Ladies Traveler

Perempuan Juga Bisa Keliling Dunia
Thoughts

Tentang Travel Online

November 21, 2013

Suami saya seringkali dimintain pendapat dan masukan sama beberapa orang temannya yang ingin bikin web travel. Mungkin teman-teman suami saya itu tergiur oleh kehidupan kami yang KELIHATANNYA santai tapi duit tetap ngalir dan jumlah armada transport kami yang pelan tapi pasti selalu bertambah.

Siapa coba yang nggak pengen kerjaannya setiap hari online terus, di rumah aja, sore jalan-jalan sambil bawa anak main, bisa tidur siang, tapi tetap ada pemasukan. Pasti semua orang ingin memiliki hidup yang menyenangkan seperti itu, ya kan?

Anyway, saya seringkali ingin tertawa, atau mencibir atau senyum sinis sama orang yang berpikiran dengan dia bikin web, online tiap hari, tamu akan deal dan rekening kita mendadak kebanjiran transferan dari orang. Kalau misalnya bisa seperti itu, mungkin saya dan suami akan tidur pulas tiap malam tanpa beban dan kekhawatiran akan ini-itu yang bisa terjadi besok, lusa, minggu depan, bulan depan, dan seterusnya.

Nih, saya kasih tau apa yang sebenarnya ya.

Yang namanya orang usaha, atau bahasa kerennya “entrepreneur” harus selalu menghadapi yang namanya ketidakpastian. Hanya dengan punya web travel aja sangat tidak akan menjamin kita bakalan dapat pemasukan. Mengapa demikian? Karena berikut ini alasannya:

Web kita belum tentu ada di halaman pertama web search engine. Ini kaitannya dengan SEO (search engine optimization). Jika konsumen mengetikkan beberapa keyword di web search engine seperti google, apa iya web travel kita akan muncul di halaman pertama? Belum tentu! harus ada jasa SEO untuk maintain web kita biar bisa masuk ke halaman 1. Dan untuk bayar jasa SEO itu teramat sangat tidak murah.
Untuk gampangnya, biar nggak ribet sama yang namanya SEO, kita harus pasang iklan di google. Nah, harus butuh modal untuk biaya promosi kan?
Setelah tamu/customer nemuin web kita dan akhirnya menghubungi kita untuk bertanya ini-itu kemampuan seorang customer service (CS) yang menjadi ujung tombak deal atau tidaknya transaksi kita dengan customer tersebut. Kemampuan CS untuk membuat customer merasa nyaman dan yakin kalau kita bukan penipu sangat dibutuhkan, mengingat kita adalah travel online yang customer nggak tahu keberadaan kita ada dimana. Kalau terjadi apa-apa mereka mau complain ke siapa??? Mau nuntut kemana??? Ribet kann…

Itu dari segi web travel online-nya. Jangan dikira hanya dengan online semua perkara akan selesai dengan sendirinya. Ada sisi offline yang harus kita lakukan juga. Sisi offline itu antara lain: jalin kerjasama dengan maskapai, jalin kerjasama dengan hotel/villa, jalin kerjasama dengan aktifitas-aktifitas wisata, jalin kerjasama dengan transport, jalin kerjasama dengan restoran, dll. Oh iya, yang paling penting adalah jalin kerjasama dengan travel lain. Semua kerjasama tersebut nggak bisa terjalin hanya dengan satu-dua hari saja. Butuh berbulan-bulan dan bisa jadi bertahun-tahun. Apalagi untuk saya yang saat ini berdomisili di Bali dan memfokuskan usaha kami untuk “jualan” Bali, otomatis kami sangat perlu menjalin semua kerjasama itu. Kerjasama yang dimaksud nggak hanya sekedar masalah administrasi lho ya. Lebih dari itu adalah urusan trust antar satu sama lain. Contoh konkretnya gini, ada satu kenalan transport kami yang masih tidak mempercayakan armada ELF Long-nya dilepas kuncikan pada kami sampai akhirnya ia melihat sendiri suami saya bisa mengemudikan kendaraan sekelas, sebesar dan sepanjang ELF Long.

Masalah offline yang lainnya adalah urusan after sales. Kami juga harus siap sedia akan adanya complain dari customer atau saat customer melakukan cancel/reschedule dari bookingannya. Saat customer complain, maka kita harus siap sedia dengan omelan dan amukan customer karena jasa yang dia terima tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Kalau sudah begini jangan serta merta mengiyakan keluhan customer. Karena ada beberapa customer yang memang mau cari-cari masalah atau benar-benar ingin “mengeruk” si penyedia jasa  padahal hal tersebut tidak termasuk di dalam detail jasa yang seharusnya dia peroleh. Nah, untuk menghadapi customer yang model begitu, biasanya kami cross check sana-sini terlebih dahulu sebelum akhirnya meminta maaf pada si customer dan mengganti apabila ada yang memang dirugikan. Kalau untuk urusan cancel dan reschedule biasanya banyak terjadi pada bookingan tiket pesawat. Travel lain pada umumnya paling malas mengurus hal ini. Mereka membiarkan customernya mengurus hal ini sendiri. Tapi jika ingin memberikan service excellence pada customer, ya kita harus siap untuk membantu customer jika memang benar terjadi pembatalan atau penggantian jadwal penerbangan.

Hal-hal yang saya ceritakan diatas hanya sebagian besar yang harus dipersiapkan jika memang ingin buka travel online. Kenyataannya, jauh lebih ribet dari yang saya tuliskan. Karena tetap ya yang namanya orang usaha kan pasti ingin keuntungan yang sebesar-besarnya. Tapi jangan sampai hal itu membuat service kita ala kadarnya. Karena yang pasti customer juga menginginkan service yang sebaik-baiknya.

Fiuuuhhh… Ribet juga ya ternyata punya travel online. Nggak semudah yang dibayangkan ya… So, masih mau ikutan bikin travel online juga? Hehehe…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *