Ladies Traveler

Perempuan Juga Bisa Keliling Dunia
Asia | Cerita Traveling

You’re a Good Moslem

March 21, 2010

Masih dari cerita jalan-jalan saya selama Asean trip.
Hari ketiga, tepatnya 5 Februari 2010 saya ikut tur yang sudah saya booking sehari sebelumnya. One day tour ini mengunjungi 2 tempat, cu chi tunnel dan cao dai temple.
“Jangan bilang sudah pernah ke Ho Chi Minh City kalo belum ke cu chi tunnel”, begitu kata salah satu artikel yang saya baca. Hal inilah yang mendasari saya untuk ambil paket tur sehari ini. Sebenarnya paket tur menyusuri Mekong delta juga asik, kita akan dibawa naik perahu menyusuri sungai Mekong dan melihat keseharian para petani Vietnam plus makan siang di atas perahu. Tapi kalo cuman gitu doing mah, ngapain jauh-jauh ke Vietnam, di Indonesia juga banyak, terlebih lagi alasan yang paling mendasar adalah atas nama PENGIRITAN! (harga tur ke Mekong delta lebih mahal daripada ke cu chi tunnel) Hahaha, dasar backpacker gembel! 😀
Anyway, paket tur ini dimulai jam 08.00, tapi kami sudah harus stand by jam 07.30. Kalo saat tur seperti ini, gak ada deh yang namanya jam karet! Kebiasaan kita, orang Indonesia yang suka ngaret sebaiknya jangan dibawa-bawa ke luar negeri ya. Malu-maluin nama Indonesia kalo kita ngaret juga di negara orang. Apalagi yang ikut tur kan nggak cuman kita saja, ada banyak orang yang pastinya berasal dari berbagai negara di dunia.
Kurang dari setengah tujuh, saya dan Nisun sudah siap di ruang tunggu travel agent. Hampir pukul delapan, salah seorang pegawai travel agent mengantar kami menuju bus. Di dalam bus sudah ada beberapa orang lain yang juga ikut tur, tapi busnya nggak langsung berangkat karena masih harus menunggu turis lain yang belum datang. Sampai pukul delapan lebih, bus juga belum berangkat padahal kondisi bus sudah hampir penuh. Ternyata, kami harus menunggu 3 cowok Italy yang telat! Dasar anak muda! Hehehe, emangnya saya juga bukan anak muda apa? Setelah 3 cowok Italy itu masuk, perjalanan dimulai… 🙂
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Cao Dai Temple. Temple ini merupakan tempat peribadatan salah satu agama yang mulai berkembang di Vietnam, Cao Dai. Kami sampai di Cao Dai hampir pukul 12 siang, persis sebelum afternoon services dimulai. Tour guide hanya memberi kami waktu sampai pukul 12.30 untuk melihat afternoon services, dan artinya pukul setengah satu kami sudah harus stand by lagi di bus. Saya dan Nisun on time duoong karena kami ingin memberi citra baik tentang orang Indonesia di mata turis lain. Tapi sampai pukul 12.40, bus nggak berangkat-berangkat juga, ternyata eh ternyata kami masih menunggu tiga cowok Italy yang tadi pagi telat itu… Hufffttt… Akhirnya, si tour guide bilang “kalau dalam 5 menit lagi mereka nggak datang juga, kita tinggal aja mereka!”. 5 menit kemudian mereka nggak datang-datang juga, dan seperti kata tour guide, mereka kita tinggalin… hehehe… bubye… 😛
Tempat kedua yang kami kunjungi adalah cu chi tunnel. Di tempat ini kita diperlihatkan bagaimana cara tentara Vietnam pada zaman dulu untuk melawan penjajah. Kita dibawa trekking ke dalam hutan untuk bisa melihat secara langsung beberapa bukti otentik cara-cara tentara Vietnam melawan penjajah sekaligus cara mereka mempertahankan diri. Di tenga-tengah trekking, ada seorang turis cewek (yang satu rombongan dengan saya) nyamperin saya. Orangnya cantik, putih, mukanya paduan antara muka bule dan muka Arab.
