang ada disana. Jauh banget dengan banyaknya turis di Bali, bahkan saat high season sekalipun. Padahal, pantai di Phuket dan Phi-Phi Island sama saja dengan pantai di Bali dan Gili Trawangan. Bahkan pantai di Bali memiliki keunggulan daripada pantai di Phuket, yaitu ombaknya yang bagus buat surfing. See? Turis-turis itu juga “kemakan” iklan!

Phi-Phi Island
Gili Trawangan

Saya dan suami saat ini mengelola satu usaha trip organizer di Bali. Saat melihat banyaknya turis mancanegara di Phuket, otak bisnis suami saya langsung jalan. Saya, suami saya jadi berinisiatif untuk membuka tourist information disana yang jualan utamanya adalah Bali dan sekitarnya (Lombok, Gili Trawangan, Flores, Pulau Komodo). Unggulan kami nanti adalah surfing di Bali, soalnya bule-bule kan pada suka surfing. Hhhmmm, it sounds great! Saya menyetujuinya setelah melihat kalau kantor kami di Bali sudah bisa tetap berjalan tanpa kami. Kami bisa meninggalkan kantor utama di Bali salah satu alasannya karena strategi marketing yang kami jalankan adalah melalui internet marketing. Makanya kami juga bisa meng-handle semuanya dimanapun kami berada selama masih ada koneksi internet.

Target kami, akhir tahun ini atau awal tahun depan kami sudah bisa pindah kesana. Kami nggak bisa secepatnya pindah kesana karena pertengahan tahun ini masih ada dua event di BaliΒ plus satu wedding di akhir tahun yang harus kami handle dulu. Karena event-nya lumayan besar, jadi kami nggak berani menyerhkannya ke partner kerja disini. Setelah event itu selesai, barulah kami mengurus semua keperluan berkaitan dengan kepindahan kami ke Phuket nanti, terutama visa bisnis. Ya, visa bisnis itu yang paling penting. Semoga visa bisnis kami nanti nggak dipersulit oleh pihak kedubes Thailand di Indonesia.

Coba deh bayangkan kalau kami jadi pindah ke Phuket-Thailand dan membuka tourist information disana, trus kami bisa “ngirim” tamu ke Bali dan sekitarnya, pastinya bukan hanya kami yang diuntungkan oleh hal ini. Tapi juga usaha lain yang berhubungan dengan kami juga diuntungkan. Hotel, restoran, partner usaha surfing+watersport, dan lain-lain juga ikut diuntungkan kan?

Hhhmmm… Disaat kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kurang tepat (menurut mbak Cinta dan saya), penting sekali ada langkah-langkah kecil yang mandiri dari para warga negaranya. Dan semoga langkah kecil ini tidak dijegal oleh orang-orang yang hanya mementingkan urusannya sendiri. Karena kami hanya mencari “remah-remah roti” untuk mengisi perut kami+pegawai kami. Kalau nantinya kami menemukan segenggam berlian dari langkah kecil ini ya siapa yang mau nolak coba??? hehehe… πŸ˜€

Semoga langkah kecil ini diridhoi oleh Allah SWT… Amien… πŸ™‚

Denpasar, 23 Maret 2012 (the silent day) 15.39 WITA

Continue Reading