Dia tiba-tiba bilang, “You are a good Moslem”.
“How do you know?”, tanya saya.
“Because you’re still wearing your scarf whereas the weather is very hot in here”.
“Oohh”, hanya itu yang mampu saya katakan.
“I come from Iran and I wear scarf too in Iran, but in here I, my sister in law, and my mother (sambil nunjuk dua turis lain) didn’t wear it because it’s too hot in here”.
“Ohh, ya…”, saya speechless tapi saya mikir, bukannya di Iran malah lebih panas ya? Kan Iran termasuk negara middle east.
Lalu, ibunya cewek Iran itu nyamperin saya dan Nisun terus dia bilang, “You and you too, are a good moslem, not like me. I wear scarf too but in here I take it off”.
“Actually, Vietnam has the same weather with Indonesia, so it’s no problem for us to still wearing scarf in here”, ujar saya untuk merendah, tapi menaikkan mutu. Hehehe… 🙂 Padahal sebenarnya sih, kalau kita sudah memutuskan untuk pakai kerudung, ya harus dipakai terus lah, dalam kondisi apapun itu, panas, dingin, hujan, badai (halah, lebay!), bahkan pakaian renang pun sekarang kan sudah banyak yang di disain untuk wanita muslim kan? (lho, kok ujug-ujug malah ngebahas baju renang??)
Sekitar jam empat trekking kami selesai dan kami harus kembali melanjutkan perjalanan ke HCMC. Dalam perjalanan itu, saya ingat kalau saya belum sholat dzuhur dan ashar. Saya kan musafir, jadi boleh kan sholatnya di-jama’. Saya pun sholat di dalam bus dalam keadaan duduk. Oh ya, saya melakukan sholat saat penumpang yang lain sudah tidur karena takut mengundang perhatian yang nggak penting. Ketika saya sholat saya merasa ada yang sedang memperhatikan saya. Ya, siapa lagi kalau bukan ketiga orang Iran itu yang memperhatikan saya sholat (kebetulan mereka duduk di belakang saya). Saya tahu saat saya melakukan salam untuk mengakhiri sholat. Ketika saya menoleh ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam, mereka (terutama ibunya) memperhatikan saya dengan seksama, tapi mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Pas sudah sampai di HCMC, kami, para turis yang satu rombongan saling berpisah karena hotel yang berbeda-beda. Sebelum berpisah dengan orang Iran itu, si ibu sempat mengucapkan “You’re a good Moslem” lagi pada saya dan Nisun.
Moral of this story:
1.      Kebiasaan ngaret jangan di bawa-bawa ke negeri orang, jaga nama baik Indonesia.
2.      Dimanapun kita berada dan kapanpun itu, jagalah dengan baik identitas kita. Kalau kita seorang muslim dan pakai kerudung, jangan karena masalah panas lalu kita memutuskan untuk nggak pakai kerudung saat itu. Justru orang akan sangat mengapresiasi kita yang tetap teguh pada pendirian.
3.      Bagi yang muslim dan non-muslim, walaupun sedang traveling, jangan lupa untuk tetap menjalankan ibadah ya… 🙂
Bogor, 21 Maret 2010 13:12
~Okvina Nur Alvita
  1. saya kagum dengan anda, yang lebih penting lagi adalah hati yang berkerudung, bukan hanya sekedar pakaian luar saja. bagaimana seorang muslim menjaga kehormatannya, bagaimana dia bersikap. bersikap dan bertindak selayaknya muslim sejati. yang mengedepankan norma-norma dan tata krama yang harus dijunjung tinggi.

    semangat!!

    (komen dari wordpress)

  2. Inspiratif banget mba. Bener banget, kerudung memang identitas muslim. Karena kerudung ini juga saya dilindungi dari makanan tidak halal di ln. Penjualnya yg ngasih tau bahwa makanan yg mereka jual ga halal. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *